SALAM-ONLINE.COM: Status Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Prof Budi Santosa Purwokartiko viral di media sosial. Pasalnya, status/artikelnya di akun Facebook, dinilai rasis dan mengandung Islamofobia (anti atau kebencian terhadap Islam).
Status di akun Facebooknya yang dia tulis pada 27 April 2022 itu, Budi Santosa mulanya mengakui mewawancarai beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri.
Kata dia, mereka adalah mahasiswa dari program Dikti yang dibiayai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Dia mengatakan bahwa para mahasiswa ini tidak hobi demo.
“Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9,” kata Pria kelahiran Klaten, 12 Mei 1969 ini.
Dia mengatakan, para mahasiswa itu tidak pernah berbicara soal agama. Seperti kehidupan setelah mati.
“Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb,” tulis Budi.
“Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, gadarullah, dsb,” sindirnya.
Kemudian pada paragraf berikutnya, dia menyebut para mahasiswa ini tidak mengenakan kerudung atau jilbab. Dia menyindir kerudung dan jilbab sebagai pakaian manusia gurun.
“Mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind,” ujar Profesor/Guru Besar Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya ini.
“Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi,” tuturnya lagi.
Artikel Rektor ITK itu mendapat kecaman luas di media sosial. Sang rektor disebut rasis dan tidak pancasilais.
Pimpinan tertinggi ITK itu menuai banyak kecaman karena dianggap melakukan hal rasis, terlebih dia adalah seorang guru besar.
Meskipun unggahan tulisan sudah dihapus, namun jejak digital tulisan yang dinilai rasis itu sudah kadung tersebar dan membuat Budi Santosa Purwokartiko selaku Rektor ITK banjir hujatan dari berbagai kalangan, termasuk sesama akademisi.
Hingga akhirnya ada sebuah klarifikasi pihak ITK mengenai tulisan Budi Santosa Purwokartiko tersebut. Intinya pihak kampus tak mau dihubungkan dengan hal tersebut.
Alasan dalam klarifikasi tersebut ialah tulisan Budi Santosa Purwokartiko itu dianggap sesuatu yang bersifat pribadi dan tak ada hubungan dengan jabatannya sebagai rektor.
Berharap adanya klarifikasi akan mampu meredam gejolak yang ada, namun ternyata justru menjadi ‘blunder’ pihak ITK sendiri dengan beberapa redaksional yang dianggap aneh dan tak wajar oleh masyarakat.
Tagar mengenai Rektor ITK pun menggema dan sempat masuk trending Twitter di Indonesia, begitu juga dengan akun resmi kampus yang terus didatangi netizen perihal masalah ini dan juga terkait klarifikasi.
“Andai dia dosen biasa boleh-lah dipisah dan ga terlalu ngefek ke kampus, hahaha, lah ini rektor, penentu kebijakan, yang nyuruh elu nulis gini jg pasti dia,” tulis akun InginBebas6 menyindir admin, dikutip redaksi dari Hops.id—jaringan Suara.com.
“Mau gag mau ya TERKAIT lah, buktinya kalian sampe buat klarifikasi ini kan tanda kalian TERKAIT. Klo gag mau terkait kasih sanksi, pecat dll, baru gag ada kaitan apapun ucapan orang itu,” sahut akun zarazettirazr.
“ttd, Institut Teknologi Kalimantan. Itu pernyataan di atas yg bertanggungjawab siapa? anda min?” tanya akun alfajrianAB.
“Itu pernyataan di atas, yg ttd siapa? seharusnya lebih tinggi obyeknya (rektor) lhaaaa iki ttd sopo?” tulis akun FerdinadSikumbang.
Dalam tagar terkait Rektor ITK tersebut banyak netizen yang meminta pemerintah untuk memecatnya karena dianggap merusak persatuan dan kesatuan, serta jauh dari nilai-nilai dunia akademisi. (S)