Presiden dan PM Yaman Mengundurkan Diri
SANAA (SALAM-ONLINE): Presiden dan Perdana Menteri Yaman mengundurkan diri di tengah berlanjutnya konflik antara pemerintah dan kelompok pemberontak Syiah Houtsi.
Namun parlemen Yaman dilaporkan menolak pengunduran diri Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi, lansir BBC, Jumat (23/1).
Sementara itu, lewat pernyataan pengunduran diri pemerintah, Perdana Menteri Khaled Bahah mengatakan para menteri tidak bersedia ditarik ke dalam ‘kebingungan politik yang tidak konstruktif ini’.
Kelompok Houtsi yang beraliran Syiah itu sudah menguasai ibukota Sanaa dan masih tetap menyandera kepala staf kepresidenan yang mereka culik pekan lalu.
Sebelumnya muncul berita tentang kesepakatan gencatan senjata, Rabu (21/01), dengan imbalan mereka akan mendapat perwakilan yang lebih banyak di pemerintah namun mundur dari istana maupun rumah Presiden Hadi.
Laporan-laporan menyebutkan parlemen menolak permintaan mundur Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi.
Namun di lapangan, kelompok Houtsi—yang masuk ke Sanaa pada September tahun lalu— masih belum mundur dari posisi-posisinya.
Dalam pekan ini, berlangsung tembak menembak antara pasukan pemerintah dengan para pendukung Houtsi di Sanaa.
Senin (19/1), pemberontak Houtsi melepas tembakan ke iring-iringan Bahah (Perdana Menteri Yaman) yang kemudian berlindung ke istana presiden.
Kemudian Rabu (21/1), giliran rumah Presiden Mansour Hadi yang ditembaki sehingga merusak gencatan senjata yang sempat disepakati.
Syiah Houtsi melancarkan pemberontakannya sejak 2004 untuk mendapat otonomi yang lebih luas di Provinsi Saada.
Pemerintah Yaman merupakan salah satu sekutu penting Amerika Serikat dalam perang melawan Al-Qaidah di kawasan itu. Yaman yang didukung AS itu bisa tegas kepada Al-Qaidah, tapi lucunya menghadapi kelompok Syiah Houtsi jadi gagap dan kegigit lidah. (bbc/salam)