May Day di Eropa, Wanita Muslim Tuntut Bekerja Pakai Jilbab
STOCKHOLM (SALAM-ONLINE): Di Eropa, kaum buruh menggelar May Day, dengan menggelar aksi untuk menuntut hak perempuan berjilbab dalam bekerja.
Acara International Worker’s Day pada Senin (1/5) kemarin di sejumlah negara Eropa (1/5) digelar setelah sebuah keputusan oleh Pengadilan Uni Eropa (UE), yang memungkinkan perusahaan swasta melarang karyawan mengenakan simbol keagamaan yang terlihat.
Salah seorang pejabat Muslim mengatakan bahwa apa yang diputuskan oleh pengadilan UE itu adalah serangan langsung terhadap wanita yang mengenakan jilbab di tempat kerja.
Keputusan tersebut diambil setelah seorang wanita Belgia dan seorang perempuan Prancis mengajukan tuntutan hukum karena diberhentikan dari pekerjaan mereka setelah mengenakan jilbab.
Pengunjuk rasa di ibu kota Swedia, Stockholm, juga di kota-kota Malmo, Gothenburg, Vasteras, Sala dan Umea, meneriakkan slogan-slogan seperti ‘Hancurkan Rasisme’, ‘Jilbab Saya bukanlah Bisnis Anda’ dan ‘Pekerjaan adalah Hak Kita’.
“Wanita Muslim di sini (Gothenburg) biasanya tidak pergi ke demonstrasi pada May Day, jadi di sini kita akan memberdayakan untuk melihat begitu banyak orang dari berbagai latar belakang yang memperjuangkan hak-hak buruh,” kata Maimuna Abdullahi, salah satu penyelenggara acara tersebut kepada Aljazeera, Selasa (2/5).
“Saya berjalan, karena itu hak saya untuk mengenakan apapun yang saya inginkan. Paling tidak yang dapat dilakukan adalah mendidik orang-orang dan memecahkan kesunyian seputar hak pekerja wanita Muslim,” ujar seorang peserta aksi, Khaali Mohammed.
Penyelenggara acara mengatakan bahwa mereka terpana oleh keheningan yang mengikuti keputusan pengadilan UE , kemudian mendorong mereka untuk menggelar acara tersebut.
“Tidak ada kritik keras terhadap keputusan tersebut, terutama di Swedia, sebuah negara yang dipuji karena hak asasi manusianya,” kata Abdullahi.
Untuk mempromosikan pawai tersebut, Aftab Soltani, salah seorang panitia, menarik seorang wanita Muslim yang “terlihat kuat”. Dia mengatakan bahwa tujuan acara ini ingin membalikkan citra wanita Muslim sebagai korban diskriminasi.
“Ini adalah citra hijabi yang kuat, karena narasi nyata perlawanan tidak diberitahu,” ujar Soltani kepada Aljazeera.
Publikasi melalui media sosial segera dilakukan dengan berbagi logo secara online di bawah hashtag #Muslimwomenban.
“Para aktivis dan seniman yang berbeda di Eropa menghubungi kami dengan mengatakan bahwa mereka akan membawa tanda-tanda untuk mendukung wanita Muslim dalam demonstrasi May Day lainya ,” kata Soltani.
“Sebelum keputusan tersebut, kami dapat saling mendorong satu sama lain karena wanita Muslim setidaknya mengajukan tuntutan hukum terhadap diskriminasi. Mengesahkan diskriminasi memaksa kita untuk memilih antara independensi ekonomi dan identitas religius kita,” terang Abdullahi.
Menurut sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan oleh European Network Against Racism (ENAR), diskriminasi di tempat kerja untuk wanita yang memakai jilbab tiga kali lipat meningkat, karena mereka dinilai berdasarkan jenis kelamin, etnisitas dan agama. (EZ/Salam-Online)
Sumber: Aljazeera