Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE.COM: Aneh, Ketum PDIP Megawati tiba-tiba memuji Joko Widodo soal perhatian pada rakyat hingga kurus, katanya. Ia pun mengecam mereka yang menjuluki kodok terhadap Joko Widodo.
Bergetar bermimik menangis. “Saya suka menangis,” kata Megawati saat memberikan sambutan peletakan batu pertama pembangunan perlindungan kawasan suci Pura Besakih, Bali, secara daring, Rabu (18/8/2021).
Terkesan pasang badan untuk Joko Widodo. Manuver politik apakah ini? Wajar jika kemudian memunculkan banyak dugaan bahwa itu sebagai tangis derita, tangis bahagia, atau tangis buaya.
Jika ini adalah tangis derita berarti Mega sedang tertekan. Lebay, Ketua Partai Politik terbesar di negara Indonesia begitu memelas kepada petugas partai yang dikesankan bawahan.
Ada tekanan besar yang dirasakan. Apakah ancaman Joko Widodo akan berkoalisi dengan Golkar atau all out untuk Ganjar? Puan akan dibuat nyungsep. Tentu bukan telunjuk Joko Widodo sendiri yang mengancam, tetapi bersama Luhut dan Republik Rakyat Cina.
Untuk tangis bahagia adalah deal politik bahwa Joko Widodo dan oligarkinya telah siap untuk menaikkan Puan ke singgasana tertinggi pada Pilpres 2024 atau 2027 yang artinya PDIP sepakat perpanjangan Joko Widodo hingga 2027. Menunggangi pandemi. Bahagia karena Puan bebas memilih pasangan yang syukur-syukur Gibran atau kroni pilihan Joko Widodo. Bahagia juga mungkin Juliari kader PDIP akan dihukum ringan.
Nah, air mata buaya adalah kepura-puraan “pukul anak sindir menantu”. Sebutan “kurus” dan “kodok” meski dengan narasi pembelaan, tetapi bermakna sindiran sangat dalam. Memikirkan rakyat sebenarnya adalah menjadi pikiran rakyat. Rakyat yang bingung kepada Presiden yang selalu memikirkan kodok dan kecebong di kolam Istana. Kecebong yang pernah dimangsa biawak dan esok akan dimakan buaya. Setelah makan maka keluarlah air mata buaya itu.
Cerita tangisan dalam sambutan peletakan batu pertama Pembangunan Perlindungan Kawasan Suci Pura Besakih di Bali itu viral di media. Memang aneh jika Putri Proklamator Soekarno yang gagah dan biasa galak harus sedemikian cengeng dan terkesan pasang badan untuk petugas partainya yang kurus dan menurutnya sering dihina sebagai kodok tersebut.
Politik adalah bidang yang kaya dengan segala kemungkinan. Aristoteles menyebut manusia adalah “zoon politicon”, hewan yang berpolitik. Karenanya tak aneh jika kekuasaan dapat mengubah manusia untuk berperilaku seperti hewan, apakah macan yang menakutkan, kancil yang menipu, bunglon yang bermimikri, kodok yang melompat, atau buaya yang berpura-pura mengeluarkan air mata.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan