Zionis Penjajah Hancurkan Sebuah Desa Palestina untuk ke-204 Kalinya
SALAM-ONLINE.COM: Zionis penjajah menghancurkan desa Arab Al-Araqeeb, yang terletak di wilayah Negev, untuk ke-204 kalinya hari ini, Selasa (19/7/2022).
Kepada Anadolu News Agency, Aziz Al-Turi, anggota Komite Pertahanan Al-Araqeeb, mengatakan bahwa pihak penjajah menyerbu desa Al-Araqeeb dan menghancurkan rumah warga untuk ke-204 kalinya.
Al-Turi menegaskan bahwa warga Al-Araqeeb akan membangun kembali desa mereka.
Rumah-rumah warga di Al-Araqeeb dibangun dari kayu, plastik dan besi bergelombang, dan dihuni oleh 22 keluarga, lapor Anadolu.
Pihak penjajah menghancurkan desa tersebut untuk pertama kalinya pada Juli 2010. Sejak itu mereka terus menghancurkan rumah-rumah warga setiap kali penduduk membangunnya kembali.
Terletak di gurun Negev (Naqab), desa ini adalah salah satu dari 51 desa Arab “tidak dikenal” di daerah tersebut. Desa ini terus menerus ditargetkan untuk dihancurkan sebelum rencana Yudaisasi Negev dengan membangun rumah bagi komunitas Yahudi baru direalisir. Buldoser penjajah—yang dikenakan kepada orang Badui—telah menghancurkan semuanya, mulai dari pohon hingga tangki air.
Dalam sebuah laporan, LSM zionis, Zochrot, mengatakan Al-Araqeeb pertama kali dibangun di bawah pemerintahan Ottoman di atas tanah yang dibeli oleh penduduk. Organisasi tersebut menyatakan bahwa pihak penjajah sedang bekerja untuk mengusir penduduk desa, dengan tujuan untuk mengendalikan tanah mereka. Zochrot mencatat bahwa zionis tidak mengakui lusinan desa lain di wilayah Negev. Pihak penjajah juga menolak untuk memberikan pelayanan terhadap warga desa tersebut.
Orang Badui di Negev harus mematuhi hukum yang sama seperti warga Yahudi. Mereka membayar pajak tetapi tidak menikmati hak dan layanan yang sama seperti orang Yahudi. Pihak penjajah telah berulang kali menolak untuk menghubungkan kota-kota ke jaringan nasional, pasokan air dan fasilitas vital lainnya.
Menurut catatan Zochrot, pihak penjajah berusaha untuk menguasai tanah dan mengusir penduduknya. Puluhan desa dan komunitas Badui menghadapi ancaman yang sama di daerah Negev. (mus)