Retorika Anti Islam di Eropa, Turki Berharap Langkah Tulus Swedia Perangi Islamofobia
SALAM-ONLINE.COM: Meningkatnya retorika anti-Islam di Eropa, terutama di negara-negara Skandinavia, jadi perhatian bagi Türki, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan pada hari Rabu.
“Kami prihatin dengan meningkatnya retorika dan tindakan anti-Islam di Eropa, terutama di negara-negara Skandinavia,” kata Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam dalam sebuah wawancara televisi di Ankara, Rabu (1/2/2023), dikutip dari Kantor Berita Anadolu, Kamis (2/2/2023).
Pernyataan Erdogan ini merujuk pada serangan kembali terhadap kitab suci Al-Qur’an di Swedia, Denmark dan Belanda baru-baru ini.
Türki, kata Erdogan, mengharapkan langkah tulus dari Swedia dalam perang melawan Islamofobia—sebagaimana resolusi PBB tanggal 15 Maret 2022 yang menegaskan ajakan kepada dunia untuk memerangi Islamofobia.
“Kami mengharapkan Swedia dan Finlandia untuk sepenuhnya mematuhi komitmen mereka dalam nota tripartit,” kata Erdogan, merujuk pada kesepakatan yang ditandatangani Juni lalu antara Türki dan dua negara Nordik itu untuk keanggotaan NATO mereka.
Menilai nota kesepahaman sebagai “peta jalan”, dia mengatakan penting bagi negara-negara itu untuk memenuhi janji mereka, terutama dalam perang melawan terorisme.
Permintaan maaf dari Swedia tidak akan menyelesaikan masalah, katanya, seraya menambahkan bahwa negara itu telah menjadi “tempat berlindung yang aman bagi organisasi teroris”.
Swedia belum memenuhi komitmennya terkait perang melawan terorisme di bawah memorandum tersebut, ujar Erdogan. Dia menyebut kelompok teroris masih melanjutkan aktivitas mereka di Swedia.
Organisasi teror telah menargetkan Türki dengan “cara yang paling buruk”. Menurut Erdogan, karena melihat perkembangan terakhir, Turki harus menunda kunjungan Ketua Parlemen Swedia dan menteri pertahanannya ke Turki.
Bagi Erdogan, serangan yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci Islam baru-baru ini adalah “kejahatan kebencian”. Dia menegaskan kembali bahwa kebencian dengan kedok kebebasan berekspresi itu sama sekali tak bisa diterima. “Kejahatan kebencian terhadap Islam dan umat Islam secara terbuka tak bisa diterima.”
Presiden Erdogan menegaskan hal ini setelah ekstremis Denmark-Swedia Rasmus Paludan membakar Al-Qur’an pada dua kesempatan terpisah, di depan Kedutaan Besar Turki di Swedia dan kemudian di depan sebuah Masjid di Denmark belum lama ini.
Paludan mengatakan dia akan membakar kitab suci umat Islam setiap Jumat sampai Swedia diterima di aliansi NATO.
Edwin Wagensveld, seorang politikus sayap kanan Belanda dan pemimpin kelompok Islamofobia, Pegida, juga merobek halaman-halaman Al-Qur’an di Den Haag, kemudian membakar halaman-halaman kitab suci itu di dalam panci. Dia memposting video tentang aksinya tersebut di internet.
Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO Mei lalu—sebuah keputusan yang dipicu oleh perang Rusia melawan Ukraina.
Di bawah memorandum yang ditandatangani Juni lalu antara Türki, Swedia, dan Finlandia, kedua negara Nordik itu berjanji akan mengambil langkah-langkah melawan teroris untuk mendapatkan keanggotaan dalam aliansi NATO.
Dalam perjanjian tersebut, Swedia dan Finlandia antara lain setuju untuk tidak memberikan dukungan kepada kelompok teror seperti PKK dan cabangnya, dan Organisasi Teroris Fetullah (FETO), serta mengekstradisi tersangka teror ke Türki. (mus)