Catatan KH Atian Ali M Da’i, Lc, MA*
SALAM-ONLINE.COM: Entah apa yang menjadi dasar pertimbangan Presiden Joko Widodo memilih Yaqut Cholil Qoumas (YCQ) menjadi Menteri Agama, sosok yang sebelum menjadi Menag tak jarang membuat pernyataan kontroversial yang cukup menyesakkan dada, khususnya umat Islam di luar NU.
Tidak lama setelah menjadi Menag, YCQ pun langsung membuat statemen yang mengejutkan, di antaranya menyatakan bahwa dirinya sebagai Menag akan mengafirmasi Ahmadiyah dan Syiah.
Pernyataan yang tentu saja sangat bertolak belakang dari Pernyataan sebelumnya, “Saya menteri semua Agama.” Dengan pernyataan tersebut seharusnya yang bersangkutan sebagai Menteri Agama berkewajiban untuk mengayomi enam agama resmi yang diakui negara: Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu, serta berupaya untuk melindungi kesakralan keenam agama tersebut dari upaya penodaan dan penistaan. Termasuk melindungi kesucian Islam dari penodaan oleh aliran-aliran sesat berbaju Islam yang sangat banyak jumlahnya di negeri ini, di antaranya Ahmadiyah dan Syiah.
Belum lagi pulih dan terobati perasaan umat Islam yang ingin menjaga dan melindungi kesucian dan kemurnian Islam, serta menjaga persatuan dan kesatuan, kini malah muncul lagi pernyataan Menag YCQ yang bikin gaduh. Dengan lantangnya YCQ menyatakan lewat Kanal YouTube TVNU, Rabu (20/10/2021). “Kemenag itu hadiah negara untuk NU, bukan umat Islam secara umum, tapi spesifik untuk NU. Saya rasa wajar kalau sekarang NU memanfaatkan banyak peluang di Kemenag karena hadiahnya untuk NU,” kata YCQ.
Pernyataan Menag YCQ yang beraroma Ananiyyah ‘Asobiyyah firqah (egosentrisme kelompok) itu sontak mengundang reaksi dan sangat berpotensi untuk semakin membuat jarak antara umat Islam di luar NU dengan NU.
Kecaman demi kecaman pun bermunculan, antara lain dari Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr Anwar Abbas yang menilai cara berpikir dan cara pandang seperti ini kalau dikaitkan dengan masalah kebangsaan dan pengelolaan negara, tentu jelas sangat naif dan tidak mencerminkan akal sehat.
Saking geramnya sosok pengurus MUI yang dikenal istiqamah ini menyatakan, “Jika seperti ini saya minta Kementerian Agama lebih baik dibubarkan saja karena membuat gaduh dan mudharatnya pasti akan jauh lebih besar dari manfaatnya.”
Tidak kurang kerasnya pernyataan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Barat. Buya Gusrizal Gazahar melalui tulisannya yang berjudul: “Kalau Hanya untuk NU, Jadikan Saja Kemenag NU, Kami di Luar!” yang diunggah lewat akun Facebooknya Ahad, 24 Oktober 2021, melontarkan kritikan yang tajam dan pedas.
“Bila pernyataan Yaqut diamini oleh NU, umat Islam di luar NU harus segera mengambil sikap karena kemerdekaan yang diperjuangkan seluruh umat bukanlah untuk menyerahkan kendali leher kita kepada sekelompok orang. Tak perlu disurukkan lagi!” tegasnya.
Setelah membaca situasi yang tidak nyaman akibat dari pernyataan Menag YCQ, pihak PBNU segera bersikap melalui Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini. Helmy mengeluarkan pernyataan yang menegaskan Kemenag bukan hanya milik NU. “Kemenag hadiah negara untuk semua agama, bukan hanya untuk NU atau hanya untuk umat Islam,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Ahad 24 oktober 2021.
Rakyat sebenarnya sudah cukup menderita dengan kondisi perekonomian yang semakin mencekik leher banyak penduduk negeri ini. Belum lagi pandemi Covid-19 yang telah banyak memakan korban dan belum sepenuhnya berhasil diatasi.
Rakyat membutuhkan ketenangan jiwa untuk meningkatkan imunitas tubuh mereka. Pemerintah seharusnya menciptakan ketenangan. Bukan malah membuat kegaduhan sebagaimana yang dilakukan Menag YCQ. Presiden Joko Widodo selayaknya mempertimbangkan kembali keberadaan menterinya yang satu ini. []
*) Ketua Umum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI)/Ketua Umum ANNAS Pusat