Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE.COM: Sebelumnya banyak kecurigaan bahwa Tenaga Kerja Asing asal Cina yang masuk ke Indonesia itu bukan semata pekerja tetapi juga tentara, karena terlihat dari postur tubuh yang tegap, kini kedatangan 153 orang melalui bandara Soekarno-Hatta di tengah pandemi makin melonjak, juga dicurigai. Tiga orang memegang visa diplomatik dan 150 lainnya memiliki Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) dan Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP).
Sungguh mengejutkan dan mencurigakan, apalagi 153 pendatang tersebut menggunakan pakaian hazmat (hazardous material suit), APD lengkap, sehingga sulit dilihat siapa mereka, sangat mungkin tentara pula. Mengapa kok seleluasa ini WNA Cina dapat masuk di saat Indonesia tengah lockdown dan tidak terima warga asing? Ada apa dengan Kantor Imigrasi dan Pemerintah Indonesia sekarang ini? Demi kewaspadaan nasional dan keamanan negara hal ini harus diusut dan diklarifikasi.
Presiden Republik Indonesia atau sekurangnya Menkopolhukam harus menjelaskan di depan publik siapa mereka itu dan apa antisipasi Pemerintah merespons kekhawatiran masyarakat atas kedatangan “makhluk misterius” seperti ini. Jangan sampai semua menjadi terlambat. Penyusupan yang difasilitasi oleh agen-agen bangsa kita yang menjadi pengkhianat negara. Ketergantungan ekonomi tidak boleh menyebabkan keterjajahan para pemimpin negara kepada Republik Rakyat Cina. Bahaya.
Kita teringat proses aneksasi Tibet oleh Cina dahulu. Para tentara Cina menyamar sebagai pekerja yang berujung invasi. Mega proyek dibuat sebagai investasi Cina, baik PLTA, KA, Bandara maupun Jaringan Telekomunikasi. Proyek besar yang nyatanya sama sekali tidak menyejahterakan masyarakat Tibet. Tetapi lebih menguntungkan rezim komunis Cina dan migran Cina itu sendiri. Pemimpin spiritual Dalai Lama terusir ke India. Industrialisasi Cina telah mengubah budaya rakyat Tibet.
Masyarakat dan bangsa Indonesia gelisah dengan kebijakan Pemerintahan Joko Widodo yang membuka lebar pintu investasi, utang luar negeri dan migrasi WNA Cina. Proses pewarganegaraan yang dipermudah sangat mengkhawatirkan. DPR harus melakukan pengawasan intensif dan serius atas kebijakan pemerintahan yang cenderung menerapkan politik luar negeri “tidak bebas aktif”. Sekali lagi jangan sampai semua menjadi terlambat.
Nah kembali kepada masuknya WNA Cina melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan berpakaian hazmat yang patut untuk dicurigai, maka pertanyaan mendasar kita adalah apakah mereka itu Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Republik Rakyat China?
Waspada terhadap kemungkinan tentara yang siap melatih, mengkoordinasi dan menginvasi. Waiting for the right moment to invade.
*) Penulis adalah Pemerhati Politik dan Kebangsaan