Catatan M RIzal Fadillah*
SALAM-ONLINE.COM: Tiba-tiba di group WA muncul video Presiden datang ke apotek pinggir jalan di Bogor, lalu menanyakan obat anti virus dengan nama yang ditulis di kertas.
Penjaga toko obat (apotek Villa Duta) menjawab obat itu tidak ada, baik yang generik maupun paten. Presiden pun bertanya mencarinya di mana, jawabnya tidak tahu. Cukup sekian.
Mungkin misi atau pesannya adalah bahwa obat penting itu kini tidak ada di toko obat atau apotek. Jadi distributor atau mungkin industri farmasi tidak memasok di pasaran.
Presiden Joko Widodo mengingatkan fakta kelangkaan tersebut. Bagus-bagus saja. Meski jadi aneh juga permainan yang dishoot kamera, termasuk para bapak polisi tersebut.
Sidak? Tidak juga nampaknya. Dari gaya pelayan toko obat itu melayani mudah dibaca sebagai settingan. Apalagi dia tahu itu direkam dari depan dan belakang. Hebat-hebatnya Presiden Joko Widodo membeli obat di apotek pinggir jalan. Kesimpulannya adegan itu “boong-boongan”. Pencitraan Presiden yang sedang “bermain sandiwara”.
Mengerikan dan menyedihkan sekali, di tengah serius-seriusnya penanganan pandemi Covid-19 yang telah banyak membawa korban meninggal ini, masih sempat Presiden bermain sandiwara beli-belian obat. Pesan drama tersebut pasti tidak akan sampai pada sasaran.
Lalu kepada siapa Presiden sedang mengarahkan pesan? Kepada Menteri atau industri farmasi? Penimbun atau apotek? Atau mungkin kepada rakyat semesta?
Seharusnya Presiden tak perlu drama seperti itu. Jika ada informasi tentang kelangkaan obat, tinggal perintahkan jajaran kementerian dan aparat untuk bergerak. Mencari akar masalah dan mengatasi dengan sebaik-baiknya.
Sandiwara satu babak ini sia-sia dan hanya membuktikan bahwa Presiden memang tidak profesional atau amatiran dalam mengelola negara.
Pemuji akan mengacungkan jempol bahwa Presiden sidak, tetapi pengkritik melihat ini hanya sidak-sidakan. Artinya ini adalah drama kontroversi. Dan sungguh tidak bagus mendidik publik dengan pola akting yang multipersepsi.
Sejak malam-malam mendatangi warga bagi-bagi obat dan sembako, kemudian kini akting obat apotek, nampaknya Presiden ingin mengulangi sukses kampanye saat Pilpres. Sayangnya ini bukan momen kampanye yang lebih banyak imajinasi daripada realisasi.
Saat ini adalah waktu untuk mengambil keputusan yang konsisten, bijak dan tulus. Melayani masyarakat keseluruhan dengan maksimal. Jauh dari kepura-puraan.
Rakyat sudah muak dengan perilaku bermain-main di tengah ancaman serius yang dapat membawa angka kematian yang semakin tinggi.
*) Penulis adalah Pemerhati Politik dan Kebangsaan