Pemimpin Suriah Ahmad Al-Sharaa: Kami Akan Menjalin Hubungan Strategis dengan Turki
“Kemenangan ini bukan hanya milik rakyat Suriah, tapi juga bagi warga Turki
SALAM-ONLINE.COM: Presiden de Facto Suriah Ahmad Al-Sharaa mengatakan kepada sebuah surat kabar Turki pada Rabu (18/12/2024) bahwa Suriah akan mengembangkan hubungan strategis dengan Turki di masa mendatang.
Sharaa, yang lebih dikenal selama ini dengan nama Abu Mohammad Al-Jolani (sebagai Pemimpin Hay’ah Tahrir Asy-Syam/HTS) mengatakan bahwa warga Suriah yang mencari perlindungan ke berbagai negara diluar sana, dari semua negara tersebut, Turki paling menonjol dalam merangkul dan menghormati rakyat Suriah.
Turki, kata Sharaa, telah memperlakukan rakyat Suriah lebih baik di sana daripada di tempat lain.
“Saya berharap Suriah tidak melupakan kebaikan ini,” kata pemimpin HTS itu kepada surat kabar Turki Yeni Safak, yang dikutip redaksi dari Middle East Eye (MEE), Kamis (19/12).
“Akan ada hubungan strategis. Turki memiliki banyak prioritas dalam rekonstruksi negara Suriah yang baru,” tambahnya.
“Kami mempercayai Turki dalam hal ini dan kami ingin menjaga iktana sosial (di antara kedua bangsa).”
Turki, lanjut Sharaa, akan memegang beberapa peranan penting dalam membangun kembali negara Suriah yang baru, termasuk dalam dalam perdagangan bilateral dan mentransfer keahlian pembangunan ekonomi Turki ke Suriah.
“Akan ada juga hubungan komersial yang saling menguntungkan. Kami percaya pada Turki dalam hal mentransfer pengalamannya di bidang pembangunan ekonomi ke Suriah,” terangnya.
Turki menampung lebih tiga juta pengungsi Suriah, tetapi pejabat Turki mengatakan jumlah total warga Suriah yang pernah tinggal di negara itu mendekati lima juta.
Ankara yakin bahwa pemerintah Suriah yang baru akan terlibat dengan semua negara regional, termasuk negara-negara di Teluk, tempat kecurigaan yang sangat tinggi terhadap gerakan berorientasi Islam.
Ketika ditanya apakah ia bermaksud menyebarkan revolusi ke negara-negara Islam lainnya, Sharaa mengatakan gerakannya tidak berhak mencampuri urusan negara lain.
“Kami tidak berniat mengambil tugas di luar kapasitas kami, seperti menyelesaikan semua masalah dunia Islam, yang akan mengalihkan kita dari tanggung jawab utama kita kepada rakyat kita sendiri,” tegasnya.
”Kita akan berusaha untuk membangun dan mengembangkan hubungan dengan semua negara dengan cara yang menguntungkan bangsa kita.”
Sharaa menutup pernyataannya dengan mengatakan bahwa keberhasilan revolusi di Suriah juga menjadi alasan bagi rakyat Turki untuk merayakannya.
“Kemenangan ini bukan hanya kemenangan rakyat Suriah tetapi juga rakyat Turki. Ini adalah kemenangan kaum tertindas atas para penindas,” tutupnya.
Turki di bawah pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan, sejak awal meletusnya revolusi Suriah memamg telah menjadi pendukung utama perjuangan rakyat Suriah dalam melawan kebiadaban rezim Basyar Asad.
Di saat yang sama negara Turki telah menampung sebanyak 3 juta lebih pengungsi Suriah. Tetapi pejabat Turki mengatakan jumlah total warga Suriah yang pernah tinggal di negara itu mendekati lima juta jiwa.
Tak hanya menampung warga Suriah, Turki juga mengirim berbagai bantuan untuk rakyat Suriah sendiri. Maka sudah sewajarnya Turki akan mempunyai peran penting dan strategis ke depannya di Suriah yang baru ini. (mus)