Catatan KH Athian Ali M Da’i, Lc, MA*
SALAM-ONLINE.COM: Sudah menjadi sunnatullah, jika berbagai ujian dan cobaan hidup akan senantiasa mewarnai kehidupan manusia. Ujian-ujian hidup tersebut terkadang cukup menyiksa jiwa seseorang, dengan timbulnya rasa duka-cita, gelisah, resah, sedih dan takut akan hilangnya berbagai kenikmatan duniawi.
Untuk mengatasi berbagai penyakit ruhani tersebut agar tidak menenggelamkan yang seseorang kedalam keputus-asaan yang dapat mengancam keimanannya (QS Yusuf: 87), maka sangatlah menarik untuk disimak dan dihayati apa yang pernah diungkapkan oleh Sayyidina Ja’far Ash-Shadiq Radhiyallaahu ‘Anhu, salah seorang dari ahlul bait Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang dikenal sangat dalam pemahamannya terhadap makna dan hakikat yang tersurat maupun yang tersirat dalam Al-Qur’an.
Beliau di antaranya pernah menyatakan: “Saya merasa heran terhadap orang yang tersiksa dirinya oleh rasa takut, mengapa dia tidak berupaya mengatasi rasa takutnya dengan membaca dan menghayati firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung’ (QS Ali lmraan: 173) dimana Allah Ta’ala kemudian berfirman, ‘Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa’,” (QS Ali lmraan: 174).
“Saya juga merasa heran kepada orang yang ditimpa penyakit dan berbagai bentuk malapetaka lainnya, mengapa dia tidak segera menyimak firman Allah Ta’ala: “(Ya Allah), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang,” (QS Al Anbiyaa: 83) dimana kemudian Allah SWT berfirman, ‘Maka Kami pun memperkenankan seruannya iłu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya’,” (QS Al Anbiyaa’: 84).
Saya pun heran kepada orang yang ditimpa rasa duka-cita, mengapa dia tidak segera mengingatkan dirinya kepada firman Allah Ta’ala: “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim,” (QS Al Anbiyaa: 87) dimana kemudian Allah Ta’ala berfirman, ‘Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman’,” (Q.S. Al Anbiyaa: 88).
Saya merasa lebih heran lagi terhadap orang yang cemas, gelisah dan khawatir akan kejahatan dan tipu daya orang lain, mengapa dia tidak segera membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya,” (QS Ghafir: 44) dimana kemudian AllahTa’ala berfirman, ‘Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka’,” (QS Ghafir: 45).
Ungkapan Ja’far Ash-Shadiq Radhiyallahu ‘Anhu dengan mengutip beberapa ayat firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut di atas, kiranya sudah cukup mengantarkan kita kepada keyakinan bahwa selama kita sudah berupaya optimal menempuh kehidupan dijalan yang diridhai Allah Ta’ala. Maka, kita harus haqqul yaqiin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti bersama kita, dimana dengan ke-Mahakuasaan-Nya insya Allah kita pasti berhasil mengatasi segala permasalahan yang sedang kita hadapi.
Mari kita simak dan camkan, kisah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersama Abu Bakr Ash Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu, ketika mereka berdua berada di dalam gua Tsur, bersembunyi dari upaya orang-orang musyrik yang bermaksud membunuhnya.
Ketika beberapa di antara orang-orang kafir sudah berada di mulut gua, maka Abu Bakr yang saat itu sangat khawatir akan keselamatan Rasululloh Shallallah pun berujar, “Jika saja mereka membungkukkan diri melihat ke dalam gua, niscaya mereka akan melihat dan menemukan kita.”
Pernyataan yang sangat logis ini segera ditanggapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan penuh keimanan sekaligus menenangkan sahabatnya tersebut dengan menyatakan, “Bagaimana menurut pandanganmu dengan dua orang, sementara yang ketiganya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala?”
Ungkapan senada diabadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui firman-Nya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita,” (QS At-Taubah: 40).
Mari terus berupaya bertaqarrub—mendekatkan diri—kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjalankan syariat-Nya, agar Allah Ta’ala senantiasa dekat bersama kita, lebih dekat dari dekatnya kita dengan urat leher kita sendiri (QS Qaaf: 16), sehingga kita senantiasa mampu mengatasi permasalahan hidup yang kita hadapi selama ini. Semoga.
*) Ketua Umum ANNAS Pusat/Ketua Umum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI)