Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE.COM: Sebentar lagi bulan Muharam sebagai tanda pergantian tahun dalam kalender Islam. Dasar penetapan tahun baru adalah hijrah Nabi, bukan kelahiran atau wafatnya. Hijrah merupakan pilihan tepat karena dimensinya adalah perjuangan. Titik balik kegemilangan sejarah Islam di masa awal pergerakan keumatan.
Banyak yang keliru dengan menyatakan bahwa hijrah adalah lari dari medan da’wah di Makkah. Anggapan ini hanya semata melihat pada kondisi ketidakberdayaan. Ternyata tidak. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan hijrah dengan didahului adanya Bai’atul Aqabah, yakni kesiapan warga Madinah (Yastrib) yang bersumpah untuk menerima dan berjuang bersama. Hijrah adalah konsolidasi kekuatan.
Lima hal yang menandai konsolidasi, yaitu:
Pertama, berjuang dengan strategi. Sejak mendahulukan umat bergelombang untuk berangkat ke Madinah, siasat “deception” mengganti posisi diri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam oleh Ali bin Abi Thalib, bergerak ke selatan Gua Tsur mengecoh dugaan ke utara, hingga berjalan “zig-zag” di jalur menuju Madinah adalah contoh bahwa hijrah itu berstrategi.
Kedua, membangun kekuatan atas dasar persaudaraan (fraternite, ukhuwah). Sejak di Jabal Tsur persaudaraan dengan Abu Bakar Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu, lalu membangun “persaudaraan dua-dua” (akhowain fillah), hingga persaudaraan kolektif Muhajirin dengan Anshor adalah upaya untuk membangun kekuatan “ukhuwwah qiwwamul quwwah” (persaudaraan sebagai tonggak kekuatan).
Ketiga, membangun markas besar pengelolaan perjuangan yakni Masjid. Masjid Nabawi bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga markas pengelolaan kemasyarakatan dan kenegaraan. Nabi menerima tamu negara dan mengomando pasukan dari Masjid. Masjid adalah pusat peribadahan dan kebudayaan.
Keempat, hijrah mengokohkan kepemimpinan kenabian, mempersatukan seluruh elemen strategis, membangun komitmen konstitusional “Piagam Madinah”, serta merencanakan “revolusi tanpa darah” Futuh Makkah. Membersihkan Makkah dari kekotoran dan kezaliman.
Kelima, hijrah itu konsolidasi untuk mengobarkan semangat jihad menegakkan Islam dalam membangun peradaban berbasis iman. Paket tak terpisahkan dalam memenangkan dan mensukseskan misi Islam adalah beriman, berhijrah dan berjihad (QS Al-Anfal: 74).
Jadi, hijrah bukan lari melainkan konsolidasi. Sebab lari dari medan juang itu terlarang dan termasuk salah satu dari dosa besar selain syirik, percaya pada dukun sihir, membunuh, makan riba, makan harta yatim dan menuduh zina. Nabi dan para sahabat melakukan konsolidasi di Madinah untuk mengembangkan da’wah agar lebih efektif dan kualitatif.
Tahun baru Islam yang dimulai beberapa hari ke depan, bulan Muharam, adalah momentum umat Islam untuk melakukan konsolidasi. Bersatu dan mengokohkan persaudaraan, menata kepemimpinan dan memperkuat strategi pemenangan. Hijrah adalah jalan untuk melawan kezaliman, menegakkan keadilan dan membersihkan kemunafikan.
*) Penulis adalah Pemerhati Politik Islam