JAKARTA (SALAM-ONLINE): Meski Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Tito Karnavian sudah berjanji tidak melarang operator bus untuk mengangkut peserta Aksi Bela Islam III ke Jakarta, namun di berbagai daerah gelagat blokade masih sangat terasa.
Dari Lamongan Jawa Timur, Selasa (29/11/2016) pihak Polres menemui perwakilan aktivis Islam di daerah Paciran.
Sumber Islamic News Agency (INA) melaporkan di antara hasil rapat itu, Kapolres meminta agar armada yang berangkat tidak lebih dari dua bus saja.
“Semula kami hendak berangkat dengan 10 armada bus. Lalu kita pangkas menjadi hanya 3 buah. Kemarin masih disoal lagi,” ujar Ustad Sumarno, Ketua Gerakan Amar Makruf Nahi Mungkar Lamongan (GAMAN) kepada INA, kantor berita yang diinisiasi Jurnalis Islam Bersatu (JITU) ini.
“Tolong Pak Ustadz dikurangi lagi untuk yang berangkat ke sana,” kata Sumarno menirukan Kapolres.
Namun, ia menegaskan, jika dikurangi lagi yang berangkat ke sana, jelas tidak bisa.
Sementara di Ngawi, tepatnya perbatasan Jatim-Jateng, Selasa (29/11/2016) malam marak razia bus. Razia terutama memberhentikan bus pariwisata. Salah satunya, rombongan sebuah perusahaan asal Solo yang hendak pulang setelah berwisata di Jawa Timur.
Dari Semarang dilaporkan, Polisi secara tegas melarang semua pengusaha jasa transportasi menyewakan bus atau kendaraan angkut lainnya dengan tujuan Jakarta.
“Kami dengan tegas melarang dan meminta kepada pengusaha transportasi, baik yang hadir atau tidak, untuk tidak menyewakan alat transportasinya dengan tujuan Jakarta, apa pun alasannya,” ungkap Direktur Lalu Lintas Polda Jateng, Kombes Herukoco di hadapan 349 pengusaha jasa transportasi di Aula Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Pemprov Jateng, demikian seperti dilansir Suara Merdeka, Selasa (29/11/2016).
Sedangkan dari Tasikmalaya dilaporkan, Ketua Al-Mumtaz, gabungan ormas Islam se-Tasikmalaya, Ustad Hilmi mengaku kesulitan mencari armada untuk berangkat mengikuti aksi, Jumat 2 Desember nanti.
“Butuh 15 bus, tapi tidak ada yang berani jalan. Alasan mereka karena dulu larangan dari Polri tertulis, pencabutan juga harus tertulis,” tuturnya.
Padahal, menurutnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian sudah menyatakan akan mengeluarkan instruksi ke Polda-Polda se-Indonesia, agar tidak melarang perusahaan transportasi untuk mengangkut peserta ‘Aksi Super Damai’ pada Jumat 2 Desember itu.
Kapolri mengatakan, siapa pun boleh ikut dalam aksi di Jakarta, selama tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis.
“Besok saya akan melakukan video conference dan tentunya meminta seluruh jajaran agar PO (perusahaan otobus), perusahaan transportasi dapat mengangkut saudara-saudara kita,” ujar Tito, Senin (28/11/2016).
Reporter: Imam S/INA