QASHIM (SALAM-ONLINE.COM): Pembebasan ulama besar hadits Arab Saudi, Syaikh Sulaiman bin Nashir Al-Ulwan setelah mendekam dalam penjara rezim selama 9 tahun disambut gembira oleh para ulama, keluarga, kerabat, murid dan masyarakat di Arab Saudi.
Di kota Jauf, Provinsi Qashim, para ulama, kerabat, murid dan masyarakat memenuhi rumah orang tua Syaikh Sulaiman Al-Ulwan.
Mereka datang untuk melihat langsung syaikh, meluapkan kegembiraan dan kerinduan mereka terhadap ulama yang baru saja keluar dari penjara rezim Saudi pada Rabu (5/12/2012) lalu itu.
Para pemuda di kota Jauf menyembelih seekor unta di depan rumah Syaikh Sulaiman Al-Ulwan. Mereka menyelenggarakan acara tasyakuran atas pembebasan ulama dan guru mereka yang tercinta.
Para ulama, murid dan masyarakat luas berdesak-desakan untuk menyalami dan mengucapkan selamat kepada Syaikh Sulaiman.
Di antara para ulama yang hadir tampak Syaikh Abu Umar As-Sakran, Syaikh Sa’id bin Za’ir, Syaikh Abdurrahman Ad-Duwaisy dan sejumlah ulama terkenal lainnya.
Syaikh Umar As-Sakran dan Sa’id bin Za’ir terlihat begitu antusias mendengar penuturan Syaikh Sulaiman tentang berbagai perlakuan kejam rezim Arab Saudi selama sembilan tahun Syaikh mendekam di penjara.
Sementara itu Syaikh Abdurrahman Ad-Duwaisy memberikan kata pengantar dalam pertemuan gembira tersebut. Syaikh Abdurrahman berbicara sekitar sepuluh menit.
“Demi Allah, jantung kita hampir copot karena kegembiraan kita dengan dibebaskannya asy-Syaikh al-‘Allamah.”
“Bersamalah dengan Allah, niscaya Allah akan selalu bersama kalian,” pesan Syaikh Abdurrahman Ad-Duwaisy kepada para hadirin.
Saat itu Syaikh Sulaiman Al-Ulwan tidak hadir di ruangan tengah tempat para ulama, murid dan masyarakat berkumpul. Sebab Syaikh Sulaiman Al-Ulwan sedang menemani ibundanya tercinta.
Syaikh Sa’id bin Za’ir (gamis hitam, sorban merah dan berkaca mata) tampak sangat terkejut dengan perlakuan biadab rezim Arab Saudi terhadap Syaikh Sulaiman Al-Ulwan (gamis putih, kopiah putih dan surban merah) tersebut. Syaikh Sa’id bin Za’ir sendiri sebenarnya juga sangat kenyang asam garam atas perlakuan biadab rezim Arab Saudi di penjara.
Syaikh Sa’id bin Za’ir mendekam di penjara selama periode 1993-2004 M. Syaikh Sa’id termasuk daftar pertama ulama yang lantang menentang sikap rezim Arab Saudi yang pro Amerika dan Barat sejak Perang Teluk 1990-1991.
Berkali-kali Syaikh Usamah bin Ladin selaku amir Al-Qaidah menuntut rezim Arab Saudi untuk membebaskan ulama kharismatik tersebut. Baru pada tahun 2004-an Syaikh Sa’id dibebaskan.
Adapun Syaikh Sulaiman bin Nashir Al-Ulwan, mendekam di penjara rezim selama sembilan tahun. Bebas pada Rabu (5/12/2012) lalu. Ulama besar ini pun tak luput dari penyiksaan. Juga tawaran-tawaran menggiurkan selama dalam penjara.
Para ulama dan murid serta orang-orang dekat Syaikh Sulaiman Al-Ulwan mengakui kapasitas Syaikh dalam hal hafalan, pemahaman, kemampuan menyimpulkan dalil, dialog ilmiah dan pemahaman realita. Kemampuan Syaikh Al-Ulwan diakui mengungguli mayoritas ulama seusianya, bahkan mengungguli guru-guru beliau sendiri.
