Operasi Rad’u Al ‘Udwan dan Tumbangnya Rezim Tiran di Suriah

Catatan Abu Harits*

Rayakan tumbangnya rezim Asad, warga Suriah di berbagai negara turun ke jalan

SALAM-ONLINE.COM: Tindakan agresi dan arogansi dengan alasan dan dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan. Terlebih lagi jika sudah didahului dengan perjanjian gencatan senjata atau perdamaian dalam waktu yang ditentukan.

Pelanggaran terhadap perjanjian damai dan gencatan senjata merupakan bentuk kezaliman besar yang harus ditentang. Terlebih lagi jika tindakan tersebut menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi yang tidak sedikit.

Rad’u al ‘Udwan” (Pencegahan Agresi) adalah sandi operasi militer yang diluncurkan oleh faksi oposisi bersenjata Suriah di barat laut Suriah, tepatnya di wilayah Idlib, pada tanggal 27 November 2024 lalu. Mereka membentuk “Departemen Operasi Militer”, bertujuan untuk membalas serangan pendahuluan yang dilancarkan pasukan rezim Suriah (Basyar Asad) bersama kekuatan milisi Iran dan afiliasinya.

Serangan pendahuluan ini dilancarkan tentara rezim selama 3 bulan sebelumnya di front Aleppo, Saraqib, Jabal al-Zawiya dan wilayah lainnya yang telah dibebaskan oleh faksi pejuang oposisi.

Menurut beberapa sumber berita, eskalasi milier ini terjadi bermula dari latihan milter pasukan rezim Basyar Asad bersama milisi Iran yang dikerahkan di garis depan dalam menggunakan senjata jenis baru dan menjadikan masyarakat di wilayah tersebut sebagai ladang uji coba. Serangan ini dinilai oleh banyak kalangan sebagai bentuk pelanggaaran terhadap perjanjian gencatan senjata Turki-Rusia pada Maret 2020 silam.

Serangan secara sistemik yang dilancarkan oleh tantara rezim Asad juga menyasar Idlib. Seperti diketahui, wilayah Idlib yang menjadi basis dari Hay’at Tahrir al Syam (HTS) telah mampu membangun pemerintahan secara mandiri sejak 2017 lalu. Secara intensif, tantara rezim Asad yang dibantu oleh Rusia dan milisi syiah Iran menargetkan serangan di wilayah ini. Lebih dari 1.500 serangan baik darat maupun udara dimuntahkan secara sistematis menargetkan warga sipil dan infrastruktur.

Serangan ini menyebabkan ribuan keluarga di wilayah tersebut mengungsi dan banyak juga yang mengalami luka-luka berat dan bahkan tewas.

Melihat kesewenang-wenangan tantara rezim dan sekutunya, pasukan oposisi melancarkan operasi “Rad’u al ‘Udwan”. Operasi militer ini difokuskan pada wilayah-wilayah yang menjadi target serangan pendahuluan seperti Idlib, Aleppo, Hama, Homs dan sekitarnya.

Pada hari ke-12 pertempuran, di luar dugaan rezim Asad, faksi pejuang oposisi Suriah mampu meningkatkan pergerakannya hingga menuju Ibu Kota Damaskus. Dengan dikuasainya ibu kota, itu menjadi pertanda tumbangnya kekuasaan rezim Asad yang telah berlangsung selama 53 tahun. Media Barat melaporkan bahwa Basyar Asad meninggalkan negara itu menuju Rusia bersama keluarganya sebelum oposisi tiba di ibu kota.

Tujuan operasi milter ‘Ra’d al ‘Udwan

Tujuan operasi militer diumumkan oleh juru bicara Ruang Operasi “Al-Fath Al-Mubin”, Hassan Abdel-Ghani. Dalam pernyataannya Abdel-Ghani menyebutkan bahwa tujuan dari operasi “Rad’u al ‘Udwan” adalah sebagai berikut:

Menghancurkan rencana musuh dengan mengarahkan serangan pendahuluan yang disengaja terhadap posisi milisinya.

Membela warga sipil dalam menghadapi mobilisasi militer rezim yang mengancam keamanan wilayah yang telah dibebaskan.
Mengembalikan warga yang mengungsi ke rumah mereka.

Selanjutnya menghapus pengaruh rezim dan milisi dari wilayah yang dikuasai oposisi di barat laut Suriah, dan membatasi serangan berulang-ulang mereka terhadap wilayah tersebut dengan pengeboman artileri dan rudal.

