Libya Bantah Tudingan Praktik Perdagangan Manusia di Negaranya
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Pemerintah Rekonsiliasi Nasional Libya membantah adanya perdagangan manusia di negaranya sebagaimana saat ini ramai diberitakan media internasional.
Duta Besar Libya untuk Indonesia Sadegh M.O. Bensadegh mengatakan, yang terjadi sebenarnya adalah tawar menawar biaya transportasi penyelundupan imigran gelap yang ingin menuju Eropa melalui Libya.
“Kemungkinan bahwa fenomena yang terjadi (perdagangan manusia) sebenarnya adalah penyelundupan manusia dan tawar menawar biaya transportasi,” ujar Bensadegh di Kantor Kedutaan Besar Libya, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (30/11/2017).
Bensadegh menjelaskan bahwa kejadian tersebut melibatkan gengster lokal (Libya) dan internasional. Dia mengatakan bahwa pihaknya mengecam tindakan tersebut karena merupakan kejahatan terhadap Libya dan kedaulatannya.
“Pada prinsipnya kami menolak secara tegas dan mengecamnya,” ungkap Bensadegh.
Menurutnya, praktik tersebut adalah akibat dari imigrasi ilegal, dimana Libya merupakan negara yang paling terkena dampaknya. Karenanya, Bensadegh menegaskan, pihaknya menolak secara penuh atas fenomena tersebut.
Para Imigran gelap yang ingin mencari kehidupan di Eropa itu, menurutnya, kebanyakan berasal dari negara Afrika, terutama Senegal dan Nigeria.
Bensadegh menerangkan bahwa Libya menolak praktik dalam bentuk apapun yang dapat menghina dan merendahkan mertabat kemanusiaan.
Hal itu, kata dia, dilakukan berdasarkan ajaran Islam dan tradisi rakyat Libya, juga sesuai dengan perjanjian dan konvensi Internasional.
“Berdasarkan ajaran Islam, tradisi rakyat Libya dan konvensi internasional menolak dan mengecam praktik merendahkan martabat manusia,” ujar Bensadegh yang juga merangkap menjadi Duta Besar Libya untuk Singapura dan Brunei Darussalam itu. (MNM/Salam-Online)