Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE: Pada Ahad, 2 Agustus 2020, telah dideklarasikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) oleh sejumlah tokoh, antara lain Din Syamsuddin, Ichsanuddin Noorsy, Said Didu, Rocky Gerung, Refly Harun, Rizal Ramli dan lainnya. Pembentukan koalisi tokoh tersebut tentu berangkat dari keprihatinan atas kondisi bangsa Indonesia saat ini. Penyelenggaraan negara yang telah salah arah.
KAMI patut didukung karena tujuan mulia yang melandasinya. Rakyat Indonesia merasakan bahwa kondisi kini sangat parah. Kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum terkoyak-koyak. Negara hukum telah bergeser menjadi negara kekuasaan. Rezim Joko Widodo memang oligarkhis bahkan otokratis. Sangat tepat para tokoh bersikap untuk berkoalisi. Koreksi memang harus dilakukan oleh kekuatan yang solid.
Di kalangan umat Islam semangat korektif sudah terbentuk dengan sikap jelas dan tegas MUI. Maklumat dan dalam waktu dekat “tahdzir” akan dikeluarkan. Koreksi atas penyimpangan ideologi oleh kekuatan komunis yang diduga menyusup di Pemerintahan dan Partai Politik. MUI sampai pada ancaman aksi besar-besaran (masirah kubro). Sikap MUI tersebut mendapat dukungan luas dari masyarakat.
Pemerintahan Joko Widodo dinilai sudah “out of order” bertindak berlebihan. Prinsip “Negara adalah aku” telah menyuburkan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Ekonomi, politik dan hukum terasa semakin amburadul dan tak jelas arah. Bak kendaraan yang melaju tak terkendali karena rem blong dan supir tak berdaya. Pasrah menuju kecelakaan fatal.
Negara harus diselamatkan. Sinyal “SOS” telah berbunyi. Sebenarnya saat tepat Presiden Joko Widodo untuk mundur dengan terhormat. Demi kebaikan bangsa ke depan. Beri kepercayaan nakhoda atau driver lain yang lebih segar dan mahir. Atau menunggu dahulu koreksi yang lebih keras? Sejarah mencatat bahwa keterlambatan dalam pengambilan keputusan dapat berakibat pada penyesalan. Jatuh dalam keadaan tidak terhormat.
KAMI telah terbentuk. Semangat perubahan semakin menguat. Gumpalan perlawanan tidak bisa dianggap ringan. Oleh karena itu sebagaimana dukungan kepada MUI untuk menjadi lokomotif perjuangan umat, maka dukungan kepada KAMI pun akan membesar pula.
Dekkarasi KAMI mengingatkan kita kepada KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) saat gerakan perubahan politik tahun 1966-an dahulu. KAMI kini adalah untuk masa depan yang lebih baik. Sejarah selalu berulang dan kebenaran selalu menang. Kami semua mendukung KAMI. Selamat berjuang.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 13 Dzulhijjah 1441 H/3 Agustus 2020 M