Al Jaulani: “Untuk Lindungi Asad, Perjanjian AS-Rusia Paksa Pejuang Suriah Letakkan Senjata”
SALAM-ONLINE: Pemimpin Jabhah Fatah al-Sham, Abu Muhammad Al Jaulani mengatakan perjanjian AS-Rusia di Suriah bertujuan untuk memaksa pejuang Suriah meletakkan senjata demi melindungi daerah yang dikuasai rezim Basyar Asad.
Menurut Jaulani, Amerika-Rusia memulai permainan barunya di Suriah dengan target Jabhah Fatah al-Sham, Ahrar al-Sham dan Jaisyul Islam.
“(Selain Fatah al-Sham), Amerika akan menargetkan pihak lain seperti Ahrar al-Sham dan Jaisyul Islam untuk melaksanakan proyek politik mereka di kawasan ini,” ungkap Jaulani seperti dilansir Orient News, Ahad (18/9).
Dalam wawancara dengan Aljazeera, Jaulani mengecam perjanjian Rusia-Amerika baru-baru ini. Ia menyatakan bahwa Washington, Moskow dan Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, berkolusi dengan rezim Asad.
Al Jaulani juga menilai tujuan rencana ini adalah untuk memberikan dukungan kepada rezim yang mengepung Aleppo. Maka, terangnya, perjanjian Amerika-Rusia juga akan mengikuti tujuan itu dan akhirnya de Mistura akan mengumumkan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Jaulani menggambarkan kesepakatan antara Moskow dan Washington sebagai perjanjian militer yang menekankan dan mengarah kepada tujuan untuk memaksa kelompok pejuang oposisi bersenjata Suriah menyerah dan meletakkan senjata mereka. Dia menambahkan bahwa negosiasi yang diumumkan de Mistura juga akan menuntut oposisi untuk menyerah.
Sehubungan dengan pernyataan dari faksi FSA yang mengecam penargetan Jabhah Fatah al-Sham oleh koalisi pimpinan AS, al-Jaulani menunjukkan bahwa FSA sangat mengetahui dengan baik bagaimana perkembangan di wilayah Suriah jika Fatah al- Sham menjadi target serangan. Dia mengucapkan terima kasih kepada semua faksi untuk sikap mereka itu.
Al-Jaulani menganggap Amerika bersikeras menargetkan Jabhah Fatah al-Sham meskipun Fatah al-Sham—yang semula dikenal sebagai Jabhah Nushrah—telah menyatakan mengakhiri hubungannya dengan Al-Qaidah.
(EZ/salam-online)
Sumber: Orient News