Persiapan operasi militer Rad’u al ‘Udwan

Faksi-faksi perjuangan di Kegubernuran Idlib yang digerakkan oleh Hay’at Tahrir al Syam (HTS) telah menjalin komunikasi dan koordinasi dengan faksi-faksi pejuang oposisi di wilayah lain sejak empat tahun silam. Sejak pertengahan musim panas tahun 2024, semua faksi oposisi telah mempersiapkan diri demi merebut kembali wilayah-wilayah yang dikuasai oleh tantara rezim Asad.

Secara intensif Abu Muhammad al Jolani (Ahmad Hussein Asy-Syara’a) selaku pimpinan tertinggi HTS membangun komunikasi antarfaksi. Dengan izin Allah terjalinlah komunikasi dan koordinasi yang rapi di antara faksi-faksi pejuang oposisi Suriah. Jalinan komunikasi tersebut selanjutnya dimatangkan dengan penyusunan strategi dan taktik tempur yang dibahas dalam Ruang Operasi “al Fath al-Mubin”.

Dari ruang operasi inilah peluncuran operasi “Rad’u al ‘Udwan” (Pencegahan Agresi) dilakukan. Demi persiapan yang matang dan penguatan jaringan komando maka dibentuklah “Departemen Operasi Militer”, yang menggabungkan kekuatan semua faksi pejuang oposisi. Departemen ini direpresentasikan oleh tiga kelompok besar dari mereka:

Hay’at Tahrir al-Syam (HTS)

Faksi ini paling menonjol dan terbesar di dalamnya. Ini adalah blok militer faksi bersenjata Suriah, yang terdiri dari penggabungan 5 faksi.

Pembentukannya diumumkan pada tahun 2017 setelah dimulainya negosiasi Astana antara rezim Suriah dan oposisi, dengan partisipasi Rusia, Turki dan Iran, yang kemudian negosiasi ini ditolak. Ditolak, karena dinilai sebagai bagian dari Konspirasi melawan revolusi Suriah.

Front Pembebasan Nasional

Ini adalah persatuan antara sekelompok faksi oposisi bersenjata Suriah di Provinsi Idlib yang diumumkan pada Agustus 2018, bersamaan dengan ancaman tentara rezim untuk menyerang wilayah ini.

Ahrar al-Syam

Pembentukannya diumumkan pada tahun 2011. Ahrar al-Syam menggambarkan dirinya sebagai gerakan Islam yang komprehensif, reformis dan salah satu faksi yang berafiliasi dan terintegrasi dalam Front Islam. Dikatakan pula bahwa Ahrar al-Syam adalah formasi militer, politik, sosial, dan Islam yang komprehensif.

Rangkaian peristiwa penting dalam operasi Ra’d al ‘Udwan

Pada hari pertama (27 November 2024) pasukan oposisi melancarkan serangan balasan atas agresi milter tantara rezim dan pasukan aliansinya (milisi Iran dan Hizbullah) di pinggiran wilayah Aleppo. Secara bersamaan seluruh faksi pejuang oposisi bergerak di bawah satu komando untuk merebut kembali wilayah Aleppo.
Baku tembak terjadi dengan sengit antara kedua belah pihak. Pada serangan hari pertama ini faksi pejuang oposisi mampu menguasai titik-titik strategis wilayah Aleppo yang kemudian berlanjut dengan perluasaan di wilayah sekitarnya.

Pada hari kedua operasi (28 November 2024), oposisi Suriah mengumumkan penguasaannya atas markas besar Resimen ke-46, kota strategis Khan Al-Assal, dan puluhan kota dan desa lainnya, yang menyebabkan terputusnya jalur komunikasi. Ditambah lagi, pasukan oposisi mampu menguasai jalan internasional “Aleppo-Damaskus”. Mereka juga menyerang Bandara Al-Nayrab, sebelah timur Aleppo, yang menjadi markas faksi-faksi yang setia kepada Iran.

Kantor berita Tasnim Iran juga mengumumkan terbunuhnya seorang penasihat senior Iran dan pemimpin Garda Revolusi, Brigadir Jenderal Kiomars Pourhashemi, yang dikenal sebagai Haj Hashem, di Aleppo dalam serangan yang dilancarkan oleh pejuang oposisi Suriah. Diketahui, Pourhashemi adalah salah satu penasihat militer di Irak dan Suriah. Dia juga merupakan veteran Perang Iran-Irak (1980-1988).

