Tak Hanya Larang Khatib, Rezim Palsu Mesir Juga Akan Tutup Sejumlah Masjid
KAIRO (SALAM-ONLINE): Seperti sudah diberitakan sebelumnya, setelah mengontrol ketat media massa, rezim kudeta Mesir juga mengeluarkan daftar larangan 55.000 orang Imam untuk menjadi Khatib dan Imam Shalat Jum’at. (MiddlEastMonitor, 11/9).
Menteri Dalam Negeri dan Urusan Agama Mesir, Mohamed Mokhtar Al-Gomaa, mengatakan bahwa imam-imam tersebut tidak mendapat lisensi untuk melakukan khutbah Jum’at karena dianggap sebagai “teroris dan mengancam keamanan Mesir “.
Rezim hanya mengizinkan ulama-ulama Al-Azhar yang “diridhoi” pemerintah untuk menyampaikan khutbah Jum’at. Partai Salafi An-Nur, yang selama ini memilih mendukung pemerintahan kudeta, memprotes keras manuver kacau ini. Partai ini mengatakan, akan menyulitkan jika dibatasi Khatib Jum’at harus lulusan Al-Azhar saja, karena kenyataannya banyak sekali khatib Jum’at di pelosok negeri yang bukan lulusan Al-Azhar.
Tak hanya melarang puluhan ribu khatib menyampaikan khutbahnya, rezim produk kudeta ini juga berencana menutup masjid-masjid dan melarangnya digunakan untuk shalat Jum’at. Dalihnya, masjid-masjid ini digunakan para Imam yang tidak “diridhoi” oleh rezim palsu itu untuk menyampaikan khutbahnya.
Pemerintah tidak sah hasil kudeta di Mesir ini meyakini bahwa khutbah Jum’at adalah ajang bagi para Imam dan khatib untuk menghasut dan menyulut emosi rakyat agar anti pada pemerintah hasil kudeta. Terbukti setiap kali sehabis shalat Jum’at para jamaah melakukan pawai dan aksi demonstrasi menentang kudeta oleh militer Mesir. Terakhir, Jum’at 13 September 2013 lalu, aksi demo selepas shalat Jum’at merebak di seantero Mesir dan bentrok dengan pihak keamanan tak terhindarkan. Akibatnya 2 orang demonstran gugur.
Mengomentari manuver ini, seorang sejarawan Mesir bernama Mohamed Al-Jawwadi mengatakan bahwa ini untuk pertama kalinya dalam sejarah Mesir dimana sekian banyak masjid ditutup.
“Orang ini meniru cara-cara yang dilakukan Kemal Ataturk (pendiri sekularisme Turki) yang mengakhiri kekuasaan kekhalifahan Islam di Turki, dimana Ataturk sangat memushui Islam di awal abad ke-20 silam,” kata Al-Jawwadi.
Tampaknya pemerintahan tidak sah ini melakukan berbagai daya upaya dan menghalalkan berbagai cara untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Jika yakin tindakannya didukung sebagian besar rakyat sebagaimana klaim mereka selama ini, kenapa takut rakyat akan terhasut lewat khutbah Jum’at? (Abu Akmal/salam-online)