PARIS (SALAM-ONLINE): Tiga orang bersenjata, bertopeng dan berpakaian hitam, menyerang kantor majalah Prancis, peleceh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Charlie Hebdo, Rabu (7/1), menewaskan setidaknya 12 orang, termasuk dua polisi, pemimpin redaksi, dan melukai 10 orang, kata pihak berwenang Prancis. Lainnya berlarian ke atap gedung untuk berlindung.
Para saksi mata mengatakan, para penyerang mengeluarkan tembakan dengan senapan Kalashnikov.
“Dua pria berpenutup kepala memasuki gedung dengan Kalashnikov. Beberapa menit kemudian, kami mendengar banyak tembakan,” kata Benoit Bringer seperti dikutip BBC dari televisi Prancis, Itele.
Para penyerang bersenjata tersebut kemudian terlihat melarikan diri dari kantor majalah itu.
Majalah penista Nabi shallallahu ‘alaihiwa sallam tersebut sebelumnya sudah jadi langganan alias telah teramat sering menista Islam dan melecehkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salllam, antara lain menerbitkan karikatur Nabi Muhammad, dan menjadikan Nabi sebagai “pemimpin redaksi” pada November 2011.
Sehari sesudahnya, kantor majalah itu diserang dengan bom molotov.
Dalam tweet terbarunya, Charlie Hebdo mengeluarkan kartun Abu Bakr Al-Baghdadi, pemimpin kelompok yang menamakan diri IS (Islamic State) yang popular dengan nama ISIS.
Maka, jika banyak serangan balik terhadap penyerang kantor majalah tersebut, marilah kita berpkir jernih dan kritis. Mengapa Charlie Hebdo diserang?
Pasti, biasanya, muncul kutukan terhadap para penyerangnya. Kesalahan sangat fatal yang selama ini dilakukan oleh Charlie Hebdo dengan terus-terusan melecehkan Islam dan Nabi yang sangat dimuliakan oleh kaum Muslimin itu, seakan terhapus dengan sendirinya.
Jadilah, seolah apa yang dilakukan oleh majalah tersebut adalah “benar”. Dengan berlindung di balik kata “satir” dan kebebasan berekspresi, majalah yang bagi kalangan Islam berisi sampah ini, seakan bisa dengan seenaknya melecehkan Islam dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka, serangan terhadap Charlie Hebdo, harus dilihat dari sudut akar masalah yang telah lama bersarang di kelompok ini: dendam kesumat atau kebencian mereka terhadap Islam.
Sesungguhnya, Charlie Hebdo sudah lama menyimpan bara dan konfrontasi. Bertahun-tahun. Menyimpan luka Muslim yang marah, Nabi mereka dinista!
Umat Islam seperti tak berdaya dengan arogansi Charlie Hebdo yang terus-terusan menghina Islam. Umat Islam, yang tak hanya dari kalangan yang sering dicap radikal, terus dibuat memendam sakit hati atas serangan terhadap Islam yang dilakukan majalah itu.
Tapi sayangnya, majalah ini tak peduli, tak juga minta maaf atas serangan mereka selama ini terhadap Islam. Yang ada, serangan terhadap Islam itu kian menjadi. Mungkin, lantaran tahu akan ada serangan dari kelompok Islam terhadap mereka, kabarnya, selama tiga tahun terakhir, pihak Charlie Hebdo, meminta pengawalan khusus. Mereka seolah tahu serangan bersenjata akan terjadi kapan saja.
Pimpinan dan pengelola Majalah Chalie Hebdo, cukup sadar akan mendapat serangan balik sebagai konsekuensi selama ini atas tindakan provokasi mereka yang tidak terpuji, mengganggu dan merusak hubungan dengan umat Islam. Tak hanya dari kalangan Islam, bahkan kelompok Kristen pun mengecam aksi gila tersebut.
Pemerintah Prancis sendiri tak ketinggalan, juga mengecam Charlie Hebdo. “Tidak ada untungnya mengeluarkan tindakan provokasi seperti itu,” ujar Najat Vallaud-Belkacem, Menteri Hak Wanita Prancis.
Maka, terjadilah apa yang telah terjadi: markas majalah Charlie Hebdo diserang! Belum jelas, siapa penyerangnya. Yang jelas, siapa yang menabur angin, apa boleh buat, dialah yang menuai badai! Siapa yang bermain api, dia yang terbakar!