Hancurkan Rumah Warga, Pasukan Zionis Bunuh 2 Pemuda Palestina di Tepi Barat
SALAM-ONLINE.COM: Pasukan penjajah (Zionis) membunuh dua pemuda Palestina dan melukai tiga lainnya di Tepi Barat yang diduduki/dijajah pada Senin (2/1/2023), kata kementerian kesehatan Palestina, Middle East Eye (MEE) melaporkan.
Mohammed Samar Khoshiyeh (22) dan Fouad Mohammed Abed (25), ditembak mati setelah pasukan Zionis menyerbu desa Kafr Dan, sebelah barat Jenin, untuk melakukan pembongkaran rumah warga Palestina.
Warga Palestina menghadapi pasukan penjajah itu saat mereka menyerbu desa pada Ahad malam. Serangan berlanjut hingga Senin.
Belum jelas apakah Khoshiyeh dan Abed terlibat dalam baku tembak atau apakah mereka tidak bersenjata saat terbunuh.
Faksi Palestina berduka atas kematian mereka dan menyebut mereka sebagai pejuang. Hamas mengatakan Abed adalah salah satu anggota bersenjata kelompok itu. Sementara Brigade Martir al-Aqsha Fatah mengklaim Khoshiyeh sebagai salah satu anggotanya.
Tentara Zionis datang untuk menghancurkan rumah dua warga Palestina yang gugur dalam baku tembak beberapa bulan lalu. Aksi teroris Zionis ini juga menewaskan seorang tentaranya.
Video yang diposting online menunjukkan saat pasukan penjajah menggunakan bahan peledak untuk meledakkan rumah yang akan mereka hancurkan.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Middle East Eye, pasukan penjajah telah membunuh lebih banyak warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki/dijajah pada tahun 2022 dibandingkan dalam satu tahun sejak Intifadah Kedua.
Sedikitnya 220 orang gugur dalam serangan Zionis di seluruh wilayah pendudukan/penjajahan, termasuk 48 anak-anak. Dari total korban yang gugur, 167 berasal dari Tepi Barat dan Yerusalem Timur, dan 53 berasal dari Jalur Gaza.
Tambahan lima warga Palestina telah tewas dalam periode yang sama. Sementara itu, warga Palestina telah membunuh sedikitnya 29 warga penjajah, termasuk satu anak—jumlah kematian tertinggi sejak 2008.
Kekerasan yang diperbarui
Kekerasan Zionis yang diperbarui terjadi ketika militer meningkatkan operasi di Tepi Barat dan perlawanan bersenjata Palestina bangkit kembali.
Pemukim penjajah diduga berada di balik kematian setidaknya lima warga Palestina tahun lalu, tetapi militer bertanggung jawab atas sebagian besar kematian tersebut.
Menurut data PBB, hampir 9.500 warga Palestina dari Tepi Barat terluka tahun lalu.
Korban meninggal tahun 2022 menjadikannya tahun paling kejam di Tepi Barat sejak 2005, tahun yang dianggap banyak orang sebagai akhir Intifadah Kedua.
Saat itu, perlawanan bersenjata Palestina di Tepi Barat dilumpuhkan di bawah kepemimpinan Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas.
Namun, kendali keamanan Otoritas Palestina di daerah-daerah tertentu di Tepi Barat telah ditentang pada tahun 2022 dengan munculnya dua kelompok bersenjata semi-terorganisir, Batalyon Jenin dan Sarang Singa di Nablus.
Meningkatnya kekerasan dari pasukan Zionis telah menimbulkan kekhawatiran internasional.
Bulan lalu, para ahli PBB mengutuk Zionis atas rekor kekerasan tersebut dan memperingatkan bahwa tahun 2023 bisa memicu jumlah korban yang lebih banyak.
“Kecuali pasukan Zionis meninggalkan pola pikir pemukim yang dominan ini dan memperlakukan warga Palestina di wilayah pendudukan/jajahan sebagai orang yang dilindungi, catatan buruk Zionis di Tepi Barat yang diduduki kemungkinan akan semakin memburuk pada tahun 2023,” kata para ahli PBB. (mus)