Intelijen Zionis Abaikan Peringatan Serangan Hamas pada 7 Oktober
SALAM-ONLINE.COM: Otoritas keamanan Zionis mengabaikan dokumen intelijen pada September 2023 lalu yang memperingatkan serangan Hamas pada 7 Oktober, sebuah channel berita yang dikelola rezim penjajah melaporkan pada Senin (17/6/2024), demikian dilansir Kantor Berita Anadolu, Senin.
Laporan yang diungkapkan oleh Otoritas Penyiaran penjajah itu mengklaim bahwa dokumen tersebut, bertanggal 19 September—sekitar tiga pekan sebelum serangan Hamas yang digambarkan oleh Zionis sebagai yang terburuk dalam sejarahnya.
Media resim Zionis tersebut mengutip sumber keamanan penjajah yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa dokumen itu “diketahui oleh pimpinan intelijen dan, setidaknya, komando Gaza” dari militer Zionis.
Laporan itu mengatakan dokumen tersebut “menggambarkan secara rinci serangkaian latihan yang dilakukan oleh unit elit Hamas, yang melakukan serangan terhadap posisi militer dan kibbutzim (komunitas kecil Israel), penculikan tentara dan warga sipil, dan bahkan instruksi tentang cara menahan dan menjaga korban penculikan. saat berada di Jalur Gaza.”
Menurut laporan tersebut, dokumen itu menguraikan langkah awal latihan sebagai “menciptakan pelanggaran dalam simulasi posisi tentara Israel yang dibangun di Gaza yang meniru lokasi di dekat Jalur Gaza,” dengan empat brigade masing-masing ditugaskan di lokasi yang berbeda.
Laporan itu mengatakan bahwa analis intelijen Zionis yang mengamati latihan kemudian menguraikan langkah-langkah selanjutnya setelah menyusup ke wilayah jajahan dan mengambil posisi terdepan, selanjutnya mencatat bahwa instruksi tersebut menyerukan penyerahan setiap tentara yang ditangkap kepada komandan brigade, dengan perkiraan jumlah sandera 200-250 orang.
Dokumen itu juga dilaporkan merinci target serangan militer yang dilakukan unit-unit tersebut, termasuk pos komando, pusat operasi, kuil Yahudi di pangkalan militer, markas besar angkatan udara, markas komunikasi, posisi tembak dan area perumahan tentara.
Laporan itu menyebut bahwa brigade elite diberi perintah terakhir untuk memverifikasi lokasi secara menyeluruh pada saat keberangkatan dan tidak meninggalkan dokumen apa pun.
Stasiun penyiaran Zionis menyimpulkan bahwa bukan hanya Komando Selatan dan Divisi Gaza yang tidak mengetahui rencana penculikan oleh Hamas, namun dokumen itu juga merinci kondisi di mana para sandera akan ditahan, termasuk instruksi bagi para penculik tentang bagaimana bertindak dalam kasus-kasus ekstrem dan dalam keadaan bagaimana para tawanan dapat dieksekusi.
Laporan itu mencatat bahwa meskipun ada peringatan, otoritas keamanan Zionis mengabaikan dokumen intelijen tersebut.
Kegagalan besar intelijen Zionis
Laporan menambahkan bahwa sebelum pecahnya perang pada 7 Oktober, lembaga pertahanan penjajah telah membual tentang penghalang keamanan “pintar” baru yang diselesaikan dua tahun sebelum serangan Hamas, yang menampilkan sistem teknologi di atas dan di bawah tanah.
Banyak pejabat senior politik, keamanan dan militer Zionis kemudian menggambarkan serangan Hamas sebagai “kegagalan besar intelijen Zionis”.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Zionis penjajah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.
Lebih dari 37.300 warga Palestina telah terbunuh di Gaza. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Sementara lebih dari 85.000 lainnya terluka.
Lebih dari delapan bulan setelah perang, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih dan obat-obatan yang membuat lumpuh.
Mahkamah internasional menyebut Zionis telah melakukan genosida di Gaza. Keputusan terbaru mahkamah mendesak pihak penjajah untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei lalu. (S)