Sumber militer Suriah mengatakan bahwa kemajuan faksi oposisi bersenjata membuat mereka berada sekitar 10 kilometer dari pusat kota Aleppo dan beberapa kilometer dari kota Nubl dan Al-Zahraa. Wilayah ini dianggap sebagai garis pertahanan tantara rezim Suriah. Diinfokan juga bahwa kota tersebut merupakan markas kelompok bersenjata yang setia kepada Iran.

Pada hari ketiga (29 November 2024), pejuang oposisi Suriah mengumumkan penguasaan total kota Aleppo. Pihak oposisi yang tergabung dalam operasi Rad’u al ‘Udwan juga menegaskan kendalinya atas puluhan kota dan desa setelah pertempuran sengit dengan tentara rezim Suriah dan sekutunya yang berlangsung selama 36 jam.

Beberapa sumber berita menambahkan bahwa para pejuang oposisi menguasai pusat penelitian praktis di New Halab. Dengan demikian kekuatan oposisi hanya berjarak dua kilometer dari pusat kota. Di waktu bersamaan, pihak oposisi juga mengumumkan penguasaannya atas kota strategis Kafr Halab, di sebelah barat kota dan lokasi-lokasi strategis di pedesaan tenggara Idlib.

Baca Juga

Anatolia Agency mengutip sumber keamanan yang mengatakan bahwa Tentara Nasional Suriah (SNA) melancarkan Operasi “Fajar Kebebasan” hari itu untuk menggagalkan rencana Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang ingin membangun koridor antara kota Tal Rifaat dan timur laut Suriah.

Pada hari itu, rezim Suriah mengumumkan kedatangan bala bantuan yang dikirim ke kota Aleppo. Dan Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan bahwa pasukannya berhasil menghalau serangan tersebut. Ditambahkan pula bahwa pasukan penyerang telah menimbulkan kerugian besar baik peralatan maupun nyawa.

Sementara pihak oposisi mengumumkan telah menewaskan lebih dari 200 anggota tentara rezim Suriah dan melukai ratusan lainnya, selain penangkapan sedikitnya 20 personel dan penyitaan tank dan kendaraan lapis baja. Sementara laporan menunjukkan bahwa faksi-faksi pejuang oposisi juga menderita lebih dari 100 tentara yang terbunuh.

Oposisi Suriah mengatakan bahwa mereka mampu menguasai Benteng Aleppo dan Masjid Umayyah di provinsi tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga telah menguasai gedung gubernuran Aleppo, istana kota, markas polisi dan kota strategis Saraqib di Idlib, di mana tempat jalan internasional Aleppo-Damaskus berada, dan persimpangan jalan internasional Lattakia-Aleppo.

Pada penghujung hari, pihak oposisi mengumumkan pemberlakuan jam malam di kota tersebut hingga keesokan paginya untuk menjaga keselamatan warga sipil. Koresponden Al Jazeera mengatakan bahwa oposisi memasuki Aleppo tanpa melepaskan satu tembakan pun dan tidak menemui perlawanan apa pun.

Di sisi lain, koresponden Al Jazeera melaporkan bahwa pejuang Suriah mengebom kawasan New Halab di kota Aleppo. Pihak berwenang Suriah mengumumkan penutupan Bandara Aleppo dan pembatalan semua penerbangan.

Reuters mengutip tiga sumber tentara Suriah yang mengatakan bahwa tentara menutup jalan utama menuju dan dari kota Aleppo setelah instruksi dikeluarkan kepada pasukan untuk mengikuti perintah “penarikan aman” dari kawasan yang dikuasai pejuang oposisi.

Dalam konteks yang sama, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa angkatan udaranya melenyapkan 200 militan di provinsi Aleppo dan Idlib dalam satu hari. Pihaknya juga menyebutkan bahwa situasi di kedua provinsi tersebut semakin memburuk. Secara eksplisit, pihak kementrian menegaskan bahwa pasukan Rusia memberikan dukungan kepada tentara rezim Suriah dalam menghadapi formasi ini.

Pada hari keempat dan kelima (30 November dan 1 Desember 2024), Departemen Operasi Gabungan mampu mengendalikan situs militer besar di pinggiran barat dan barat daya Aleppo, seperti Akademi Militer, Sekolah Artileri, Bandara Militer Kuweires dan Bandara Militer Kuweires serta Perguruan Tinggi Udara yang terletak di sana. Ditambah lagi dengan dikuasainya pabrik pertahanan di dekat Al-Safira dan pangkalan Gunung Azzan yang merupakan basis penting bagi Garda Revolusi Iran dan faksi sekutunya, seperti Hizbullah Lebanon dan Gerakan Al-Nujaba Irak.

