Diprotes Soal Pemukim Ilegal, Wakil Zionis Berteriak Kesal ke Diplomat 16 Negara Eropa
SALAM-ONLINE.COM: Situs berita Zionis, Walla, melaporkan bahwa diplomat dan duta besar dari 16 negara Eropa mengadakan pertemuan rutin di Kementerian Luar Negeri penjajah dua pekan lalu. Pertemuan itu terkait dengan situasi di Tepi Barat.
Pihak penjajah diwakili oleh mantan duta besar Zionis untuk Prancis, Aliza Bin Noun. Ia kini menjabat sebagai direktur Departemen Urusan Eropa di Kementerian Luar Negeri penjajah.
Walla mengutip tiga diplomat Eropa dan Zionis, tanpa menyebut nama mereka, melaporkan bahwa pertemuan itu berlangsung tegang.
Menurut laporan yang dikutip Kantor Berita Anadolu, Jumat (7/1/2022), perwakilan dari negara-negara Eropa, yang dipimpin oleh Inggris, menghadiri pertemuan tersebut untuk mengajukan nota protes resmi bersama atas kekerasan pemukim ilegal (Yahudi) terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Para diplomat Eropa juga menggunakan kesempatan itu untuk mengajukan keberatan terhadap rencana pembangunan permukiman dan masalah lainnya.
Aliza Bin Noun menolak untuk membahas poin yang diajukan oleh perwakilan diplomat Eropa. Dia malah berteriak balik. “Kalian membuatku kesal…!” teriaknya.
Dia menjawab surat protes itu dengan menyatakan, “Setelah semua yang telah dilakukan ‘pemerintah baru (Zionis)’ untuk Palestina, apakah Anda datang untuk mengeluh?” ujarnya, kesal.
Diplomat wanita senior penjajah itu menanggapi protes tersebut dengan sangat tajam. Ia mengatakan bahwa tuduhan Eropa itu menghina.
Beberapa diplomat Eropa, yang menghadiri pertemuan tersebut, mengatakan bahwa mereka tertarik untuk melakukan dialog secara profesional, bukan emosional, mengenai masalah yang menyangkut mereka (Palestina dan penjajah), tetapi Bin Noun menolak untuk terlibat dalam diskusi substantif.
Para diplomat Eropa mengatakan suasana pertemuan itu sangat buruk dan itu di luar kendali. Pertemuan itu pun gagal dan berakhir dengan krisis besar.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri penjajah, Liot Haiat, mengonfirmasi laporan tersebut dengan mengatakan kadang-kadang posisi Eropa disajikan dengan cara yang tidak dapat diterima oleh pihaknya (Zionis). “Ini layak mendapat tanggapan yang tajam dan jelas, bahkan jika reaksi kami tidak baik terhadap orang Eropa,” katanya.
Negara-negara Eropa tetap meminta Zionis untuk menghentikan proyek perluasan permukiman di Yerusalem.
Uni Eropa meyakini proyek permukiman baru di Yerusalem itu akan menggagalkan kemungkinan “solusi dua negara” yang akan mendirikan negara Palestina di samping “negara jajahan (Zionis)”.
Perkiraan penjajah dan Palestina menunjukkan ada sekitar 650.000 pemukim (ilegal) yang tinggal di 164 permukiman dan 116 pos terdepan di Tepi Barat, termasuk di Yerusalem yang diduduki/dijajah Zionis.
Di bawah hukum internasional, semua permukiman Yahudi di wilayah pendudukan adalah ilegal. Tetapi Zionis selalu melanggar kesepakatan internasional tersebut. Penjajah itu tak peduli. (mus)