Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE.COM: Tertangkap tangannya Edhy Prabowo Menteri KKP asal Gerindra cukup mengejutkan. Di tengah tekanan gerakan moral KAMI, revolusi akhlak HRS, serta beratnya kondisi ekonomi, juga efek Covid-19, kini masalah baru muncul. Menteri tertangkap tangan KPK.
Kalimat “ruwet ruwet ruwet” Joko Widodo semakin menggema, baik ke seantero negara maupun ruang istana. Terjepit oleh kepentingan para pencari keuntungan dari “all the president’s men”. Termasuk cara kerja Menteri yang berantakan. Hilang visi dan koordinasi.
Edhy Prabowo adalah tangan kanan Prabowo. Penangkapannya cukup aneh. Apakah menjadi bagian dari skenario Presiden atau bukan? Pertanyaan yang wajar, mengingat KPK tak bisa lepas dari peran Dewan Pengawas yang tak lain adalah “orangnya” Presiden. Jika bukan, maka artinya ada musuh dalam selimut yang sukses menerobos istana.
Kementerian di bawah Edhy Prabowo menjadi sarang bisnis Gerindra. Sebagaimana Menteri dari parpol lain juga membawa misi kepentingan partai, khususnya dalam menghimpun dana. OTT Menteri bernilai politis untuk mematikan semua jalinan bisnis ikutannya. Ini akan menjadi tekanan dan ancaman bagi Prabowo Subianto yang sudah berupaya menjadi “anak manis”.
Ada keretakan Prabowo dengan Joko Widodo. Juga mungkin dengan Megawati yang membawa Prabowo. Tapi bukan mustahil pula ada keretakan antara Joko Widodo dengan Megawati yang jengkel melihat sang Presiden tak kunjung mereshuffle kabinet. Megawati tak puas atas peran yang dinilainya kecil.
Jusuf Kalla (JK) bersama Golkar sudah mulai bermain. JK menyatu bersama HRS dan Anies. Golkar dukung pencabutan RUU HIP dari Prolegnas Prioritas 2021. Sementara Nasdem lebih dulu “hengkang” dengan mengelus-elus Anies. Sesuatu yang tabu untuk kepentingan Joko Widodo ke depan.
Ketika Polisi babak belur disorot sebagai alat kekuasaan, TNI begitu bagus di depan rakyat. Teori perimbangan sebagaimana dimainkan orde lama dahulu menghendaki TNI yang tidak terlalu kuat. Pelemahan menjadi keniscayaan. TNI harus dibuat babak belur pula di depan rakyat. Kasus ancaman Panglima TNI, baliho (Pangdam Jaya) dan karangan bunga di markas Kodam Jaya, adalah momen untuk meruntuhkan wibawa TNI.
Kini Edhy Prabowo, istri dan petinggi KKP telah tertangkap. Entah apa peran Ngabalin yang ikut sepesawat dari Amerika tetapi kemudian dilepas. Mata-matakah? Ada agenda apa pula di Amerika? Menjadi sensitif dalam pertarungan global dengan kepentingan Cina di Indonesia.
Peristiwa ini menyimpan misteri pertarungan politik di Istana. Ada episode lanjutan yang bakal jauh lebih menarik. Pembersihan atau penggulingan kekuasaan dari dalam? Semua mungkin saja.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 10 Rabi’ul Akhir 1442 H/26 November 2020 M