CATATAN MOTASEM DALOUL (Middle East Monitor)
KAIRO (SALAM-OLINE): Akhirnya pengadilan Mesir mengeluarkan keputusan melarang Ikhwanul Muslimin, kelompok sosial dan politik terbesar dan paling terorganisir di Mesir, dan memiliki cabang di seluruh dunia—meski belakangan pelaksanaan keputusan ini ditunda, untuk memberi kesempatan Ikhwan melakukan upaya banding.
Keputusan tersebut mencakup larangan terhadap setiap organisasi dan underbouw yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin serta semua kegiatan mereka.
Pengadilan Mesir juga memerintahkan penutupan semua kantor perwakilan Ikhwanul Muslimin di seluruh Mesir dan semua aset disita oleh negara.
Kantor dan pemimpin Ikhwanul Muslim telah diserang sejak militer melakukan kudeta terhadap Presiden Muhammad Mursi. Militer menurunkan paksa Presiden Muhammad Mursi yang didukung oleh Ikhwanul Muslimin setelah referendum yang menyetujui konstitusi baru pada tahun 2012 telah menyebabkan gelombag unjuk rasa.
Semua indikasi ini menunjukkan bahwa keputusan melarang Ikhwanul Muslimin merupakan upaya untuk menjauhkan kelompok ini dari kehidupan politik dan sosial, khawatir bahwa ikhwan akan menentang keberadaan “Israel” ketika akhirnya memperoleh kekuasaan yang sesungguhnya di Mesir. Ini artinya, para pengunjuk rasa pro Mursi yang anti kudeta itu berjalan damai atau tidak, Jenderal Abdul Fattah As-Sisi tetap akan menindak mereka juga.
Mengeluarkan Ikhwanul Muslimin dari kehidupan politik dan sosial di Mesir bukanlah hal baru di Mesir, karena As-Sisi hanya mengikuti pendahulunya, yaitu Gamal Abdul Nasser dan Anwar Sadat.
Pertanyaannya di sini adalah: apakah ikhwan akan lenyap dari masyarakat Mesir setelah pelarangan ini? Atau akankah Ikhwan tetap bertahan meskipun ilegal menurut hukum militer Mesir? Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita hanya perlu melihat sejarah kelompok ini sejak didirikan.
Hassan Al-Banna, sang Mursyid, mendirikan Ikhwanul Muslimin pada 1928, tidak berapa lama setelah kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani akibat persekongkolan jahat Inggris dan Yahudi. Maka Ikhwanul Muslimin bertujuan menghidupkan kembali pemerintahan Islam di negara-negara Arab dan Muslim. Al-Banna mengakui bahwa kelompoknya akan menghadapi kemarahan dari para penguasa.
“Sekarang, Anda baik baik saja, tapi di masa depan, ketika penguasa Anda mengenali tujuan Anda dan melihat bagaimana meningkatkan jumlah Anda, maka Anda akan menghadapi cobaan yang besar. Anda akan ditahan dan dibunuh,” itulah kata Al-Banna kepada para pengikutnya saat menyampaikan pidatonya pada 1930-an.
Antara 1936 dan 1947, Mujahidin Ikhwanul Muslimin berjuang berdampingan dengan rakyat Palestina menentang upaya Zionis untuk menduduki tanah Palestina. Pada 1947, tentara Arab meminta Ikhwan untuk meninggalkan Palestina dan membiarkan mereka melindunginya.
Namun rupanya ini hanya tipu muslihat. Raja Mesir telah bersekongkol dengan Inggris. Ketika para pejuang Ikhwanul Muslimin kembali dari Palestina ke Mesir, serta merta Palestina diduduki dan Mujahidin ditahan oleh Raja Farouq.
Pada 1949, Hassan Al-Banna dibunuh, kemungkinan besar oleh pembunuh pro-rezim Farouk. Namun Ikhwan tetap eksis dan sanggup membantu revolusi Opsir Merdeka di tahun 1953 yang menggulingkan Raja Farouk.
Pemimpin Gerakan Opsir Merdeka saat itu adalah Gamal Abdel Nasser. Setelah berhasil menggulingkan Farouk, Nasser mengatakan bahwa sekutu sekaligus pesaing populer terkuat untuk revolusi adalah Ikhwanul Muslimin. Maka Nasser ingin melakukan kompromi dengan Ikhwan. Namun kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan.
Pada 1954, Nasser memerintahkan pembubaran Ikhwan. Para pemimpinnya digantung, ribuan kader Ikhwan ditangkap dan semua kegiatannya dilarang. Nasser mengumumkan Ikhwan adalah kelompok terlarang. Namun Ikhwanul Muslimin terus bekerja dan mengambil bagian dalam kehidupan sosial politik selama pemerintahan Anwar Sadat dan Husni Mubarak. Mereka mencapai hasil yang sangat baik dalam pemilu meskipun tokohnya berkali-kali dipenjara dan mengalami pengucilan politik.
Ikhwanul Muslimin adalah partai yang paling populer dan terorganisir dengan baik, meskipun hidup di bawah tekanan dan penindasan terus menerus. Ikhwan mencapai hasil terbaik dibanding semua partai politik lainnya dalam pemilu parlemen dan memenangkan pemilu presiden meskipun kampanye pencemaran nama baik Ikhwan terus dilakukan oleh media Mesir ataupun media internasional.
Ini adalah gambaran sejarah dari Ikhwanul Muslimin. Sejarah membuktikan bahwa sepanjang waktu kelompok ini tidak diperbolehkan untuk bebas bekerja, dan bebas bergerak dalam terang. Bahkan mereka tidak mudah memiliki media massa dan berkali-kali media mereka dibungkam.
Maka saya dapat memprediksi bahwa larangan ini hanya akan meningkatkan popularitas Ikhwanul Muslimin di masa akan datang. Lalu bagaimana cara Ikhwan bertahan? Cukup dengan cara yang sama yang telah membuat Ikhwan bertahan selama ini.
Dan ketika kesempatan berikutnya muncul, besar kemungkinan Ikhwan kembali unggul dibanding partai lainnya. (salam-online)