Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE.COM: Tuduhan pada umat Islam sebagai radikal dan intoleran jelas salah alamat. Di samping faktanya umat Islam itu ramah dan menjaga akhlaqul karimah, juga memiliki tenggang rasa tinggi pada perbedaan.
Keberagaman adalah sunnatullah. Islam tidak mengajarkan radikalisme, intoleransi, kekerasan ataupun perbuatan destruktif. Kelompok radikal dan intoleran itu adalah komunis.
Sejarah bangsa telah membuktikan bahwa intoleransi dan radikalisme itu menjadi monopoli aktivis komunis. Bahkan lebih dari itu, ada teror dan pemberontakan. Pembunuhan dan pembantaian.
Kasus Muncar Banyuwangi menunjukkan betapa sadisnya Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Gerwaninya. Menjebak melalui acara pengajian. Banser dan aktivis NU diracun oleh para Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat (organisasi wanita muda NU), lalu dibantai sadis. Mengubah shalawatan menjadi nyanyian genjer-genjer dan membunuh 93 Pemuda Anshor.
Berlanjut dengan pembantaian 62 Pemuda Ansor di Cemetuk yang mayatnya dimasukan ke dalam tiga “Lubang Buaya”.
Peristiwa di atas didahului oleh penculikan, penyiksaan dan pembunuhan Tujuh Pahlawan Revolusi pada 30 September 1965 di Jakarta. Peristiwa Lubang Buaya ini menggambarkan karakter fitnah, radikal dan biadabnya para aktivis komunis di Indonesia. Perwira tinggi TNI pun menjadi target.
Ditarik mundur ke belakang maka Madiun menjadi saksi sejarah kebrutalan komunis di bawah pimpinan Musso. Kejadian tahun 1948 itu membuat miris karena dengan hanya menguasai 13 hari Madiun, PKI/FDR telah membantai 1900-an santri dan ulama. Relief Monumen Kresek di antaranya menggambarkan kejahatan kemanusiaan komunis tersebut.
TNI dan umat Islam adalah musuh abadi komunis. Berbasis slogan kerakyatan dan anti agama, komunis bergerak secara terang-terangan maupun melalui penyusupan. Berbasis pada doktrin Revolusi Kebudayaan Mao Ze Dong, komunis di negeri ini berperilaku radikal, intoleran dan sadis.
Kini setop menembak umat Islam dengan isu radikal dan intoleran. Penyusup komunis berada di berbagai institusi sedang bersembunyi dan melakukan konsolidasi. Merekalah para penembak gelap yang sedang membunuhi umat Islam dengan menembakkan peluru radikal dan intoleran. Memperalat pejabat, aparat, bahkan ulama.
Ayo TNI dan umat Islam bersatulah untuk melawan kelompok radikal dan intoleran komunis. Mereka itu ada dan bersembunyi di balik ketiadaan. Membual dan menyebarkan fitnah, kegaduhan serta adu domba. Bahaya negara ada di belakang mata.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan