Khutbah Idul Adha 1433 H: Teladan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam
Teladan Nabi Ibrahim as
Jum’at, 26 Oktober 2012 M / 10 Dzulhijjah 1433 H
Di Halaman Masjid Al Uswah Komplek BPPT, Jl. Teknologi VII No. 27, Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat
Oleh:
H. FERRY NUR, S.Si, Ketua KISPA
(Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina)
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أََنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha yang Berbahagia.
Segala Puji milik Allah, Tuhan Maha Kuasa, Pemilik alam semesta, yang telah menciptakan manusia dan makhluk lainnya. Tuhan Yang Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Shalawat dan salam semoga tercurah selalu untuk junjungan kita, pemimpin kita, penghulu segala Nabi, Nabi akhir zaman, idaman orang yang beriman, dia adalah Nabi Muhammad saw, yang tidak ada lagi Nabi setelahnya.
Salam sejahtera juga kita sampaikan untuk keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqamah di dalam iman dan Islam.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT
Hari ini saudara-saudara kita yang diberikan kemampuan, kesempatan dan dalam keadaan sehat wal’afiat, melaksanakan ritual ibadah haji. Jumlah mereka tidak sedikit, sekitar tiga sampai empat juta orang dari berbagai suku, bangsa dan negara, termasuk Indonesia.
Ada 2.262 orang jamaah haji dari Gaza, Palestina, dengan semangat perjuangan dan kegigihannya telah mendobrak blokade Israel menuju ketaatan kepada Allah, melaksanakan ibadah haji di tanah suci Makkah Al Mukarramah . Mereka berkumpul menjadi satu, di tempat yang sama, Arafah namanya, dalam mengharap ridha dan ampunan Allah Tuhan Yang Maha Pengampun
Bagi kaum Muslimin yang tahun ini tidak berangkat menunaikan ibadah haji ke tanah suci, disunahkan untuk melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah, mendengarkan khutbah dan dilanjutkan nanti dengan penyembelihan hewan qurban.
Bahkan sebelum pelaksanaan shalat Idul Adha, sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah, ketika saudara-saudara kita sedang berkumpul di Arafah, melakukan wukuf untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berzikir, berdoa, bertaubat dan ibadah lainnya yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Maka sebagai ikatan iman dan ikatan ibadah antara kaum Muslimin di mana pun mereka berada termasuk di Indonesia dengan mereka yang sedang wukuf di Arafah, Rasulullah saw memberikan motivasi kepada umatnya untuk berpuasa sunah Arafah.
“Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun, yaitu tahun yang lalu dan tahun yang akan datang,” (HR. Jamaah, kecuali Bukhari dan Tirmidzi).
Beruntunglah mereka yang melaksanakan puasa sunah Arafah kemarin, 9 Dzulhijah, semoga Allah menerimanya. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.
Di dalam Al Qur’an kita akan menemukan penjelasan Allah SWT tentang manusia yang telah mendapat rekomendasi untuk diteladani.
Mereka adalah Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw, sebagaimana firman Allah menjelaskan:
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya[*]: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.”
Nabi Ibrahim pernah memintakan ampunan bagi bapaknya yang musyrik kepada Allah. Ini tidak boleh ditiru, karena Allah tidak membenarkan orang mukmin memintakan ampunan untuk orang-orang kafir (lihat surat An Nisa ayat 48).
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS: An Nisa/ 4: 48).
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS: Al Mumtahanah/60: 6).
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS: Al Ahzab/33: 21)
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT
Dalam khutbah kali ini, khotib akan menyampaikan keteladanan Nabi Ibrahim as yang perlu kita ketahui untuk diambil sebagai pelajaran, sehingga kita tidak salah mengambil teladan hidup, tidak salah mengambil idola dan panutan dalam meniti kehidupan yang fatamorgana ini. Kalau salah mengambil teladan, idola atau panutan hidup maka akan tersesat dan tergelincir ke jurang kebinasaan di dunia dan akhirat.
Saat ini diakui atau tidak, sedang terjadi krisis keteladan, mulai dari dari rakyat sampai pejabat, orang desa sampai orang kota, anak maupun orang tua. Susah mencari orang lurus akidahnya, baik ibadahnya, bijaksana sikapnya, taat kepada Allah, ikhlas dasar amalannya.
Ada bebarapa keteladan Nabi Ibrahim yang patut kita contoh, di antaranya:
- 1. Keteladanan dalam akidah.
Nabi Ibrahim as memiliki akidah yang benar dan lurus, tidak bengkok mengikuti syahwat atau melengkung mengikuti nafsu. Tidak terjerumus kepada syirik, tidak menyembah bintang, bulan, matahari, pohon maupun berhala.
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif, dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),” (QS: An Nahl / 16 : 120)
Hanif Maksudnya: seseorang yang selalu berpegang kepada kebenaran dan tak pernah meninggalkannya.
“Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya: “Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui,” (QS: Al ‘Ankabut / 29 : 16).
Ayat di atas menegaskan keyakinan dan akidah yang dimiliki Nabi Ibrahim as, yaitu hanya menyembah kepada Allah saja, dan sikapnya tersebut diekspresikan dengan dakwah, mengajak kaummya untuk menyembah Allah dan bertakwa kepada-Nya. Dan perlu diketahui juga bahwa Nabi Ibrahim as bukan orang Yahudi, bukan orang Nasrani dan bukan pula orang musyrik, tetapi beliau adalah seorang Muslim yang telah totalitas berserah diri kepada Allah.
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik,” (QS: Ali Imran / 3 : 67)
“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (131). Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih ad-Din ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Islam.” (132). Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya,”(133). (QS: Al Baqarah / 2 : 131-133).
- 2. Keteladanan dalam taat kepada Allah.
Nabi Ibrahim as telah memberikan contoh dan teladan yang baik dalam ketaatan kepada Allah, dia melaksanakan perintah Allah dengan ikhlas, sepenuh hati dikerjakan, hanya mengharap ridha Allah.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.(102). tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).(103). dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,(104). Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(105). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.(106). dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.(107). “(QS: As Shaaffat /37 : 102 – 107)
Dari ayat di atas, kita mendapat penjelasan bahwa Nabi Ibrahim as melaksanakan perintah Allah dengan baik, walaupun harus meyembelih anaknya sendiri.
Memang dalam kondisi semacam itu akan berat menerimanya, pilihan yang sulit, betapa tidak, sudah lama mengidam-idamkan anak, menunggu bertahun-tahun, bahkan berpuluh tahun, ketika sudah didapat apa yang diharap, diperoleh apa yang diinginkan, seorang anak yang baik rupanya, sempurna akhlaknya, Ismail namanya, lantas ada perintah untuk menyembelih anak yang telah menjadi buah hati, penyejuk mata, sungguh berat ujian tersebut.
Tetapi, Nabi Ibrahim as dapat melalui ujian yang berat tersebut, karena dia tahu tentang skala prioritas dalam hidup ini, yaitu mengabdi kepada Allah, mendahulukan perintah Allah dari yang lainnya.
Zaman sekarang, keteladanan Nabi Ibrahim as sudah mulai tergerus dari kehidupan kaum Muslimin, tidak sedikit terjadi kasus kriminal yang dijadilkan alasan adalah anak, orang mencuri karena anak tidak makan, orang merampok karena untuk memenuhi kebutuhan anak, bahkan orang korupsi kerana sayang kepada anak, sehingga apapun dikerjakan tanpa mempedulikan lagi halal haram, perintah dan larangan Allah, pantas dan yang tidak pantas.
Pebuatan tercela, dosa dan kemungkaran terjadi karena ketaatan kepada Allah tidak totalitas!
- 3. Keteladanan dalam membina keluarga.
Nabi Ibrahim telah memberikan keteladanan yang baik terkait dengan kehidupan berumah tangga, dalam membina keluarga sakinah mawaddah warahmah. Dia mampu mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang shalih, taat kepada Allah dan berbakti kepada orang tua.
Ismail dan Ishaq adalah anak Nabi Ibrahim as, mereka adalah Nabi. Cucu Nabi Ibrahim juga ada yang menjadi Nabi, namanya Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim, cicitnya juga ada yang menjadi Nabi, namanya Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.
Bahkan keturunan Nabi Ibrahim as yang bernama Muhammad bin Abudullah juga seorang Nabi dan Rasulullah, bahkan menjadi Nabi dan Rasul yang terakhir, tidak ada lagi nanti dan Rasul sesudahnya, sehingga Nabi Ibrahim mendapat gelar Abul Anbiya’ (bapak para Nabi).
Nabi Ibrahim senantiasa mengedepankan dialog dan musyawarah dalam mengambil keputusan, tegas dalam kebenaran, menghargai pendapat orang lain walaupun itu dari anak kecil.
Dalam kisah pada ayat di atas (QS: As Shaaffat /37 : 102 – 107), Nabi Ibrahim as, walaupun sudah tua, sudah berumur, kaya pengalaman, bak pepatah mengatakan sudah banyak makan asam dan garam, akan tetapi tidak sombong, tidak angkuh, tidak otoriter, tidak ingin menang sendiri, tidak memaksakan kehendak. Beliau masih minta pendapat orang lain, walaupun pendapat itu berasal dari seorang anak. Pendapat anak tersebut dia hargai bahkan dia laksanakan dengan sepenuh hati.
Begitu pula anaknya, bukanlah tipe anak yang cengeng, tidak penakut, berani menyampaikan pendapat, dan taat kepada Tuhan Yang Maha Agung, Allah SWT.
