JAKARTA (SALAM-ONLINE): Kematian Siyono setelah ditangkap Densus 88 menyisakan banyak pertanyaan. Seperti diberitakan, penangkapan terduga “teroris” oleh Densus 88 yang berujung pada kematian kembali terjadi.
Siyono (39), warga Dusun Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah, diduga meninggal saat dibawa Densus 88, Jumat (11/3/2016).
Sementara penjelasan Karo Penmas Polri Brigjen Agus Rianto, bahwa Siyono meninggal karena kelelahan setelah berkelahi dengan Densus 88 di dalam mobil, tak mudah dipercaya. Demikian disampaikan oleh anggota pengurus Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah Mustofa B. Nahrawardaya dalam rilis yang diterima redaksi, Ahad (13/3) pagi.
“Karena itu, patut dilakukan pengusutan serius terhadap operasi Densus ini. Jika perlu, dilakukan audit total terhadap satuan khusus anti ‘terorisme’ ini,” tegas Mustofa.
Kenapa harus diaudit, menurutnya, karena kenaikan anggaran Rp 1,9 Triliun untuk Densus 88, diakui Luhut Panjaitan (Menkopolhukam) adalah untuk kenaikan gaji 400 Anggota Densus, peremajaan alat, penguatan intelijen, dan sebagainya.
“Namun jika kenaikan tersebut tidak menambah keahlian Densus dalam dinas, maka anggaran tersebut perlu diaudit dan kalau perlu, selama audit, operasi Densus 88 sementara dikembalikan ke Brimob terlebih dahulu,” pintanya.
Selain itu, kata Mustofa yang juga dikenal sebagai pengamat “terorisme” ini, cara-cara Densus menggeledah perlu dievaluasi. Banyaknya pelanggaran di lokasi penggerebekan, termasuk di TK Roudhatul Athfal Amanah Ummmah Klaten, Kamis (10/3), dua hari setelah penangkapan Siyono pada Selasa (8/3).
Siyono adalah aktivis Islam, pendiri masjid dan penggiat pendidikan anak di kampungnya, termasuk perintis TK Roudhatul Athfal RA Ammanah Ummah.
“Penggeledahan di saat anak-anak TK yang sedang belajar di lokasi, tidaklah perlu. Jika fungsi intelijen akan ditingkatkan dengan kenaikan anggaran, maka cara-cara brutal seperti itu jelas tidak elok. Selain menyebabkan anak-anak trauma, maka perilaku Densus seperti itu sangat berpotensi menimbulkan dendam kesumat yang tersimpan di benak para siswa,” ungkap Mustofa, prihatin. (mus)