Ahrar Syam Tolak Gencatan Senjata Versi Rusia-AS karena Untungkan Rezim Asad
SALAM-ONLINE: Salah satu kelompok pejuang oposisi terbesar di Suriah, Ahrar Syam, menolak perjanjian gencatan senjata yang dilaksanakan pada Senin (12/9) lalu. Gencatan senjata tersebut disepakati oleh Rusia-AS di negara yang berkonflik sejak Maret 2011 itu.
“Gencatan senjata (versi Rusia-AS) itu adalah kesepakatan yang tidak adil,” ujar Wakil Komandan Umum Ahrar Syam Ali al-Omar seperti dilansir Syrian Observer, Selasa (13/9).
Dalam sebuah pernyataan melalui video, Ali al-Omar menegaskan pihaknya menolak kesepakatan gencatan senjata itu. “orang-orang revolusioner telah bertahan hingga tahun keenam meskipun pembunuhan besar telah terjadi,” tegasnya.
“Perjanjian gencatan senjata tidak akan mencapai tujuan revolusioner. Dengan (Perjanjian gencatan senjata) itu kita menguntungkan mereka dalam hal ini,” kata Omar.
Kesepakatan gencatan senjata yang diusahakan oleh Rusia-Amerika, terang Omar, memungkinkan untuk melanjutkan sasaran mereka terhadap kelompok oposisi Fatah al-Sham—yang sebelumnya bernama Jabhah Nushrah.
Karena itu, menurut Omar, pihaknya menolak target yang akan dilakukan terhadap kelompok apa pun di antara faksi-faksi revolusi yang ada di Suriah.
“Masyarakat internasional jika serius dalam memerangi terorisme harus menghentikan tindakan terorisme yang dilakukan oleh rezim Asad dan tindakan kriminal orang-orang dari Lebanon (milisi Syiah ‘Hizbullah’), Irak dan Iran yang menabur pembunuhan dan penghancuran seluruh kota Suriah,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, segenap wakil kelompok oposisi menolak gencatan senjata sebagai kesepakatan bersama faksi-faksi yang ada di Suriah. Penolakan ini dilakukan agar tidak memberikan keuntungan kepada rezim Asad. (EZ/salam-online)
Sumber: Syrian Observer