Dari operasi tesebut, Aleppo berada diluar kendali rezim Suriah untuk pertama kalinya sejak pecahnya perang Suriah, dengan pengecualian wilayah yang berada di bawah kendali Pasukan Demokratik Suriah. Sementara rezim dan Rusia melancarkan serangan udara ke Idlib, menewaskan warga sipil dan melukai puluhan lainnya.

Pada hari keenam (2 Desember 2024), organisasi kemanusiaan White Helms menyebutkan sedikitnya 25 orang tewas di barat laut Suriah dalam serangan udara yang dilakukan rezim Suriah dan Rusia.

Oposisi Suriah memperluas operasinya hingga mencakup Kegubernuran Hama. Konfrontasi hari itu terkonsentrasi di daerah dataran tinggi Jabal Abdeen yang dianggap sebagai garis pertahanan paling penting bagi kota Hama.

Sementara itu, koresponden Al Jazeera melaporkan pecahnya bentrokan yang digambarkan sebagai kekerasan di poros Al-Jebeen, Tal Meleh dan Al-Jalama di pedesaan barat laut Hama dengan penerbangan intensif pesawat tempur Suriah dan Rusia.

Pada hari ketujuh (3 Desember 2024), Departemen Operasi “Rad’u a’’Udwan” mengumumkan penguasaannya atas Halfaya, Maardis, Taybat al-Imam dan depot senjata di daerah Khattab di pedesaan utara Hama dan Brigade ke-87 dekat kota. Selain itu, pasukan pejuang oposisi terus maju di lebih dari satu poros pedesaan Hama di tengah kekalahan besar-besaran pihak pasukan rezim.

Sementara itu, drone Amerika melancarkan serangan di Deir ez-Zor dalam rangka mendukung operasi Pasukan Demokratik Suriah dan melawan apa yang mereka sebut sebagai ancaman terhadap pangkalan militer Amerika di Efrat.

Pada hari kedelapan (4 Desember 2024), pasukan oposisi Suriah mengumumkan bahwa mereka telah menguasai sebagian besar kota Hama setelah mengambilalih lebih banyak kota dan lokasi militer di pedesaan utara. Sementara Kementerian Pertahanan Suriah mengonfirmasi hal itu, kemudian pasukannya dikerahkan ke luar kota untuk menyelamatkan nyawa warga sipil dan tidak melibatkan mereka dalam pertempuran.

Pada hari kesembilan (5 Desember 2024), Departemen Operasi Militer mengumumkan penguasaannya atas seluruh kota Hama, Bandara Militer Hama, Penjara Pusat Hama–yang tahanannya dibebaskan–dan gedung markas polisi. Sementara tantara rezim Suriah mengumumkan pemindahan dan reposisi markas milier dan kepolisian ke luar kota.

Pada hari kesepuluh (6 Desember 2024), pasukan oposisi Suriah melanjutkan kemajuan mereka menuju Kegubernuran Homs. Pergerakan itu bersamaan dengan penguasaan mereka atas kota Rastan dan Talbiseh yang merupakan gerbang utara Homs. Kaum revolusioner di Rastan telah mengantisipasi serangan faksi oposisi tiba di sana, jadi mereka menyerang posisi tentara sebagai persiapan masuknya mereka.

Namun, pesawat tempur Suriah dan Rusia mencoba memperlambat pergerakan pasukan oposisi dengan mengebom Jembatan Rastan di pedesaan utara Homs. Kekuatan rezim yang diback up oleh militer Rusia juga melancarkan sejumlah serangan ke kota tersebut dengan pengeboman artileri berat setelah oposisi mengumumkan kendalinya atas wilayah tersebut.
Pasukan rezim Suriah mengirim bala bantuan ke lokasi sekitar Homs dan melakukan operasi yang digambarkan SANA sebagai operasi kualitatif terhadap Al-Dar Al-Kabira, Talbisah dan Al-Rastan di pedesaan Homs. Operasi tersebut didudkung sepenuhnya dengan jangkauan penerbangan Rusia.

Namun, Departemen Operasi Militer menegaskan kendalinya atas desa terakhir di pinggiran kota Homs dan mengeluarkan “seruan terakhir” kepada pasukan rezim di kota tersebut untuk membelot secara massal dan menuju Hama.

Pada hari yang sama, faksi oposisi Suriah mengumumkan pembentukan “Ruang Operasi Selatan” di provinsi Daraa, Quneitra, dan Suwayda di Suriah selatan. Mereka juga berupaya mengambil alih perlintasan perbatasan Nassib pada saat Kementerian Dalam Negeri Yordania mengumumkan penutupan perlintasan perbatasan Jaber di seberang perlintasan Nassib, karena kondisi keamanan.

