JAKARTA (SALAM-ONLINE): Hari-hari ini media nasional maupun internasional masih membahas isu “terorisme” secara umum. Dan menyinggung pula bom sarinah sebagai bagian yang disambung-sambungkan.
Media televisi misalnya meliput aksi penyanderaan tamu hotel di Afrika Barat oleh kelompok yang diduga “teroris”. Sementara salah satu media online malaysia memberitakan polisi negara mereka menangkap seseorang yang diduga ada kaitannya dengan bom sarinah.
“Ingatan kita masih segar beberapa hari sebelum bom itu terjadi, santer berhembus rumor politik yang disebar secara berantai via media sosial tentang adanya reshufle jilid dua. Yang menarik dari pesan berantai tersebut adalah orang-orang yang selama ini menjadi ‘musuh publik’ yang diharapkan akan tersingkir malah dapat posisi baru dengan tugas lebih khusus,” ungkap Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Karman BM dalam rilisnya, Senin (18/1).
“Apakah rumor-rumor politik itu benar? Dan apakah bom Sarinah adalah sebuah pengalihan isu karena kerasnya nuansa sikat-sikut reshuffle? Atau pengalihan isu kongkalikong perpanjangan Kontrak karya freeport? Wallahu a’lam. Kita lihat saja nanti,” ujarnya mempertanyakan.
Yang perlu digarisbawahi menurut Karman adalah bahwa teror atau aksi sejenis di negara yang damai seperti Indonesia adalah jelas sebuah kesalahan dan pelanggaran hukum.
Tetapi, ujar Karman, dia setuju dengan pendapat bahwa sebab dari aksi-aksi serupa harus dilihat juga bisa saja terjadi karena adanya ketidak-adilan sosial selama ini.
Selain itu, lanjutnya, bom Sarinah tanggung jawab pemerintah. “Khususnya rezim Jokowi-JK, yang terbukti selama setahunan memimpin lebih muncul kegaduhan politik ketimbang prestasi. Yang Kebijakan ekonominya lebih berpihak kepada korporasi daripada sektor riil dan UMKM,” jelasnya.
Di samping isu “terorisme”, Karman berharap masalah lainnya seperti kasus BLBI, pembakaran hutan dan lainnya juga harus cepat diselesaikan.
Kepada para ulama, ia minta, selain memberikan pengajaran Islam yang benar, juga supaya menjadi teladan bagi generasi muda.
“Karena sebagai generasi muda, kami lihat ketokohan dan panutan dari para ulama yang minim,” terangnya.
Kepada kelompok masyarakat sipil, Karman berharap, untuk kembali ke panggilan sejarah kita. “Mengawal pemerintahan yang ada. Dengan kritik dan peringatan-peringatan supaya negara ini tidak salah urus,” pungkasnya. (EZ/salam-online)