SALAM-ONLINE: Nama lengkapnya Eduard Arnold van Der Elst. Ia keturunan Belanda, namun berdarah Yahudi. “Ayah saya keturunan Yahudi. Ibu saya keturunan Cina,” cerita Eduard.
Selasa, 22 Agustus 2017, menjadi hari yang amat dinanti oleh Eduard. Ia menginjakkan kakinya di bumi Madinah, setelah menempuh perjalanan darat 6 jam dari Jeddah. Madinah, bumi yang dahulu juga dihuni oleh nenek moyang Eduard, bangsa Yahudi.
Eduard benar! Dulu, sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah, orang-orang Yahudi telah menetap di Madinah. Yang terbesar ada tiga suku, yakni Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah.
Mereka, sebagaimana kebanyakan orang Yahudi, memiliki fanatisme ras yang sangat tinggi. Orang-orang Yahudi menganggap kaum di luar ras mereka sebagai kaum yang bodoh, hina dan primitif. Bahkan mereka menghalalkan darah orang-orang di luar kaum mereka untuk ditumpahkan dan hartanya dirampas.
Bagi kaum Yahudi, mengambil harta dan hak orang-orang di luar ras mereka, tidak akan membuat mereka berdosa. Kelompok Yahudi selalu membangga-banggakan etnis mereka sebagai ras yang paling unggul di antara bangsa-bangsa lain.
Lalu datanglah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya membawa Islam ke Madinah, dan mengubah negeri itu menjadi negeri yang berperadaban luhur. Tentu saja ini semua dimulai dari masjid, yakni Masjid Nabawi.
Namun, Ustadz Bachtiar Nasir menjelaskan saat berbincang dengan Islamic News Agency (INA) menjelang perjalanan dari Jeddah menuju Madinah, Selasa (22/8) bahwa masjid pertama yang dibangun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bukanlah Masjid Nabawi, melainkan Masjid Quba.
“Kita jangan lupakan Masjid Quba, sebab masjid itulah satelit peradaban Madinah,” tutur Bachtiar. Di dekat masjid inilah, tepatnya di sebuah lembah (wadi) bernama Ranuna, umat Islam untuk pertama kali menggelar shalat Jumat. Dan, shalat Jumat tersebut, menjadi peristiwa pertama berkumpulnya umat Islam untuk beribadah dalam jumlah besar. Kelak, di wadi ini berdiri sebuah masjid bernama Masjid Jumat.
Namun, Masjid Quba dan Masjid Jumat tidak terletak di kota Madinah. Ia terletak di luar Madinah, tepatnya berjarak 4 km arah selatan dari Masjid Nabawi. Adapun masjid pertama yang dibangun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam di Madinah adalah Masjid Nabawi.
Di Masjid Nabawi-lah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mulai menghimpun dan membina kader-kader Muslim. Masjid Nabawi tak sekadar dipakai sebagai tempat beribadah, namun juga menjadi pusat perkaderan, perekonomian, pengaturan siasat perang, bahkan pembagian ghonimah (harta rampasan perang).
“Saat ini masjid hanya dijadikan sebagai tempat shalat. Tak ada lagi kader-kader militan Muslim lahir dari dari rahim masjid,” kata Ustadz Farid Ahmad Okbah, pimpinan Yayasan Al Islam Bekasi, Jawa Barat, saat menunggu pemberangkatan dari Jeddah menuju Madinah, Selasa (22/8).
Setelah peradaban Islam menguasai Madinah, kaum Yahudi semakin merasa dengki. Kedengkian ini sudah muncul sedari awal, sebab Nabi Akhir Zaman yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala ternyata bukan dari kelompok mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah berupaya bersikap adil kepada mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahkan bertoleransi dengan menyusun perjanjian antara kaum Muslimin dengan Yahudi di Madinah. Namun ternyata kaum Yahudi sendirilah yang melanggarnya. Mereka akhirnya terusir dari tanah Madinah.
Eduard, kakek dari tiga cucu yang masih memiliki darah Yahudi, tak bisa lagi melihat kampung nenek moyangnya di Madinah. Ia hanya bisa mendengar ceritanya saja.
Namun, perjalanan jauhnya selama 9 jam dari Indonesia menuju tanah Arab tentu bukan untuk bermelankolis dengan sejarah nenek moyangnya yang kelam di bumi Madinah. Bukan!
Edward, yang baru memeluk Islam pada tahun 2012 ini, berangkat ke Tanah Arab atas undangan Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta, guna menunaikan ibadah haji. Labbaik Allahumma labbaik! (Mahladi/INA)