Ruang Operasi Selatan mampu menguasai 80% Kegubernuran Daraa dan sejumlah area penting di Kegubernuran Suwayda, termasuk gedung markas polisi dan penjara. Mereka juga berhasil mengambil alih 5 tank dan mengumumkan jam malam 24 jam di kota. Para pejuang oposisi juga menyerukan kepada pasukan rezim untuk membelot dan mendukung operasi militer ini.

Di Suriah timur, rezim Suriah menyerahkan pusat Kegubernuran Deir ez-Zor kepada Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dukungan Amerika. Hal itu terjadi setelah rezim Asad menarik pasukannya yang ditempatkan di wilayah tersebut. Mereka juga menarik diri dari bandara militer Deir ez-Zor dan menyerahkannya kepada mereka juga bertepatan dengan faksi oposisi yang mendekati kota Homs.

Pasukan Demokratik Suriah mengonfirmasi penempatan anggotanya di kota Deir ez-Zor dan sebelah barat Efrat setelah tentara Suriah menarik diri dari sana. Reuters melaporkan–mengutip dua sumber militer Suriah–bahwa perbatasan Albukamal dengan Irak dikendalikan oleh pasukan “SDF”.

Pada hari ke-11 (7 Desember 2024), pihak oposisi mengumumkan mampu membebaskan 4 kota dalam waktu 24 jam, yaitu Daraa, Quneitra, Suwayda dan seluruh kota Homs, selain kota-kota lain di provinsi tersebut. Mereka juga mampu menguasai Penjara Pusat Homs yang kemudian dilakukan pembebasan lebih dari 3.500 tahanan.

Reuters mengutip sumber-sumber di oposisi bersenjata Suriah yang mengatakan bahwa puluhan kendaraan tentara Suriah meninggalkan Homs, kemudian pasukan rezim mundur dari cabang keamanan politik di kota tersebut. Sementara tentara dan komandan keamanan berangkat dengan helikopter dari pangkalan militer Shayrat di pedesaan Homs menuju wilayah pantai.

Pada hari ke-12 (8 Desember 2024), Pihak oposisi mengumumkan pada dini hari dimulainya serangan mereka ke ibu kota, Damaskus, dengan penarikan elemen rezim Suriah dari beberapa front.

Pihak oposisi mampu membebaskan tahanan dari penjara di kota Nabek dan dari penjara Saydnaya di pedesaan Damaskus. Setelah itu mereka mengambil alih gedung radio dan televisi. Tidak berselang lama, menara masjid di Damaskus mulai meneriakkan takbir, tahlil dan tahmid dengan masuknya pasukan oposisi ke pusat kota.

Di saat yang bersamaan, pejabat serta anggota rezim mundur dari markas besar Kementerian Pertahanan dan Staf Umum di ibu kota. Sekitar pukul enam pagi, oposisi Suriah mengumumkan bahwa mereka telah menggulingkan Presiden Basyar al-Asad.
Keberhasilan operasi “Rad’u al ‘Udwan” ini menandai terbebasnya Suriah dari rezim tiran Asad yang telah bercokol selama 50 tahun.

Momentum ini sekaligus menjadi babak baru kehidupan rakyat Suriah dalam menghirup nafas segar kemerdekaan yang selama ini hilang. Tidak hanya itu, peristiwa besar ini juga mengubah peta geopolitik dan geostrategis di kawasan Timur Tengah.
Di era baru ini, banyak pengamat melihat Suriah akan mampu memainkan peran strategisnya sebagai negara yang mayoritas muslim sunni dalam mewujudkan kedaulatan dan stabilitas Kawasan. Tidak sedikit pula yang menaruh harapan bahwa Suriah dengan kepemimpinan yang baru akan berperan aktif dalam mewujudkan kedaulatan Palestina yang hari ini masih dijajah oleh Zionis “Israel”.

*Pemerhati Dunia Islam

Referensi Sumber berita:
ردع العدوان.. عملية عسكرية أسقطت حكم آل الأسد في 12 يوما | الموسوعة | الجزيرة نت
أطلقتها المعارضة السورية.. ما أسباب شن عملية “ردع العدوان” وتطوراتها؟ | التلفزيون العربي
الأكبر منذ سنوات.. حقائق عن عملية “ردع العدوان” الجارية بسوريا | الحرة
عملية ردع العدوان وانهيار قوات النظام السوري

Baca Juga