SALAM-ONLINE.COM: Gugurnya enam anggota Laskar Front Pembela Islam (FPI) yang menjadi martir atau syuhada terus bergaung dan “menembak” pihak-pihak yang terlihat semakin panik. Sejak konferensi pers Kapolda Metro Jaya Fadil Imran Senin siang yang didampingi Pangdam Jaya Dudung Abdurachman, desakan agar dilakukan penyelidikan independen terus menguat. Berbagai elemen masyarakat menyuarakan keraguan atas kebenaran keterangan Kapolda Metro Jaya.
Banyak institusi seperti LBH, kelompok masyarakat, KAMI, Muhammadiyah, Amnesti internasional, hingga Komisi III DPR meminta agar dibentuk Komisi Pencari Fakta Independen. Muhammadiyah menyesalkan Pangdam Jaya ikut komferensi pers di ruang yang menjadi kewenangan sepenuhnya Kepolisian. Adakah keterlibatan TNI dalam pembunuhan 6 anggota FPI?
Pengacara yang hendak membawa jenazah dari RS Polri mendapat kesulitan bahkan diusir petugas. Lalu pengamanan di RS luar biasa ketat. Pasukan Kodam Jaya di bawah pimpinan Dudung Abdurachman ikut dan banyak berada di lokasi. Adakah misteri atau rahasia dari kondisi keenam jenazah anggota Laskar FPI tersebut?
Di sinilah mendesak perlunya penelusuran akan fakta sebenarnya. Belum ada press conference siapa saja Polisi yang menembak keenam orang anggota Laskar FPI itu. Semakin seru perkembangan kasus para martir ini.
Seru lainnya adalah instruksi Kapolri Idham Azis ke seluruh jajarannya agar memakai helm, menggunakan rompi anti peluru, serta membawa senjata di Markas. Kepanikan apa pula ini. Wajar masyarakat semakin bertanya-tanya, adakah “kebingungan sendiri” ini akibat dari blunder atas pembunuhan enam anggota FPI yang mengawal HRS?
Sementara itu, sorotan kasus sudah semakin mendunia.
Kini ditunggu instruksi atau kebijakan Joko Widodo sebagai Presiden, apakah masih menganggap enteng peristiwa ini atau sedang merenung alibi apa yang lebih jitu agar kasus tidak berkembang semakin seru. Ataukah akan segera memerintahkan Kapolri untuk mencopot Kapolda Metro? Yang tentu lebih hebat adalah Joko Widodo mencopot Kapolri Idham Azis. Artinya Idham “su’ul khotimah”.
Semua bisa saja terjadi karena suatu akibat pasti ada sebab. Pepatah mengingatkan agar “Jangan menabur angin jika tidak ingin menuai badai”.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, Rabi’ul Akhir 1442 H/9 Desember 2020 M