Para murid yang belajar langsung kepada Syaikh Al-Ulwan menyebutkan bahwa kekuatan hafalannya mengingatkan akan kisah hafalan para ulama hadits abad-abad awal Islam. Ia diakui telah memiliki kapabilitas untuk berfatwa dan berijtihad.
Dipenjarakan dan ditekan secara zalim
Syaikh Sulaiman Al-Ulwan ditangkap oleh rezim Arab Saudi pada 2003 M, pasca invasi militer AS ke Irak. Pasca invasi AS dan sekutunya ke Afghanistan pada akhir 2001 M dan invasi militer AS ke Irak pada 2003, para ulama Arab Saudi ditekan oleh rezim untuk menyetujui kebijakan pemerintah yang pro invasi AS dan NATO.
Bersama ratusan ulama, da’i, dosen, mahasiswa dan aktivis Islam yang menolak kebijakan rezim Arab Saudi yang pro invasi militer NATO ke Afghanistan dan Irak, syaikh Sulaiman Al-Ulwan dijebloskan ke dalam penjara oleh Departemen Dalam Negeri Arab Saudi.
Mereka dikenakan tuduhan sebagai kelompok “terorisme”, sehingga tidak mendapatkan pembelaan hak-hak mereka. Mereka dijebloskan ke dalam penjara secara zalim, tanpa tuduhan yang jelas dan tanpa proses peradilan sama sekali.
Selama enam tahun, sampai 2009 M, Syaikh Sulaiman Al-Ulwan ditempatkan dalam sel terpisah yang mengisolasi Syaikh dari seluruh tahanan politik dan manusia lainnya.
Syaikh Al-Ulwan juga mendapatkan perlakuan yang sangat keras dan tidak manusiawi. Di antaranya, AC di sel Syaikh dihidupkan secara terus-menerus dengan tingkat kelembaban yang mendekati titik beku tanpa ada sarana perlindungan sedikit pun.
Meski terus ditekan, Syaikh tetap bersabar dan mengisi hari-harinya dengan membaca Al-Qur’an, shalat malam dan dzikir.
Tawaran-tawaran menggiurkan
Selama berada dalam penjara politik, Syaikh Sulaiman Al-Ulwan berkali-kali ditawari jabatan-jabatan menggiurkan dengan syarat membangun kesepahaman dengan rezim Arab Saudi. Di antara tawaran tersebut adalah jabatan mufti kerajaan dan kesempatan tampil di media massa kapan pun jika Syaikh menginginkan.
Sumber yang dekat dengan keluarga kerajaan Arab Saudi menyebutkan bahwa selama dalam penjara, Syaikh Sulaiman Nashir Al-Ulwan telah dipanggil sebanyak 18 kali untuk bertemu dengan Menteri Dalam Negeri Pangeran Nayef bin Abdul Aziz dan putranya Pangeran Muhammad bin Nayef.
Semua panggilan itu ditolaknya mentah-mentah karena ia menyadari pertemuan-pertemuan itu ada “harga”nya.
Selama enam tahun pertama Syaikh Sulaiman Al-Ulwan dalam penjara, tidak menerima tuduhan dan menjalani proses pengadilan apapun. Barulah setelah Syaikh Yusuf Al-Ahmad, seorang ulama dan kawan karib Syaikh Al-Ulwan menggalang dukungan luas yang menuntut proses pengadilan yang fair, Departemen Dalam Negeri Arab Saudi merespon.
Syaikh hampir saja meninggal akibat pelayanan medis yang buruk dalam penjara
Syaikh Sulaiman Al-Ulwan mengalami penyakit diabetes dalam penjara. Namun Pangeran Muhammad bin Nayef menolak Syaikh untuk dibawa ke rumah sakit. Menteri Dalam Negeri itu ingin Ssyaikh Sulaiman meninggal di penjara dengan membiarkannya tanpa perawatan medis.
