Amnesty Desak Cina Bebaskan Anak-anak Uighur yang Ditahan Secara Paksa
SALAM-ONLINE.COM: Cina menahan secara paksa anak-anak minoritas tertindas Uighur yang diasingkan ke kamp “yatim piatu”, kata Amnesty International.
Dalam laporan baru yang dirilis Jumat (19/3/2021), Amnesty International mendesak Cina untuk membebaskan anak-anak Uighur yang ditahan secara paksa di “panti asuhan” tanpa persetujuan orang tua mereka.
Dalam laporan yang dilansir Kantor Berita Anadolu, Jumat (19/3/2021), orang tua dari anak-anak tersebut mengungkapkan bahwa anak-anak mereka ditahan secara paksa di sebuah “panti asuhan”.
Dua orang tua Uighur, Mihriban Kader dan Ablikim Memtinin, mengatakan bahwa pada 2016 ketika mereka melarikan diri ke Italia dari Xinjiang, keduanya meninggalkan keempat anak mereka untuk sementara, dititipkan kepada kakek-nenek anak-anak tersebut.
Kader mengatakan, tak lama kemudian, sang nenek dibawa ke kamp.
“Kerabat kami yang lain tidak berani mengasuh anak-anak saya setelah apa yang terjadi pada orang tua saya,” ujar Kader, seraya menambahkan, “Mereka takut mereka juga akan ditahan di kamp.”
Pada 2019, Kader dan Memtinin mendapat izin dari Italia untuk membawa anak-anak mereka berkumpul dengan mereka. Tetapi anak-anak itu ditangkap oleh polisi Cina saat dalam perjalanan, kemudian mereka dibawa ke “panti asuhan”, kata Amnesty.
“Sekarang anak-anak saya berada di tangan pemerintah Cina dan saya tidak yakin saya akan dapat bertemu mereka lagi dalam hidup saya,” tutur ibu itu.
Sementara Omer dan Meryem Faruh, yang melarikan diri ke Turki pada 2016 setelah polisi menuntut keduanya menyerahkan paspor mereka. Omer dan Meryem Faruh meninggalkan kedua anak mereka yang dititipkan kepada orang tua Meryem karena dukumen perjalanan mereka tidak lengkap, kata Amnesty.
Setelah itu mereka mendapat kabar bahwa orang tua Meryem telah dibawa ke kamp. Sejak itu mereka tidak mendengar kabar anak-anak mereka, tambah Amnesty.
Alkan Akad, peneliti Amnesty International Cina, mengatakan bahwa penahanan massal yang dilakukan Cina di Xinjiang telah mengakibatkan keluarga Uighur terpisah satu dengan yang lainnya dalam. Menurut Akad, orang tua atau keluarga anak-anak tersebut akan disiksa jika mereka mencoba kembali ke rumah untuk merawat anak-anak mereka.
Wilayah Xinjiang adalah rumah bagi sekitar 10 juta orang Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45% dari populasi di Xinjiang, sudah sekian lama mengalami perlakuan diskriminasi dari penjajah Cina di wilayah otonomi Xinjiang—yang dijajah Cina.
Hingga 1 juta orang, atau sekitar 7% dari populasi Muslim di Xinjiang, telah ditahan daam jaringan kamp yang meluas, demikian menurut pejabat AS dan pakar PBB. (mus)