SALAM-ONLINE: Siang Jumat (8/9/2017) ini permasalahan Rohingya kian memprihatinkan. Bukan karena tekanan militer Myanmar, tapi kali ini justru dari pihak kepolisian Indonesia.
Perjalanan bantuan ke Rohingya memang tidak semudah yang dibayangkan.
Ribuan umat Islam dari berbagai wilayah yang akan berkumpul di Masjid An-Nuur, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, dengan membawa bantuan dana, doa dan dukungan massa pun mendapati banyak rintangan.
Mulai dari tekanan sejak sebelum keberangkatan hingga di tengah perjalanan pun menjumpai berbagai hambatan.
Sejak Kamis (7/9) malam, umat Islam yang bergerak dari Lamongan dihadang oleh pihak kepolisian sebelum masuk perbatasan Jawa Tengah. Pagi harinya menyusul rombongan Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) dan massa simpatisan lainnya dihadang di daerah Penggung, Klaten.
Kabar terus diterima. Di daerah Boyolali pun ratusan motor dicegah untuk menghadiri aksi damai di Magelang.
Dari arah Yogya, penjagaan diperketat di daerah Tempel, Sleman. Ribuan umat Islam tertahan di sana, termasuk mereka yang mencari jalan alternatif melalui Kalibawang tidak bisa melintas menuju Magelang.
Sejumlah peserta aksi yang berhasil lolos mendekat ke Magelang ternyata masih mengalami berbagai kesulitan. Bahkan banyak peserta aksi mengatakan bahwa penjagaan polisi lebih ketat dibanding aksi 212 lalu.
Dari beberapa peserta yang saya jumpai, di antaranya bercerita dirinya harus menyeberangi sungai menggunakan sepeda motor, melewati jalan setapak untuk menghindari polisi. Peserta dari Sragen pun kabarnya harus bersandiwara turun dari bus pariwisata yang disewa dan melanjutkan perjalanan menggunakan bus angkutan penumpang untuk menghindari penghadangan polisi.
Di Magelang arah dari Yogya, penjagaan telah diperketat dari jalur Muntilan ke arah jembatan Srowol, kemudian jalur Batikan ke arah Pondok Pabelan, Palbapang ke Arah Mendut, termasuk Blabak ke arah Rambianak.
Begitu pun dari arah Semarang penjagaan dimulai dari komplek Armada Mertoyudan, Japunan, ke arah Sraten, dan pertigaan Blondo.
Beberapa celah masih bisa dilewati dari arah Purworejo, terutama jalur Tanjung menuju Kalinegoro. Namun ketika mendekat ke arah Sawitan, jalur dialihkan ke Masjid Hubbul Wathon (masjid kuning). Dari arah Palbapang yang berhasil lolos dari pemeriksaan polisi hanya diperbolehkan lewat sampai sekitar Taman Rekreasi dan Kolam Renang Mendut.
Titik parkir terdekat ke lokasi aksi berjarak sekitar 1 km dan umat Islam yang berhasil lolos ke lokasi aksi hanya berjumlah ribuan, lebih banyak yang terkatung-katung di jalanan dengan membawa berbagai bekal bantuan dan doa.
Jumlah ini masih jauh dari target yang dicanangkan sekitar 1 juta umat Islam.
Namun, walau bagaimanapun, aksi ini harus disyukuri karena berjalan dengan damai. Dan dana yang terkumpul pun kabarnya lebih dari 200 juta rupiah.
Perjuangan ini tentu belumlah seberapa dibanding penderitaan yang dirasakan umat Islam di Myanmar.
Semoga semua yang berpartisipasi dalam aksi mendapat ridha dan pahala besar dari Allah. Aamiin.
Rafiq Jauhary (Peserta Aksi dari Magelang)