Mantan PM Swedia Kritik Respon Uni Eropa Terkait Upaya Kudeta di Turki
SALAM-ONLINE: Reaksi Uni Eropa atas upaya kudeta 15 Juli lalu di Turki mendapat kecaman dari mantan Perdana Menteri Swedia Carl Bildt, Selasa (2/8). Ia bertanya apakah Brussels sedang “tidur atau hanya bodoh”.
Bildt, yang pernah bertugas sebagai duta perdamaian di wilayah bekas Yugoslavia pada 1990-an, mengatakan para pemimpin Uni Eropa telah “menanggapi dengan setengah hati” terhadap upaya kudeta Turki.
Dalam sebuah artikel berjudul “Eropa, Berdiri untuk Erdogan” dalam situs berita Politico, ia mempertanyakan waktu yang dibutuhkan para pemimpin Eropa untuk mengecam kudeta.
“Tidak ada tanda-tanda perwakilan senior Uni Eropa sesudah upaya kudeta yang terbang ke Turki dalam mendukung capaian negara (Turki) menghadapi ancaman terberat terhadap konstitusionalnya,” katanya seperti dilansir kantor berita Anadolu, Selasa (2/8).
“Sebaliknya, para pemimpin Eropa segera mulai mempertanyakan kebijakan yang diambil oleh otoritas Turki untuk membersihkan elemen yang diduga terkait dengan gerakan Gulen,” ujar Bildt.
Ia menyayangkan, ketika Turki meminta hak Negara untuk menghilangkan HAM disebabkan situasi yang genting dan dalam keadaaan yang memaksa dari Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia, para pemimpin Uni Eropa berteriak tidak setuju. Mereka lupa bahwa Prancis melakukan hal yang sama setelah serangan teror November di Paris.
“Tidak ada pernyataan bahwa Turki memiliki hak, dan memang harus, mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri terhadap pasukan yang berusaha menggulingkan tatanan konstitusional,” terangnya.
Bildt, yang menjabat sebagai Perdana Menteri Swedia pada 1991-1994 dan sebagai Menteri Luar Negeri pada 2006-2014, mengatakan jika kudeta sukses maka dunia akan melihat “pertumpahan darah besar di jalan-jalan Ankara dan Istanbul saat pasukan kudeta mencoba untuk menekan demonstrasi dan pecahnya perang sipil”.
Jika kudeta itu benar terjadi, ujarnya, maka jutaan warga Turki yang melarikan diri dari kekerasan, kekacauan dan kematian akan bergabung dengan lebih dari 3 juta pengungsi Suriah yang selama ini berlindung di Turki dan akan berlayar menuju Eropa.
“Uni Eropa akan menghadapi bencana pengungsi besar bahkan lebih besar dari tahun 2015,” prediksinya jika kudeta itu berhasil. (EZ/salam-online)
Sumber: Anadolu