Oleh: Zairudin Hashim
(Ahli Dewan Tertinggi Majlis Belia Malaysia–MBM)
“Cahayamu bagai bintang, doaku kau sejahtera
biar warna kubah-kubahmu kian pudar
untukmu setanggi ini kubakar
cahayamu sediakala
Aku rindukan zaman kebangkitan,
pabila nurani bersulamkan pikiran
Dihimpun dan bersatu, lafaz niatku bertemu
cahayamu tiada tara…”
SALAM-ONLINE.COM: Ketika M Nasir (kini Datuk) dinobatkan sebagai pemenang Anugerah Juara Lagu (AJL) pada 1999 melalui lagu “Andalusia”, banyak yang terkejut mengingat terdapat lagu-lagu lain yang telah diperkirakan sejak awal akan menang. Dalam naskah yang digubah melodinya oleh ‘sifu’ musik negara itu, Almarhum Loloq (Rosli Khamis) tampil sebagai penulis lirik.
Meskipun tidaklah sepopuler “Tanya Sama Itu Hud Hud” (1994); “Ghazal Untuk Rabiah” (1997) atau “Awan Nano” (2011) yang turut diangkat sebagai pemenang, “Andalusia” berjaya berdiri sebagai mahakarya yang disegani. Ku Seman Ku Hussein menggambarkan lagu ini ‘membawa kita mengenang kegemilangan Kerajaan Islam di Andalusia masa silam (kini Sepanyol)’.
Lagu yang indah dan bermakna ini terngiang-ngiang terdengar manis di telinga tatkala YB Dr Zulkifli Hasan mengangkat sumpah sebagai Senator di Dewan Negara, pada 12 Disember 2023 lalu.
Mantan Wakil Rektor Universitas Islam Antarbangsa Malaysia (UIAM) itu kemudian diumumkan sebagai Wakil Menteri di Kantor Perdana Menteri (Urusan Agama) saat perombakan Kabinet Kerajaan Perpaduan di bawah kepemimpinan YAB Perdana Menteri, Datuk Seri Anwar Ibrahim (DSAI). Beliau dinilai mampu membantu anggota Kabinet untuk memacu Malaysia ke arah kejayaan yang kita impikan selama ini.
Memiliki pengalaman luas dalam bidang syariah dan keuangan Islam, mantan Dekan Fakultas Syariah dan Undang-Undang, Universitas Sains Islam Malaysia (USIM) itu dilahirkan di Tanjung Malim, Perak pada 3 Jun 1977 dari pasangan Haji Hasan Yeen dan Hajah Rabeah Khalid. Sebagai anak desa, beliau hidup bersama keluarga penyadap karet di Slim River. Mendapat pendidikan awalnya di Sekolah Kebangsaan Sungai Behrang. Kemudian melanjutkan pelajaran di Madrasah Idrisiah di Kuala Kangsar, dan dinobatkan sebagai pelajar terbaik pada 1994 di Madrasah tersebut.
Beliau telah menyelesaikan kuliah dan memperoleh ijazah sarjana muda untuk bidang studi undang-undang di UIAM pada 2001. Kemudian ijazah sarjana muda keduanya dalam jurusan syariah pada tahun 2002. Selanjutnya beliau memperoleh ijazah sarjana undang-undang perbandingan di universitas yang sama pada tahun 2004. Setelah itu, beliau melanjutkan studi di Durham University United Kingdom (UK), dan berhasil meraih gelar doktor falsafah (PhD) dalam Keuangan Islam pada tahun 2011.
Dr Zulkifli Hasan sangat aktif serta berpengalaman sebagai aktivis saat menjadi mahasiswa. Juga aktif dan berpengalaman sebagai pekerja sosial, baik di skala nasional maupun internasional. Di antaranya, beliau pernah mendapatkan amanah di lembaga Global Peace Mission (GPM) Malaysia; sebagai mantan Yang Dipertua Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), Negeri Sembilan; Wakil Ketua Biro Urusan Internasional ABIM Pusat (skala nasional); anggota Lembaga Pengelola Sekolah Dasar Islam Seremban, dan Ketua MYCOM4SDG. Beliau memiliki pengalaman berharga pada skala nasional dan terlibat aktif dengan masyarakat umum di United Kingdom (Inggris), yaitu di Durham Islamic Society dan Palestine Solidarity Campaign, serta di Amerika Syarikat, yaitu di Association of Muslim Lawyers of New York dan Fordham Islamic Society.
