SALAM-ONLINE: Siapa pun yang pernah mencicipi bangku kuliah, saat menyelesaikan tugas Akhir, terkadang dosen pembimbing skripsi maupun tesis menganjurkan supaya seorang mahasiswa membuat “Tipologi”.
Tipologi bukan bertujuan untuk mengkotak-kotak atau memecah belah, melainkan supaya orang yang membaca penelitian kita, bisa dengan mudah menangkap temuan-temuan unik dalam hasil penelitian tersebut.
Saat ini, di tengah gencarnya pergerakan Syiah, tak jarang kita melihat suatu kalangan yang kritis dan istiqomah mengingatkan bahaya Syiah terhadap akidah umat dan keutuhan NKRI. Namun tak jarang pula kita dapati ada pemuka agama dari kalangan tertentu yang berkasih-kasihan dengan para tokoh Syiah.
Terhadap kelompok Liberal, penyikapan kalangan Islam menjadi terbelah. Ada yang anti liberal, mendukung misi jahat mereka dan ada juga yang tidak tahu menahu.
Dalam artikel ini, yang menjadi fokus utama adalah Nahdlatul Ulama (NU). Ternyata Ormas yang punya akar kuat dari Pesantren ini memiliki keragaman tersendiri, terutama dalam menyikapi Syiah, Liberalisme bahkan dakwah Salafi.
Orang NU atau warga Nahdliyin terbagi menjadi 4 tipologi. Tipologi ini mengadopsi milik facebooker, “As-sundawy suuni”. Penjelasan tipologi yang dibuatnya saya edit dan ditambah dengan data yang relevan dengan judul artikel ini.
1. Orang NU yang Anti Syiah, Anti Liberal dan tidak Anti Dakwah Salafi
Yang masuk dalam tipologi pertama ini adalah Habib Zein Al-kaff dkk (pengurus PWNU Jawa Timur). Beliau anti Syiah, anti Liberal, tapi tidak memusuhi kalangan Salafi. Dalam setiap ceramah dan dakwahnya selalu mengatakan Salafi/Wahabi itu masih saudara Muslim kita, kalau Syiah bukan.
Dengan memiliki pandangan yang obyektif seperti ini, tak heran jika Habib Zein dapat diterima kalangan Salafi dan Muhammadiyah. Di kota Malang pernah saya saksikan Habib Zein al-Kaff jadi pembicara utama dalam Pengajian di aula PDM Muhammadiyah.
Dalam pengajian tersebut, beliau mengulas dengan detail bahaya Syiah bagi keutuhan NKRI. Selain Habib Zein, masih ada sosok KH Chalil Nafis, PhD dan pakar hadits Prof Dr Ali Mustafa Yaqub.
2. Orang NU yang Anti Syiah, Anti Liberal dan Anti Dakwah Salafi
KH Idrus Ramli dkk masuk tipologi kedua. Alumnus pesantren Sidogiri ini dikenal Anti syiah dan Anti pemikiran liberal. Beliau mengkritisi pemikiran-pemikiran liberalnya Gus Dur, Gus Nuril Arifin dan Ulil abshar abdala. Namun di sisi lain Idrus Ramli tidak suka dengan dakwahnya Salafi. Pernyataannya suka menyudutkan kalangan Salafi meskipun sama-sama anti Syiah.
Pemikiran-pemikiran KH Idrus Ramli sering dijadikan rujukan Gerakan dakwah yang menamakan dirinya “NU Garis Lurus”. Gerakan yang belakangan popular di dunia media sosial ini mengkritisi Syiah, Liberalisme dan Salafi. Sayangnya hingga kini, mereka yang menamakan dirinya “NU Garis Lurus” belum berani muncul ke publik (baca: artikel Fadh Ahmad Arifan, NU Garis Lurus Bukan Bikinan Wahabi, bersamaislam.com, 22 April 2015).
3. Orang NU yang yang Akrab dengan Syiah, Liberal namun Anti Dakwah Salafi
Pada tipologi ketiga terdapat sosok Prof Dr KH Said Aqil siradj (Ketua PBNU Pusat). Alumnus Pesantren Lirboyo ini dikenal akrab dan cenderung memihak pemikiran Syiah dan Liberal. Banyak bukti pernyataannya, baik di media sosial maupun ceramahnya di Youtube.
Pandangan Prof Said aqil sama saja dengan Gus Dur. Satu lagi, pernah pula dia menyatakan, “Di universitas Islam mana pun tidak ada yang menganggap Syiah sesat. Wahabi yang keras saja menggolongkan Syiah bukan sesat,” (Lihat situs Tempo.co, 27 Januari 2012). Kiai model begini perlu dieliminasi dari NU karena mengkhianati founding father NU, yaitu KH Hasyim Asy’ari.
4. Orang NU yang Belum tahu Hakikat Syiah, Liberal, dll
Tipologi terakhir ialah Orang-orang NU di kampung dan pedesaan yang pada umumnya kurang mengikuti perkembangan dunia Islam. Mereka hanya mengandalkan informasi dari para kiai. Yang terakhir ini rawan berganti akidah. Contohnya yang menimpa warga Nahdliyin di Sampang, Madura. Mereka adalah kalangan yang kurang disentuh dakwah Kiai sehingga Tajul Muluk datang dan berhasil menggaet mereka.
Hingga tulisan ini dibuat, ratusan penganut Syiah yang terusir dari Sampang masih ditampung di Rusun Jemundo, Sidoarjo.
Bukan cuma Syiah, mereka rawan sekali dengan gencarnya kristenisasi. Gencarnya kristenisasi di daerah basisnya NU diakui oleh Ketua Tanfidziyah MWC NU Genuk, Semarang, Ali Mashadi. Gerakan kristenisasi sudah mulai membangun gereja di tiga tempat, yakni di Karangroto, Bangetayu dan Banjardowo. ”Untuk itu sebagai warga NU kita harus mewaspadai dan mengawal,” ujar Ali Mashadi. (Muslimedianews, 8 April 2015).
Saya pikir, inilah Pekerjaan Rumah (PR) bagi Kiai-Kiai NU. Mudah-mudahan dalam Muktamar NU ke-33 di Tebu Ireng, Jombang, para Kiai bersatupadu memecahkan problem ini. Dan kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Ormas sebesar NU tidak dipimpin dan dikendalikan oleh kiai-kiai Liberal serta memihak Syiah. Wallahu a’lam bis-showwab.
-Penulis adalah Pendidik di MA Muhammadiyah 2, Kota Malang