Menlu Turki: “Untuk Capai Perdamaian di Suriah, Asad Harus Tinggalkan Negaranya”
SALAM-ONLINE: Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, perdamaian dan keamanan di Suriah hanya bisa dicapai jika Basyar Asad meninggalkan kursi pemerintahan. Untuk menyelesaikan masalah ini, menurutnya, perlu ada persetujuan dan dukungan dari PBB.
“Untuk mencapai perdamaian dan stabilitas keamanan di Suriah hanya terjadi jika dilakukan pemilihan umum yang bebas dan adil. Rezim yang memiliki peran dalam pertumpahan darah, Basyar al-Asad harus meninggalkan negaranya. Untuk itu, Turki akan terus berkontribusi dalam proses politik di Suriah,” kata Mevlut dalam sebuah pernyataan, Sabtu (19/12) seperti dikutip Middleeastmonitor (MEMO), Ahad (20/12) .
Dewan Keamanan PBB pada Jumat telah mengeluarkan keputusan untuk mendukung perdamaian di Suriah. Rencana perdamaian ditetapkan selama tiga putaran perundingan internasional untuk segera mengakhiri perang.
Putusan telah disetujui oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk mempertemukan rezim Suriah dengan oposisi agar terlibat dalam menyelesaikan perdamaian yang ditargetkan awal Januari 2016.
Ban Ki-moon juga mengatakan bahwa dalam pelaksanaan putusan perdamaian nantinya difasilitasi penuh oleh PBB selama 6o hari.
Lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang mengikuti pertemuan internasional Suriah Support Group di New York yang membahas perdamaian di Suriah adalah AS, Rusia, Inggris, Prancis dan Cina.
Pertemuan di New York Palace Hotel itu dihadiri oleh menteri luar negeri dari 17 negara, termasuk Turki, Arab Saudi, Qatar dan Iran.
Dua putaran pertama perundingan diadakan di Wina. Sejumlah negara telah menyepakati jadwal yang akan diberikan kepada faksi-faksi di Suriah untuk membentuk badan transisi dalam kurun waktu enam bulan dan mengadakan pemilihan umum nasional yang diawasi PBB dalam waktu 18 bulan. Putusan tersebut telah didukung oleh PBB pada Jum’at (18/12).
Perang di Suriah telah memasuki tahun kelima. Laporan PBB terbaru November lalu menyebut konflik berdarah itu telah menelan korban lebih dari 400.000 jiwa dan jutaan lainnya menjadi pengungsi. (EZ/salam-online)
Sumber: Middleeastmonitor