Pada 2013, beliau mewakili Malaysia dalam Program Intelektual Muda Muslim di Asia Tenggara yang bergengsi atas rekomendasi Japan Foundation, dan pada 2014 beliau dipilih sebagai penerima beasiswa untuk melakukan riset ilmiah di Universitas Fordham, New York, Amerika Syarikat, oleh Lembaga Beasiswa Asing J. William Fulbright, melalui Fulbright US-ASEAN Visiting Scholars Initiative.
Dr Zulkifli juga pernah menerima Anugerah ‘The Upcoming Scholar’ pada tingkat nasional dari Global Islamic Finance. Karya beliau yang terdapat dalam situs www.zulkiflihasan.com telah memenangi anugerah blog terbaik dan karya terbaik pada peringkat nasional.
Dr Zulkifli pernah memegang berbagai jabatan akademik seperti editor perundangan untuk Jurnal Malaysia di bidang Syariah dan Undang-undang; panel syariah untuk Institut Pengelolaan dan Riset Fatwa USIM, dan analis untuk Jurnal Internasional, Riset, Bisnis dan Keuangan, serta Jurnal Internasional, Keuangan, Islam dan Timur Tengah. Beliau juga merupakan ahli pada Lembaga Penasihat Editorial untuk Laporan Undang-undang Syariah dan Majalah Keuangan Islam Global, di samping penasihat akademik untuk Diploma Takaful di Kampus Darul Hikmah (KDH), Selangor.
Dr Zulkifli juga pernah menjadi ahli untuk beberapa organisasi profesi, seperti Persatuan Pengacara Syariah Malaysia, Persatuan Penasihat Syariah dan Majelis Pengacara Malaysia. Sebagai pakar di Komite Syariah Affin Islamic Bank dan EXIM Bank serta ahli pada Komisi Persatuan Penasihat Syariah, beliau mempunyai pengalaman luas dalam perbankan dan keuangan, termasuk takaful.
Sebagai seorang akademisi, Dr Zulkifli telah menerbitkan banyak artikel dalam pelbagai jurnal akademik seperti di Malayan Law Journal, Shari’ah Law Reports, International Review of Business Research, Journal of International Banking Law and Regulation, International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management dan Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, di samping menyampaikan banyak kertas kerja dalam berbagai konferensi pada skala lokal dan luar negeri.
Bukunya bertajuk “Tadbir Urus Syariah dalam Bank Islam” yang diterbitkan oleh Edinburgh University Press memenangi Penerbitan Terbaik MAPIM dalam kategori sains sosial pada tahun 2013. Minat penelitiannya termasuk berkaitan dengan administrasi pemerintahan, peraturan korporasi dan Syariah dalam keuangan Islam.
Sejak hari pertama memperkenalkan diri sebagai Wakil Menteri Urusan Agama, Dr Zulkifli nampak aktif dan sigap dalam menjalankan tugas hariannya yang padat. Seperti yang kita maklum, beliau sangat suka berolahraga dan bersenam, selain senantiasa memastikan agar mempunyai ruang untuk sekurang-kurangnya berjoging selama beberapa jam setiap hari.
