SALMA (SALAM-ONLINE): Dunia saat ini tahu betapa zalim dan kejamnya rezim Asad kepada rakyatnya. Mengusir rakyat dari negerinya, menangkapi mereka yang menentang dan kemudian menyiksanya di dalam penjara, bahkan tidak sedikit yang tinggal nama, mati tanpa tahu keluarga mereka ke mana jasadnya.
Tak cukup sampai di situ, tentara rezim pun menghancurkan rumah-rumah mereka, mengirim roket dan meriam yang mematikan untuk menghabisi mereka yang tersisa, dan rentetan kekejaman lainnya yang dapat kita saksikan. Belum pernah kita dapati seorang pemimpin negara yang memperlakukan rakyatnya seperti apa yang dilakukan rezim Asad saat ini.
Apa yang telah dilakukan rezim Asad kepada rakyat Suriah, berakibat menyisakan teror dan ketakutan yang luar biasa. Rasa aman hilang di tengah-tengah mereka. Jika mendengar suara gelegar roket atau meriam semua akan bersembunyi. Jika suara helikopter menderu di angkasa, semua mencari tempat perlindungan di bawah tanah rumah-rumah mereka.
Satu contoh seperti apa yang kami alami semalam. Kami dibangunkan pada pukul satu dinihari dan dengan keras mereka perintahkan kami untuk ke tempat persembunyian karena terdengar suara helikopter menderu di atas langit Kota Salma.
Standar keamanan yang telah diajarkan kepada kami, yaitu bergegas menuju tempat persembunyian jika mendengar suara helikopter. Karena setiap helikopter lewat selalu membawa bom birmil yang dijatuhkan ke Salma, tempat kami tim relawan ke-11 Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) tinggal dan bertugas.
Serangan birmil maupun roket yang dilancarkan tentara rezim Asad itu terjadi tiap hari tanpa kenal waktu, sehingga sudah menjadi semacam menu harian yang harus diterima rakyat Suriah, suka ataupun tidak.
Dalam kondisi seperti ini tidak menjadikan mereka yang tinggal, lemah dan berdiam diri, termasuk dalam hal pendidikan anak-anak. Ruangan kelas sekolah yang telah hancur akibat serangan brutal rezim Asad, tidak menyurutkan langkah mereka untuk mencari ruang alternatif belajar untuk anak-anak mereka.
Rumah-rumah sempit mereka bukanlah tempat yang baik untuk kegiatan belajar mengajar dan juga tidak memberikan rasa aman bagi anak-anak jika terjadi serangan. Ruang alternatif belajar itu adalah Gua.
Ya, kami mendapati sebuah Gua disebuah bukit dengan ketinggian 100 m dari bawah. Gua ini memiliki kedalaman 15 m dan luas 3 m dan semakin sempit ketika masuk lebih dalam. Pintu masuk yang tidak terlalu nampak dari luar, apalagi dari bawah.
Kami yang diajak naik tidak menyangka kalau Gua yang kami masuki ini ternyata ‘disulap’ jadi ruang belajar. Ya, ‘ruang kelas’ untuk anak-anak belajar. Karena terjalnya jalan batu untuk menaikinya, sehingga kami terkejut ketika masuk Gua tersebut ternyata di dalamnya sudah ada ada beberapa pasang meja dan kursi belajar, layaknya meja dan kursi belajar yang kita temui di ruang-ruang kelas biasanya.
Direktur Rumah Sakit Lapangan (RSL) Salma Dokter Rami Habib menjelaskan kepada kami bahwa sebagian anak-anak yang masih tersisa di wilayah Wadi Azroq ini melakukan kegiatan belajar mengajar di Gua. Cukup aman, tidak terlihat dari luar dan tentunya tidak khawatir dengan kedatangan helikopter yang ‘menghadiahkan’ bom birmil untuk rakyat Suriah. Maka, anak-anak dapat belajar dengan tenang dan nyaman, walau dengan segala keterbatasannya.
Setelah selesai melihat ruang belajar anak-anak sekolah tersebut, kami kembali turun. Paman Nizar yang biasa membawa mobil untuk mengantar kami mengatakan, “Selama dua puluh tahun saya tinggal di Salma, belum pernah naik ke atas sana, dan tidak tahu kalau ternyata ada Gua yang dijadikan ruang belajar oleh warga kami.” Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.
Kembali rakyat Suriah memberi pelajaran kepada kami arti pentingnya kesabaran dan tabah dalam menghadapi ujian. Hilangnya semua yang mereka miliki tidak membuat mereka lemah. Ancaman yang senantiasa memburu tidak senantiasa membuat mereka lari, bahkan dari sana menghadirkan sosok-sosok kuat dan berani.
Semoga Allah segera memberikan kepada mereka jalan keluar atas tragedi yang menimpa negeri mereka tiga tahun belakangan ini dan mengganti apa-apa yang telah hilang dengan yang lebih baik. Amin.
Salma, 21 Rajab 1435/21 Mei 2014
Abu Abdillah (Tim Relawan ke-11 HASI untuk Suriah)