Ketika Nabi Ibrahim dan anaknya telah berserah diri dan sabar atas perintah Allah, maka Allah tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Peristiwa ini kemudian dilanjutkan oleh generasi sesudahnya hingga generasi sekarang dengan prosesi penyembelihan hewan qurban, tanggal 10 Dzulhijjah dan dilanjutkan pada hari tasyrik.
Nabi Muhammad saw juga melakukan penyembelihan hewan qurban sebagai wujud syukur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, bahkan dalam pelaksanaan haji Wada’, Rasulullah saw dengan tangannya yang mulia menyembelih sebanyak 63 ekor binatang sembelihan, beliau kemudian menyerahkan kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu untuk menyembelih sisanya sampai genap 100 sembelihan.
Dari Aisyah Radhiyallahu’anha, Nabi saw bersabda:
“Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai Allah dari Bani Adam ketika hari Raya Idul Adha selain menyembelih qurban …,” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim).
Anas Radhiyallahu’anhu bekata, Rasulullah saw bersabda:
“Pada setiap bulu yang menempel di kulitnya terdapat kebajikan,” (HR. Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya)
Beruntunglah mereka yang berqurban, apalagi qurbannya diserahkan kepada mereka yang sangat membutuhkan, seperti fakir, miskin, para janda, anak yatim yang berada di kamp pengungsian di Gaza Palestina, Suriah dan Rohingya. Semoga Allah menolong dan memberikan kesabaran kepada mereka semua yang sedang menderita.
Alhamdulillah, untuk tahun ini KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina) telah memfasilitasi kaum Muslimin Indonesia untuk menyalurkan qurbannya kepada saudara-saudara mereka di Gaza, Palestina. Walaupun harus mengeluarkan dana qurban sebesar Rp. 2.500.000 per-ekor.
Ada sekitar 30 orang yang berqurban dan ikut berpartisipasi mensukseskan program “Qurban KISPA 1433 H” di Gaza. Semoga Allah menerima qurban kita semua dan mengokohkan ukhuwah kita.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah SWT
Karena keteladanan, jasa dan kebaikan Nabi Ibrahim as kepada umat manusia, maka kaum Muslimin diserukan untuk mengingat dan mengenangnya dengan cara bershalawat kepadanya.
Shalawat terbaik adalah shalawat yang telah diajarkan sendiri oleh Rasulullah saw kepada para sahabatnya.
Terdapat dalam shahihain, dari Ka’b bin ‘Ujrah ra, dia berkata: Nabi saw keluar menemui kami, lalu kami berkata: “Ya Rasulullah, kami telah mengetahui bagaimana kami memberi salam kepadamu, maka bagaimana kami bershalawat atasmu?”
Beliau menjawab, “Ucapkanlah: Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shallaita ‘alaa Ibrahiim wa ‘alaa aali ibrahiim, innaka hamiidun majiid. Allahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarakta ‘alaa Ibrahiim wa ‘alaa aali Ibrahiim, innaka hamiidun majiid.
Artinya: Ya Allah sampaikanlah shalawat atas Muhammad dan keluarganya
sebagaimana Engkau telah sampaikan shalawat atas Ibrahim dan keluarga-Nya. Sesungguhnya Engkau Dzat Maha Terpuji lagi Maha Agung. Ya Allah, berikan keberkahan kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Dzat Maha Terpuji lagi Maha Agung,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Akhirnya marilah kita tutup khutbah Idul Adha pagi ini dengan berdoa kepada Allah SWT:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
“Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, Mu’minin dan Mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.”
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
“Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.”
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَ نَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.”
اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari do’a yang tak didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’i).”
“Ya Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS: Al Furqan / 25 : 74).
“Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat),” (QS: Ibrahim / 14 : 40 -41).
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
“Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) memperoleh haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian.”
اَللَّهُمَّ احْفَظْ اَلْمَسْجِدَ اْلأَقْصَى مِنْ مُؤَامَرَاتِ اْلمُحْتَلِّيْنَ اْلغَاصِبِيْنَ وَحَرِّرْهُ
يَا رَبَّناَ مِنْ رِجْسِهمْ
وَ رُدَّ كَيْدَهُمْ إِلىَ نُحُوْرِهِمْ وَقِناَ شُرُوْرَهُمْ وَارْزُقْناَ صَلاَةً فِيْهِ قَبْلَ اْلمَمَاتِ
“Ya Allah lindungilah masjid al Aqsha dari konspirasi jahat para penjajah perampok…Ya Allah kembalikanlah tipu daya mereka ke leher-leher mereka sendiri, dan jauhkanlah kami dari kejahatan-kejahatan mereka…Anugerahkanlah kami untuk shalat di masjid al Aqsha sebelum kami mati…
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
_____________________________________________________________________________________________
Website: www.kispa.org, Email: [email protected], HP: 08557800950, pin BB: 21AC243F
_____________________________________________________________________________________________