Keluarga Syaikh, para pengacara dan sejumlah ulama telah menggalang dukungan dan menuntut Menteri Dalam Negeri untuk membawanya ke rumah sakit. Permintaan mereka ditolak dengan tegas oleh MentSri Dalam Negeri.
Dukungan terhadap syaikh Sulaiman Al-Ulwan pun semakin meluas lewat situs jejaring sosial twitter dan aksi-aksi demonstrasi.
Tekanan demi tekanan dari keluarga, ulama, pengacara dan rakyat Arab Saudi itu akhirnya membuat Menteri Dalam Negeri ketakutan. Ia akhirnya membawa Syaikh Sulaiman ke rumah sakit.
Para dokter yang menangani pengobatan Syaikh menyatakan kondisinya sudah dalam stadium kritis. Jika pengobatannya terlambat sedikit saja, Syaikh bisa meninggal karena parahnya penyakitnya.
Syaikh menolak diadili
Pasca pengobatan dari rumah sakit, perlakuan penjara terhadap Syaikh Sulaiman semakin sadis. Syaikh dipindahkan ke sebuah sel isolasi ukuran kecil, tanpa alas tidur, tanpa air dan diputus komunikasinya dengan semua orang tanpa alasan yang jelas.
Informasi yang beredar menyebutkan hal itu disebabkan keinginan keras Menteri Dalam Negeri untuk menghadirkan Syaikh ke meja hijau secara paksa. Syaikh sendiri bersikeras menolak diadili.
Syaikh Sulaiman memang berhasil diseret ke meja pengadilan. Namun ia menolak bicara dengan siapa pun di pengadilan, termasuk dengan hakim dan jaksa penuntut umum. Syaikh Al-Ulwan justru sibuk membaca Al-Qur’an sejak diseret keluar dari sel isolasi sampai di pengadilan dan kemudian dijebloskan ke sel isolasi kembali.
Di pengadilan, Syaikh juga menolak secara tegas untuk menandatangani surat pernyataan berisi beberapa butir kesepakatan dengan rezim Arab Saudi.
“Saya tidak akan menandatangani apapun, saya tidak mengakui pengadilan kalian, tuduhan kalian, dan proses peradilan kalian,” kata Syaikh Sulaiman Al-Ulwan dengan tegas. Allahu Akbar!
Syaikh dikembalikan ke sel isolasi. Ia tidak menyadari bahwa hakim telah memutuskan surat pembebasannya dan menyerahkan surat itu kepada pengacaranya. Pengacaralah yang menyampaikan surat pembebasan tersebut kepada Syaikh.
Di antara kisah menarik Syaikh selama di penjara adalah ia tidak pernah berdoa agar dibebaskan dari penjara. Syaikh selalu menasihatkan kepada para tahanan politik untuk berdoa memohon ketabahan dan ketegaran di atas kebenaran. “Apa gunanya dibebaskan jika tidak tegar?” kata Syaikh.
Dua saudara kandung Syaikh Sulaiman mengumumkan pembebasannya
Berita gembira tentang pembebasan Syaikh Al-Ulwan disampaikan langsung oleh dua saudara kandungnya, Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Ulwan dan Syaikh Ali bin Nashir Al-Ulwan.
Dalam akun twitternya pada Rabu (5/12/2012), Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Ulwan menulis: “Allahu Akbar, Alhamdulillah yang dengan nikmat-Nya semata hal-hal yang baik menjadi sempurna. Pembebasan saudara saya, Syaikh Sulaiman Al-Ulwan. Saat ini sedang menyertai Syaikh pulang ke rumah beliau.”
Saudara kandung lainnya, Syaikh Ali bin Nashir Al-Ulwan melalui akun twitternya pada hari yang sama juga menulis: “Alhamdulillah yang dengan nikmat-Nya semata hal-hal yang baik menjadi sempurna. Allahu akbar. Kejayaan hanyalah milik Allah. Syaikh Sulaiman telah berada di luar tembok penjara.” Subhanallah…Alhamdulillah…Allahu Akbar! (arrahmah.com/salam-online.com)