SALAM-ONLINE.COM: Seorang Imam di Masjid Al-Muhajir, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung, diludahi warga negara asing (WNA) berinisial MBCAA (48) karena menyetel murottal Al-Qur’an. Polrestabes Bandung turun tangan mengusut kasus peludahan imam Masjid tersebut.
Dilansir detikcom, Sabtu (29/4/2024), Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Budi Sartono langsung menyambangi Masjid Al-Muhajir pada Jumat (28/4) malam. Budi bersama jajarannya langsung menemui korban imam tetap di Masjid Al-Muhajir, Muhammad Basri Anwar (24) untuk mengetahui kronologi kejadian ini.
“Tadi kami melihat berita viral di medsos yang ada seorang warga negara asing yang melakukan perbuatan tidak menyenangkan di salah satu Masjid di daerah Bandung,” kata Budi kepada wartawan usai melakukan pertemuan seperti dilansir detikJabar, Sabtu (29/4).
“Kami langsung melakukan pengecekan, hasil keterangan sementara dari korban, sudah membuat LP dan sedang kita mintai keterangan,” ujar Budi.
Imam tetap Masjid Al-Muhajir Muhammad Basri Anwar (24) mengatakan, dari informasi pihak hotel bule tersebut merupakan warga Australia. Dari passport yang diterima detikJabar, pelaku peludahan imam Masjid ini berinisial MBCAA berusia 48 tahun. Passport itu dibuat pelaku tahun 2020 lalu dan habis 2030 mendatang.
Basri menyebut, bule itu sudah check out dari hotel yang digunakan untuk menginap. “Sudah check out, tadi Pukul 09.00 WIB,” terangnya.
Dia tidak tahu pelaku adalah wisatawan atau menetap di Bandung, namun dugaan karena menginap di hotel, bule tersebut merupakan wisatawan.
“Katanya dia wisatawan, punya passport juga, wisatawan yang datang ke Bandung,” tuturnya.
Sebelumnya, Basri mengambil hikmah dalam kasus yang menerpanya. Dirinya mengaku belajar sabar dengan kejadian ini.
“Kejadian ini, banyak pelajaran yang saya dapatkan, zaman rasul kita diludahi, dilempar masih sabar, pelajaran yang saya ambil sabar itu luar biasa,” ujarnya.
Tapi menurut Basri, aksi yang dilakukan bule itu cukup disayangkan. Padahal warga non-Muslim di Indonesia memiliki toleransi yang besar. “Orang non-Muslim di Indonesia tolerasinya kuat,” ucapnya.
Basri menambahkan, menyetel lantunan Al-Qur’an di Hari Jumat pagi merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di Masjid tersebut. “Jadi kita setiap Jumat ada Junsih, Jumat Bersih, di hari Jumat kita wajib dengar suara lantunan Al-Qur’an,” tambahnya.
Basri mengaku, akibat kejadian ini dirinya trauma. Apalagi saat kejadian, dia hanya seorang diri di Masjid tersebut karena jamaah yang ada di Masjid sudah pulang selepas menunaikan shalat subuh.
“Saya sendiri, trauma, makanya lari ke dalam kantor, hampir, tangannya hampir main, kalau gak lari, saya hampir kena tonjok,” pungkasnya. []