Putar Video Intifadhah Palestina sebagai Aksi Terorisme, Saudi Tuai Kecaman
SALAM-ONLINE: Sebanyak 41 negara Muslim—minus Qatar—berkumpul di Riyadh, Arab Saudi, untuk menghadiri pertemuan puncak Koalisi Islam memerangi “terorisme” pada Ahad (26/11/2017) lalu.
Dalam pertemuan yang diinisiasi Putra Mahkota Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman itu, diputar sebuah video yang memicu reaksi keras jagat media sosial.
Di dalam video itu, ditampilkan upaya perlawanan rakyat Palestina (Intifadhah yang dipimpin Hamas) pada tahun 2001 saat agresi besar penjajah “Israel” di Tepi Barat dan Perbatasan Gaza.
Publik kemudian bertanya-tanya mengapa perlawanan yang selama ini memperjuangkan hak hidup rakyat Palestina dari penjajah Zionis itu dikategorisasikan sebagai aksi terorisme. Tanda tanya besar ini juga senada dengan apa yang dilontarkan Mufti Besar Saudi Syaikh Abdulaziz beberapa waktu lalu. Ia mengatakan ‘tak pantas’ perlawanan terhadap penjajah itu dengan menyebut Hamas sebagai organisasi teroris.
Warganet, seperti dilansir Aljazeera, Selasa (28/11), melihat berbeloknya arah kebijakan politik luar negeri Saudi ini disebabkan mulai terbangunnya hubungan antara Riyadh dengan Tel Aviv. Sejumlah cuitan banyak mengkritisi Saudi dan justru mendukung perjuangan Hamas yang dikategorikan ‘teroris’.
“Ini (Intifadhah) merupakan upaya perlawanan. Derajat tertinggi dari kehormatan dan martabat yang tidak Anda miliki. Terorisme adalah penindasan selama puluhan tahun,” tulis sebuah cuitan.
“Orang-orang tidak mempedulikan kriteria Anda dalam mengklasifikasikan terorisme. Terorisme adalah semua (pihak) yang menormalisasi hubungan dengan ‘Israel’ (sebagai penjajah). Perlawanan rakyat Palestina lebih terhormat daripada Anda.”
Warganet lain mengomentari mengenai maksud dan tujuan ditampilkannya video tersebut. Mereka mempertanyakan apakah hal tersebut merupakan bagian dari kesengajaan atau ada maksud lainnya.
“Apakah menurutmu ini merupakan suatu kesalahan atau kebetulan? Tidak, ini memang sengaja dilakukan untuk mempengaruhi perlawanan rakyat Palestina dan menormalisasi hubungan dengan Zionis. Ini yang mereka lakukan untuk membuka jalan itu (normalisasi dengan ‘Israel’).”
Pemutaran video itu kemudian disambut positif oleh juru bicara tentara “Israel”, Avichay Adraee. Ia mendukung sepenuhnya upaya yang dilakukan oleh semua pihak untuk melabeli perjuangan Hamas sebagai ‘terorisme’. Ia juga menyebut bahwa Hamas merupakan ‘penyakit’ atau ‘wabah’ bagi Israel.
“Negara-negara Arab berbicara apa adanya, meskipun itu (video) disengaja ataupun suatu kesalahan. Hamas dan pendukungnya tidak perlu meradang. Apa yang ada pada saat ini (perlawanan Hamas) merupakan ‘wabah’ yang telah terdeteksi. Akankah ini harus diberantas?” tulis Avichay dalam akun Twitter-nya.
Kecenderungan Saudi yang berbalik menuduh Hamas sebagai ‘teroris’ dikritisi keras oleh rakyat Palestina. Pada Juni lalu, dunia Arab juga mengkritsi Saudi setelah Menteri Luar Negeri Adel al-Jubeir berupaya mendikte Qatar agar menghentikan bantuannya ke Hamas.
Para pengguna media sosial berpendapat bahwa perlawanan bangsa Palestina terhadap penjajahan “Israel” merupakan perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan mengembalikan hak tanah air mereka yang kini berada dalam jajahan Zionis “Israel”.
Mereka juga mengatakan, narasi yang dibangun Saudi mengenai klasifikasi Hamas sebagai ‘gerakan teroris’ sama saja bekerja untuk melayani penjajah “Israel” dan mendukung lontaran-lontaran pernyataan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu yang secara tegas akan terus berupaya dengan segala cara merealisasikan visi Negara Yahudi di atas tanah bangsa Palestina. (al-Fath/Salam-Online)
Sumber: Aljazeera