Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Dibunuh dalam Serangan Zionis Penjajah di Teheran
“Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di Jalan Allah itu mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup di sisi Robbnya dengan mendapatkan rezeki,” (QS Ali Imran: 169).
SALAM-ONLINE.COM: Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, telah dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu (31/7/2024) pagi. Gerakan Perlawanan Islam Palestina itu menyampaikan langsung informasi ini, yang sekaligus menyatakan Zionis “Israel” penjajah sebagai dalang dari serangan mematikan itu.
Hamas menyatakan bahwa Haniyeh dan salah seorang pengawalnya gugur syahid (insya Allah) setelah tempat mereka menginap diserang. Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, pada Selasa (30/7/202).
“Gerakan Perlawanan Islam Hamas berduka cita untuk rakyat Palestina, bangsa Arab dan dunia Islam dan untuk semua orang merdeka di dunia (sehubungan dengan gugur syahidnya) Saudara, Pemimpin, Asy-Syahid, Mujahid Ismail Haniyeh, pemimpin gerakan, yang dibunuh dalam serangan Zionis yang licik di kediamannya di Teheran,” demikian pernyataan resmi Hamas yang dikutip Al Jazeera, Rabu (31/7).
“Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, pemimpin gerakan, gugur dalam serangan Zionis di Teheran setelah menghadiri acara pelantikan presiden baru (Iran),” tambah pernyataan yang disiarkan di Laman Telegram Sayap Militer Brigade Al Qassam.
Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) juga mengumumkan kematian Haniyeh. IRGC sendiri tidak memberikan rincian tentang bagaimana Haniyeh dibunuh, tetapi mengatakan serangan itu sedang diselidiki.
“Pagi ini, kediaman Ismail Haniyeh di Teheran diserang, mengakibatkan kematiannya dan salah satu pengawalnya. (Serangan itu) sedang diselidiki dan akan diumumkan segera,” demikian pernyataan IRGC.
Selama Gaza diserang pasca Hamas menyerang Zionis pada 7 Oktober 2023 lalu, penjajah itu telah bertekad untuk membunuh Haniyeh dan pemimpin Hamas lainnya.
Pada 2019, Haniyeh meninggalkan Jalur Gaza dan tinggal di Qatar, sementara pemimpin tertinggi Hamas yang berada di Gaza adalah Yahya Sinwar.
Hani Mahmoud dari Al Jazeera, yang berada di Deir el-Balah, Gaza, mengatakan pembunuhan Haniyeh menjadi satu hal yang “signifikan” pengaruhnya bagi masyarakat Gaza karena ia adalah pemimpin negosiasi yang mereka harapkan akan membawa pada gencatan senjata.
“Warga Palestina di seluruh Gaza dan Tepi Barat juga melihat Ismail Haniyeh sebagai pemimpin moderat yang jauh lebih pragmatis dibandingkan dengan pemimpin lain yang memimpin faksi militer gerakan ini,” kata Mahmoud.
“Ia sangat populer di sini. Ia tumbuh di kamp pengungsi. Ia mewakili sebagian besar orang yang merupakan keturunan keluarga pengungsi yang terpaksa meninggalkan wilayah Palestina pada tahun 1948,” Mahmoud menambahkan.
Mahmoud juga menyebut bahwa banyak pihak yang khawatir akan pembunuhan Haniyeh dapat menyebabkan eskalasi lebih lanjut (dari penjajahan Zionis dan perlawanan Palestina).
Kematian Ismail Haniyeh mengejutkan dunia lantaran upaya diplomasi untuk perdamaian di Palestina atas Serangan Zionis “Israel” sedang berlangsung.
Ismail Haniyeh Sempat Bertemu Jusuf Kalla di Qatar
Dua pekan sebelum kematiannya, Asy-Syahid Ismail Haniyeh sempat bertemu dengan mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla (JK), di Doha, Qatar, pada Jumat 12 Juli 2024.
Dalam pertemuan itu JK menyerukan dan berharap bersatunya Hamas dengan kelompok Fatah. Mengakhiri permusuhan selama ini yang justru menguntungkan musuh yang sebenarnya.
Seruan sekaligus harapan JK ini terkabul. Hamas dan Fatah menandatangani kesepakatan di Beijing, China bersama dengan faksi-faksi Palestina lainnya. Mereka sepakat mengakhiri perselisihan yang telah berlangsung lama dan bersatu untuk membentuk pemerintahan bersama.
“Hamas dan Fatah akhirnya sepakat untuk berdamai dengan menandatangani perjanjian di China yang disebut demi ‘persatuan nasional’ pada Selasa (23/7/2024),” tulis sejumlah media internasional.
Kedua kelompok itu mengeluarkan pernyataan bersama yang mengumumkan kesepakatan tersebut, meskipun belum memberikan rincian bagaimana atau kapan pemerintah akan dibentuk.
Jalan menuju Kemenangan
AP dalam laporannya, Rabu (24/7/2024), menyebut kesepakatan antara Hamas, Fatah dan 12 faksi lainnya itu dimediasi oleh Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. Pembicaraan berlangsung sejak Ahad (21/7).
Juru bicara Fatah Jamal Nazzal mengatakan bahwa pengumuman “persatuan nasional” ini didasarkan pada perluasan keanggotaan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpin oleh Fatah, termasuk Hamas.
Sementara Zionis penjajah dan Amerika Serikat (AS) murka dengan pakta perdamaian tersebut. AS dan negara-negara Barat lainnya menolak karena mereka tidak setuju pemerintah Palestina melibatkan Hamas kecuali jika pemerintahan tersebut secara tegas mengakui penjajah Zionis “Israel”.
Menteri Luar Negeri penjajah, Israel Katz, mengatakan tidak akan ada pemerintahan bersama antara Hamas dan Fatah di Gaza. “Karena kekuasaan Hamas akan dihancurkan,” kata Menlu penjajah itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller menegaskan bahwa pihaknya hanya ingin melihat Otoritas Palestina yang memerintah di Gaza. “Kami tidak ingin melihat peran Hamas,” ucap Miller.
Jelas, Zionis, AS dan sejumlah negara Barat, takut, jika Hamas, Fatah dan faksi-faksi lainnya di Palestina bersatu, yang berarti akan menguatkan bangsa Palestina.
Semoga upaya yang dirintis Ismail Haniyeh (Hamas) bersama faksi lainya di Palestina ini akan membuka jalan menuju kemenangan dan pembebasan Palestina dari penjajahan. (M Nizar Malisi)