Dr Zulkifli pernah memetik ucapan Almarhum Prof Dato’ Dr Siddiq Fadzil (Presiden ABIM kedua) berkenaan bagaimana pentingnya nilai-nilai murni Islam untuk berperan sebagai pemimpin dengan pendekatan wasatiyyah untuk pengamalan hidup bersama dalam budaya damai (peaceful coexistence). Hal ini sangat dekat dengan interaksi yang dibuat oleh para ilmuan Andalusia dengan Peradaban China dan Hindu. Laksana mata air jernih Seirra Nevada, Granada yang mengalir deras dengan damai ke Alhambra, kita dapat melihat bagaimana ketika zaman gemilangnya, Andalusia berjaya mengharmonikan bangsa Arab, bangsa Afrika Utara dan juga warga loka Sepanyol untuk bergandengan dan saling menyemai persatuan.
Selama 800 tahun, Andalusia berkembang sebagai Peradaban Islam di sekitar Semenanjung Iberia dari tahun 711 (ketika di bawah kepemimpinan Tariq Ibnu Ziyad) sampai 1492 Masehi. Umat Islam berjaya memimpin Andalusia dengan cemerlang kerana mementingkan keharmonian dan persaudaraan, termasuk sesama warga setanah air yang bukan Muslim. Kepemimpinan Islam di sana yang dilaksanakan secara berintegritas, damai, toleran dan mapan, berhasil meminimalisir polarisasi kaum/kesukuan.
Sementera itu, Dr Zulkifli juga pernah mengungkapkan betapa pentingnya masyarakat memahami gesaan Tan Sri Profesor Dr Syed Muhammad Naquib al-Attas tentang hakikat insan yang dikaruniai akal dan kepentingan mendalami ilmu, selanjutnya membentuk ketinggian dan keluhuran sebuah peradaban. Selain keindahan seni membangun Maghribi-Andalusia, Al-Andalus juga memberikan inspirasi kepada kita bahwa ilmu mampu mencetak manusia yang baik secara universal (al-insan al-kamil) dan mengangkat kemuliaan insan (karamah insaniyyah). Umat Islam di Andalusia yang menjunjung tinggi budaya ilmu, akhlak dan nilai-nilai murni yang dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa-sallam menjadi simbol keberadaban, ketertiban, kesopanan, kebersihan, kebijaksanaan dan kemajuan.
Kesepaduan ilmu yang diamalkan dalam masyarakat Andalus dan dilaksanakan melalui sistem pendidikan wajar dijadikan pelajaran. Zaman keemasan Andalusia amat menonjol sekitar abad ke-11 dan 12 Masehi, yaitu semasa munculnya tokoh-tokoh ilmuan hebat, cendekiawan agama, ahli hadits, ahli fisafat, ilmuan, kimia, fisika, matematik, rekayasa, pakar medis, astronomi, ekonomi, kesenian serta arsitektur peradaban Islam Islam dan lainnya yang masih ada hingga kini. Andalusia menjadi simbol kekuatan, keagungan Islam dan dianggap sebagai “The Torch of Europe” yang memberi obor ilmu untuk Peradaban Barat ketika mereka mengalami Zaman Kegelapan.
Sebagai penutup, sosok bernama Dr Zulkifli Hasan ini wajar mendapatkan perhatian. Waktu akan jadi penentu sejauh mana beliau akan melangkah. Apa yang utama, sasaran untuk mengarusutamakan gagasan Malaysia Madani perlu dilakukan secara konsisten, demi mengembalikan kegemilangan umat seperti era keemasan Islam Andalusia agar dapat direalisasikan, di samping mengambil pelajaran dari kejatuhannya.
Hari ini, matahari yang pernah menyinari zaman kegemilangan Islam di Andalusia, adalah matahari yang sama dengan hari ini. Tiada yang mustahil untuk membangun sebuah kebangkitan, asalkan disulami dengan pembudayaan ilmu, adab dan keberanian bertindak, dengan izin dan rahmat Allah Subhanahu wa-Ta’ala. Muslim yang beriman pasti jiwanya tersentuh jika pikirannya mengenang akan Andalusia. Sebagaimana bait-bait indah nukilan Loloq:
“Aku rindukan zaman kebangkitan,
pabila nurani bersulamkan pikiran
Dihimpun dan bersatu, lafaz niatku bertemu
cahayamu tiada tara
pohon salamku pada fakir-fakirmu, Andalusia…”