Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE.COM: Ketika menjadi Menteri Ekonomi, Pembaruan Industri dan Urusan Digital Prancis (2014-2016) Emmanuel Macron pernah dilempari telur busuk oleh seorang anggota serikat tenaga kerja.
Ini disebabkan kebijakan dan karakter Macron yang tidak disukai. Kebijakan dan karakter busuk. Ia termasuk yang mendirikan La Republique En Marche, gerakan dan partai berhaluan sosialis liberalis Prancis.
Mengidap penyakit Oidipus Complex sehingga perkawinan dan percintaannya menjadi bahan olok-olok. Dalam mengkritik soal kebebasan berpendapat seorang petinggi Brazil menyandingkan foto istri ‘tua’ Macron dengan monyet. Tentu ia marah. Tapi Macron tak peduli dengan isu sensitif keyakinan (Islam).
Kini Macron dikecam habis di seluruh dunia, khususnya dunia Islam. Pembiaran bahkan dorongan atas karikatur penghinaan tehdapa Nabi Muhammad Shallallahu ‘’Alaihi wa Sallam menjadi motivasi terbangunnya kebersamaan umat Islam. Aksi membela Nabi terjadi di mana-mana. Kedubes Prancis menjadi sasaran aksi. Produk Prancis diboikot di banyak negara.
Jika Macron pernah di lempar telur busuk dari depan kepala, maka Senator rasis “Islamofobia” Australia Fraser Anning pernah dilempar telur busuk di belakang kepalanya. Will Connelly melakukan itu dan mendapat pujian atas keberaniannya. ia pun digelari sebagai Egg Boy.
Telur busuk yang dilemparkan ke kepala adalah bentuk perlawanan kepada politisi busuk.
Semestinya Uni Eropa (UE) mengingatkan perilaku busuk Emmanuel Macron bukan mendukungnya. Dukungan Belanda, Jerman, Yunani, Austria dan Italia pada Macron hanya memperluas kebencian. Namun dukungan kepada Prancis ini nampaknya lebih pada ketidaksenangan kepada Pemerintah Turki dengan sikap keras Recep Tayyip Erdogan.
Di Prancis sendiri terhadap karikatur Charlie Hebdo juga mendapat kecaman banyak pihak, termasuk dari tokoh Katolik Uskup Agung Robert Le Gall yang menyatakan bahwa kebebasan berekspresi tidak boleh menyinggung keyakinan agama.
Macron memang layak untuk kembali dilempar telur busuk saat ini. Dilempar ramai-ramai. Siapa pun yang mendukungnya patut untuk mencium bau busuknya telur yang pecah akibat lemparan itu.
Kebebasan berekspresi nampaknya harus diwujudkan dengan melempar telur busuk…satu ton. Biar “nyaho” si Macron. Mati? Matilah kau!
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 19 Rabi’ul Awwal 1442 H/5 November 2020 M