JAKARTA (SALAM-ONLINE): Dr Abu Ameenah Bilal Philips adalah seorang kelahiran Jamaika yang semula Kristen kemudian menjadi Muslim dan memilki semangat berdakwah yang tinggi.
Lahir di tengah keluarga berkecukupan, kedua orangtua Bilal adalah guru, sedang kakeknya bahkan seorang pendeta dan ‘pakar Al Kitab’. Tak heran jika Bilal tumbuh menjadi seorang Kristen yang taat. Di usia 11 tahun, Bilal ikut keluarganya pindah ke Kanada. Di negara inilah ia kemudian mengenyam pendidikan dan tumbuh dewasa.
Setelah dewasa Bilal pindah ke Sabah, Malaysia, sekitar dua tahun untuk mempersiapkan diri masuk Universitas di Malaysia. Di sanalah kontak pertama Bilal dengan Islam. Namun saat itu dia belum begitu tertarik pada Islam.
Ketika itu Bilal masih masih sangat muda dan lebih suka bermain musik rock ketimbang memikirkan agamanya. Ia mendirikan band rock bersama 3 orang teman kuliahnya. Dan di Malaysia kala itu ia dikenal dengan nama Jimmi Hendrik.
Tak lama setelah itu, ia beserta keluarga kembali ke Kanada. Saat menginjak bangku kuliah teman-teman di kampusnya tengah digandrungi pesta ganja. Namun Bilal tak ikut serta. Fenomena itu justru membuatnya mengambil pelajaran biokimia di samping kuliah seni yang ia dapat dengan beasiswa.
Saat berada di kampusnya ia mengikuti komunitas komunis dan melakukan penyebaran ajaran ini di kampus tempatnya kuliah. Saat lulus dari kuliahnya, Bilal sempat pergi ke USA. Dia turut mendukung kegiatan komunisme di sana.
“Namun di saat yang sama saya juga bingung, harus melakukan apa, karena, menurut saya, sistem komunisme itu tidak jelas,” ujar Bilal Philips saat mengisi kajian di Masjid Al-Bina, Senayan, Jakarta, Senin (7/9).
Ia pun pergi ke Cina untuk mendapat pelatihan perang gerilya pendukung komunisme. Namun setibanya di negeri Cina, ia pun merasakan hal yang sama seperti saat bergabung dengan sosialis di California, AS. Ajaran komunis itu tak ada apa-apanya. Ia pun kembali kecewa. Ia balik ke Kanada.
Alhamdulllah, mulailah Bilal mendapatkan pintu yang dibukakan oleh Allah untuk masuk menyelami Islam, melalui temannya yang juga tadinya aktif dalam penyebaran paham komunis terlebih dahulu sebelum masuk Islam.
Kembali ke kampus, Ia mulai mempelajari ajaran Islam. Ia membaca banyak literatur Islam. Ada satu buku yang memberikannya banyak pengaruh bagi hatinya. Buku tersebut berjudul ‘Islam; Ajaran yang disalahpahami’ karya Muhammad Qutb—adik Sayyid Qutb.
Tak hanya mempelajari Islam, Bilal juga mempelajari sejarahnya. Ia pun terpesona dengan peran Muslimin dalam pembebasan negara-negara Afrika dari kolonialisme Eropa. Bilal makin merasakan ketertarikan pada Islam. Ia pun mulai membela Islam hingga kemudian memutuskan bersyahadat. “Aku mulai membela Islam. Akhirnya beberapa introspeksi dan refleksi membuatku memeluk Islam pada 1972,” ungkapnya.
Setelah ber-Islam, Bilal ingin menyempurnakan pengetahuannya tentang ajaran yang baru dipeluknya ini. Tak puas mempelajarinya secara otodidak, Bilal pun memutuskan pergi ke tanah kelahiran Islam, Arab Saudi.
“Saya bergabung dengan Universitas Madinah dan mengambil gelar dalam Uslud Deen (Pokok/Disiplin Islam) pada 1979. Kemudian mengambil Master dalam Teologi Islam dari Universitas Riyadh pada 1985 dan menyelesaikan Ph.D (S-3), juga dalam Teologi Islam pada 1994,” kata Bilal yang sangat haus mempelajari ilmu ini.
Setelah menjadi pakar Islam, Bilal pun membagi ilmunya di banyak negara. Ia menjadi guru di Riyadh, menjadi dosen di Uni Emirat Arab (UEA) hingga berdakwah di Filipina. Enggan membuang waktu, Bilal membangun kampus sendiri dengan pengajaran sistem online, yakni Islamic Online University yang berpusat di Qatar.
Di samping itu, Bilal Philips tak ketinggalan mengembara ke seluruh dunia demi menyebarkan syiar Islam kepada pelbagai khalayak.
Malah Universitas Islam dalam talian atau Islamic Online University (IOU) merupakan hasil kajiannya. Ia membayangkan sebuah institut yang dapat menawarkan kursus-kursus intensif, diploma, ijazah dan sarjana dalam bidang pengkajian Islam. Universitas ini menawarkan program Bachelor of Arts in Islamic Studies (BAIS) selama empat tahun.
IOU dilaunching secara resmi pada 2001 di UEA dengan menawarkan beberapa kursus jangka pendek. Selang beberapa tahun kemudian, pada 2007, IOU dirilis di Qatar dengan menawarkan kursus-kurus jangka pendek yang jauh lebih lengkap secara gratis.
Kini terdapat lebih 6.600 pelajar yang mengikuti pengkajian secara maya pada universitas online ini.
Sementara itu, dalam bidang penulisan pula, Bilal Philips telah mengeluarkan lebih 100 buah buku. Bukunya yang berjudul The Fundamentals of Tawheed adalah karyanya yang paling diminati.
Buku-buku lainnya di antaranya Fundamentals of TAWHEED (Islamic Monotheism) International Islamic Publishing House, True Message of Jesus Christ Islamic Book Services 2006; ISBN 9788172313609, Purpose of Creation 84pp, Islamic Book Services 2002; ISBN 8172313586, Funeral Rites International Islamic Publishing House, Polygamy in Islam, Islamic Book Services dan Islamic Studies Al-Basheer 2002.
Buku-buku yang pernah diterjemahkan olehnya adalah Ibn Taymiyyah’s Essay on the Jinn, The Devil’s Deception dan Arabic Calligraphy in Manuscripts.
Bilal Philips melakukan kunjungan dakwah ke Indonesia sejak Ahad, 6 September lalu. Dalam beberapa hari safari dakwahnya, ia mengadakan silaturrahim dengan sejumlah tokoh dan lembaga Islam di Indonesia untuk menjajaki kerjasama di bidang dakwah dan pendidikan. (EZ/salam-online)