JAKARTA (SALAMPOS.COM): Santri berinisial AZ yang ditangkap Densus 88 merupakan bagian proyek dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan pasukan antiteror milik kepolisian tersebut.
“Bukan hanya santri Ngruki yang dijadikan proyek Densus 88 dan BNPT tetapi semua yang ditangkap dan ditembak mati oleh Densus 88 merupakan bagian kegiatan proyek Densus 88 dan BNPT,” kata pengamat intelijen dan terorisme Umar Abduh kepada itoday, Senin (17/12/2012).
Menurut Umar, seseorang atau kelompok yang sudah menjadi target Densus 88 akan dimasukkan dalam jaringan “teroris”.
“Yang sudah dipantau dan digiring melalui sistem jaringan Densus ke dalam killing ground jihad dan terorisme otomatis sudah berada dalam perangkap dan kekuasaan Densus itu sendiri,” tegasnya.
Menurut Umar, penangkapan terhadap orang-orang yang diduga terlibat “terorisme” menjadi indikator sekaligus bukti BNPT dan Densus 88 tidak melakukan upaya pencegahan atau deradikalisasi.
Selain itu, kata Umar, jika Densus 88 dan BNPT yang katanya sudah bisa mendeteksi sejak dini, seharusnya dapat mengantisipasi kemunculan terorisme.
“Densus 88 dan BNPT bahkan menunggu dan atau sengaja untuk dipanen setiap saat diperlukan untuk dan dalam rangka menunjukkan masih adanya potensi terorisme,” pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Densus 88 Mabes Polri menangkap seorang santri saat berbelanja di sebuah pasar di Purbalingga, Jawa Tengah, Ahad (16/12) pagi.
Pihak pasukan antiteror milik kepolisian itu menduga AZ terlibat dalam kegiatan “teroris” dan terkait jaringan Farhan di Solo.
Berdasarkan keterangan Kapolres Purbalingga, AKP Ferdy Sambo, AZ dijemput oleh anggota Densus 88 saat membeli sayuran di pasar.
Pengurus pondok pesantren, tempat AZ menyantri mengatakan, yang bersangkutan baru sekitar 2 bulan mondok.
“Dia ditangkap terkait dugaan peristiwa Solo yang terjadi jauh sebelum masuk pesantren kami,” kata Direktur Ponpes Tahfizhul Qur’an El-Suchary Purbalingga KH Ahmad Thoha Makhsun dalam rilis yang diterima salam-online, Senin (17/12/2012).
”Kami tidak mengetahui bahwa santri kami tersebut menjadi target operasi Densus 88.”
Menurut KH Thoha Makhsun, pihaknya memastikan, tidak ada keterkaitan pesantren, yayasan, staf pengajar dengan penangkapan tersebut.
Ponpes El-Suchary, ujarnya, adalah sebuah lembaga yang sudah belasan tahun dikenal baik dan tidak bermasalah di semua instansi pemerintah serta masyarakat Purbalingga dan sekitarnya. (itoday)–salampos.com