Lancarkan Serangan, Pejuang Suriah Kuasai Bandara Internasional Aleppo
SALAM-ONLINE.COM: Suriah kembali memanas setelah gencatan senjata sejak 2020 lalu. Kelompok Mujahidin (pejuang opisisi) yang dipimpin Hay’at Tahrir al-Syam (HTS) bersama sekutunya, termasuk beberapa kelompok yang didukung Turki, menyatakan kemenangan yang mencengangkan pada Sabtu (30/11/2024) saat para pejuang Suriah itu melancarkan serangan ke Aleppo.
Rezim Suriah dan sekutunya, Rusia, pun mengklaim serangan balasan yang menghantam pusat Aleppo pada hari yang sama. Sementara pejuang Suriah menyatakan telah menguasai bandara internasional di kota itu dan bergerak maju menuju provinsi lainnya, Hama.
Setidaknya 16 warga sipil dan 20 pejuang gugur dalam beberapa serangan udara yang dilancarkan pasukan Rusia pada Sabtu dini hari, demikian menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), sebuah kelompok pemantau yang berbasis di Inggris.
Ini adalah pertama kalinya serangan udara yang menyasar Aleppo sejak 2016, ketika kelompok pejuang Suriah dihalau dari kota itu oleh pasukan Rusia dan rezim Suriah.
HTS dan sekutunya, termasuk beberapa kelompok yang didukung Turki menyatakan telah mengambil alih Bandara Internasional Aleppo dan kota strategis Khan Sheikhoun di Idlib selatan.
“Batas-batas administratif Provinsi Idlib sepenuhnya berada di bawah kendali kami,” kata kelompok pejuang Suriah, Sabtu (30/11) seperti dilansir Middle East Eye (MEE).
Mereka juga menyatakan telah mulai bergerak menuju Hama, dan berhasil merebut enam kota dan desa, termasuk Morek, yang terletak di sepanjang jalan raya penting yang menghubungkan Suriah tengah ke utara.
Kelompok pejuang Suriah membuat kebangkitan dramatis di Aleppo saat mereka merangsek memasuki kota itu.
Serangan dimulai pada Rabu (27/11) ketika pasukan pejuang Suriah keluar dari wilayah yang mereka kuasai di Suriah barat laut menuju Aleppo.
Dalam dua hari, mereka telah merebut puluhan kota dan desa, serta satu bagian dari jalan raya strategis M5, memutus rute pasokan ke Damaskus.
Mereka telah mengambil alih beberapa pangkalan militer rezim dan posisi yang dibentengi sejak saat itu, meskipun kerap menghadapi sedikit perlawanan.
Sementara rezim Basyar Asad mengakui kemajuan yang diperoleh kelompok pejuang Suriah pada Sabtu.
Rezim Suriah mengatakan pasukannya tengah melaksanakan “operasi penempatan kembali” untuk memperkuat pertahanannya, “menahan serangan, dan bersiap menghadapi serangan balik”.
Rezim juga menyatakan beberapa serangan udara di Aleppo, dengan bertujuan untuk mencegah kelompok oposisi membangun posisinya di provinsi itu.
Runtuhnya pasukan rezim
Menurut SOHR, pasukan rezim telah runtuh di Idlib dan Aleppo. Hal ini membuat Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, berada di luar kendali rezim untuk pertama kalinya sejak negara itu merdeka pada tahun 1946, kata kelompok pemantau tersebut.
Menurut SOHR, setidaknya 327 orang telah tewas sejak serangan dimulai. Sebagian besar adalah di kedua belah pihak.
Di tengah perkembangan yang bergerak cepat, menteri luar negeri Turki dan Rusia—keduanya pemangku kepentingan utama di Suriah—berbicara melalui telepon pada Sabtu. Menurut Moskow, mereka sepakat untuk mengoordinasikan keadaan sebagai upaya untuk menstabilkan Suriah.
“Kedua pihak menyatakan keprihatinan serius atas perkembangan situasi yang membahayakan di Republik Arab Suriah terkait dengan eskalasi militer di provinsi Aleppo dan Idlib,” kata kementerian Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga berbicara melalui telepon dengan mitranya dari Iran (sekutu rezim Suriah bersama Rusia), demikian menurut media pemerintah Iran.
Garis depan perang Suriah hampir tidak bergeser sejak 2020. Perjanjian “de-eskalasi” pada 2019 antara Turki yang mendukung kelompok pejuang dan sponsor rezim Basyar Asad (Rusia dan Iran), berhasil menciptakan stabilitas dan gencatan senjata dalam jangka panjang.
Sebagian besar provinsi Idlib sejak itu dikuasai oleh HTS—yang pernah berafiliasi kepada al-Qaidah. Hay’ah Tahrir al-Syam kemudian membentuk pemerintahan sipil di Idlib.
Kelompok pejuang oposisi yang didukung Turki dalam koalisi Tentara Nasional Suriah telah menguasai wilayah lain di utara.
Meskipun Rusia terganggu oleh perang di Ukraina dan pasukan Asad melemah akibat serangan Zionis “Israel” yang sering terjadi, namun sejak Agustus 2023 pesawat tempur rezim Suriah dan Rusia telah meningkatkan serangan udara di wilayah yang dikuasai oposisi itu. Artinya rezim Suriah dan Rusia telah lebih dahulu melakukan pelanggaran gencatan senjata yang dimulai pada 2020.
Rezim Asad juga memanfaatkan gencatan senjata tersebut untuk melakukan terobosan diplomatik, menormalisasi hubungan dengan beberapa negara regional, dan bergabung kembali dengan Liga Arab.
Stabilitas itu kini nampak sangat terkikis. Aleppo menjadi benteng pejuang oposisi setelah gejolak revolusi meletus pada 2011. Perebutan kota itu oleh pasukan Asad pada tahun 2016 sangat simbolis. (mus)