Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE.COM: Usulan yang dikemukakan oleh Dubes RI untuk Turki Muhammad Iqbal mengenai nama Jalan di Menteng dengan Mustafa Kemal Attaturk telah menuai penentangan sebagaimana terbaca di media sosial. Pada umumnya dasar keberatannya adalah karena Kemal Attaturk merupakan tokoh yang mengembangkan paham sekularisme. Sikap anti Islam-nya sangat nampak. Umat Islam Indonesia keberatan.
Jika tujuannya adalah “barter” dengan penamaan Jalan Ahmet Soekarno di Ankara, maka dalam rangka persahabatan Indonesia-Turki, nama yang semestinya diangkat bukan Kemal Attaturk, karena yang dinilai sangat menyenangkan bagi seluruh masyarakat Turki adalah Sultan Mehmet Al Fatih (Muhammad Al Fatih), penakluk Kekaisaran Bizantium Romawi.
Pada tahun 1453 Al Fatih memimpin serangan menjebol benteng yang sangat kuat, Konstantinopel. Keberhasilan luar biasa ini menghentikan kekuasaan Romawi Timur di bawah kepemimpinan Kaisar Konstantin. Konstantinopel yang kini menjadi Kota Istanbul adalah simbol dari keadidayaan imperium Romawi. Serangan spektakuler Al Fatih menjadi kebanggaan bangsa Turki dan umat Islam di dunia.
Mustafa Kemal Attaturk, meski pendiri negara Republik Turki, namun banyak mendapat kecaman baik dari masyarakat Turki sendiri maupun umat Islam di berbagai belahan dunia. Hal ini akibat dari kepemimpinan yang diktator dan sekularisasi yang dilakukannya. Sementara Mehmet Al Fatih bagi warga Turki dinilai tidak memiliki permasalahan. Al Fatih adalah pahlawan Turki dan pahlawan umat Islam sedunia.
Pilihan untuk Jalan di Menteng dengan nama Sultan Mehmet Al Fatih lebih cocok dibandingkan dengan Mustafa Kemal Attaturk. Dasar pertimbangannya lebih kuat dan komprehensif. Kehebatan Al Fatih jauh di atas Kemal Attaturk. Al Fatih pembangun nilai-nilai luhur Turki yang mayoritas Muslim, sedangkan Attaturk justru merusak sendi-sendi Islam yang jadi anutan warga Turki.
Jadi sederhana saja untuk rencana mengganti nama jalan di Menteng jika pahlawan nasional atau Betawi bisa dengan Jalan Si Pitung, akan tetapi jika untuk persahabatan Indonesia-Turki maka itu adalah Sultan Mehmet Al Fatih. Nama Mustafa Kemal Attaturk harus sudah tereleminasi. Tidak cocok alias tidak pantas.
Semua itu di atas jika memang berbasis ketulusan. Tetapi jika mengangkat nama Mustafa Kemal Attaturk itu diniatkan untuk mengadu domba umat Islam, maka penguasa tak lain adalah Kemalis, Sekularis dan Machiavelis.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan