(JAKARTA (SALAM-ONLINE): Eliyas Setya Nugroho (20) berharap: Jangan ada lagi rumah sakit besar di Jakarta yang menolak pasien yang datang. Cukup bayinya Dera Nur Anggraini saja yang meninggal karena tak mendapat perawatan.
Bukankah sebelumnya juga sudah sering terjadi penolakan pasien dari kalangan miskin? Kartu Jakarta Sehat (KJS)-nya Jokowi tak dianggap?
“Minta kepada rumah sakit semua, tolonglah kasih tempat buat anak prematur, kasih tempat meski orang miskin. Tolonglah kasih, kita semua sama manusia,” demikian harapan yang disampaikannya melalui detikcom, Senin (18/2/2013).
Eliyas menjelaskan, anaknya bernama Dera yang lahir prematur pada Senin (11/2/2013) dini hari, harus dirawat di RS karena tak bisa menelan ASI. “Setelah lahir, saya diberitahu dokter bahwa Dera sakit. Nggak bisa minum ASI, jadi hanya bisa sampai tenggorokan,” jelas Eliyas sedih.
Dia mesti bersusah payah ke sana kemari ke sejumlah rumah sakit besar di Jakarta, tapi tak ada yang mau menerima.
“Semua alasannya (ruangan) penuh. Ya semoga pengalaman saya ini menjadi yang terakhir,” harapnya.
Dia berburu rumah sakit selama lima hari. Mulai dari rumah sakit besar milik pemerintah di Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, hingga Jakarta Barat, tak ada yang mau menerima selama kurun waktu 11-15 Februari.
Dia terus menyisir seluruh rumah sakit besar di Jakarta. Rumah sakit pemerintah tak ada yang mau, dia lari ke rumah sakit swasta. Tapi selama 5 hari tak ada yang bisa merawat putri pertamanya itu.
Hingga akhirnya Dera pada Sabtu (16/2/2013) sore oleh dokter di klinik tempatnya dilahirkan, dinyatakan meninggal. “Saya hanya bisa menangis,” ujar Eliyas pasrah.
Dera bersama saudari kembarnya, Dara, lahir prematur di klinik bersalin di kawasan Jaksel. Dara kini dirawat di RS Tarakan, kondisinya sehat. Sang ibu, Lisa, terus menunggui buah hatinya.
Eliyas bekerja sebagai pedagang kaki lima yang menjajakan kaus kaki dan sandal. Eliyas tinggal di pemukiman padat penduduk di Jl Jati Padang Baru, RT 14/6, Pasar Minggu, Jaksel. (detik)–salam-online