JAKARTA (salam-online.com): Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane berpendapat tidak ada jaringan teroris baru walau beragam potensi tindakan radikal tetap ada. Menurutnya, penyerangan di Solo cukup aneh karena pelaku berani menyerang dalam jarak dekat.
“Kita tidak melihat adanya jaringan teroris baru, tapi memang potensi radikal itu ada. Kalau yang di Solo itu ada dua hal yang berbeda, pertama terakumulasinya kebencian masyarakat terhadap polisi, kedua, orang-orang yang melakukan teror terhadap polisi. Polisi ditembak jarak dekat, perilaku seperti itu tidak ada dari teroris selama ini,” ujar Neta, Selasa (4/9/2012).
Identitas dan latar belakang pelaku penyerangan di Solo terhadap polisi pun dipertanyakan karena tidak sesuai pola penyerangan teroris.
“Teroris melakukannya dari jarak jauh, meskipun jarak dekat itu bom bunuh diri. Nah, pertanyaannya siapa yang berani mendekat menyerang polisi? Ya orang-orang yang dekat dengan polisi, karena teroris biasanya jarak jauh menggunakan alat pengendali atau handphone,” ungkap Neta.
Seperti diberitakan, pihak kepolisian berhasil mernangkap pelaku penyerangan sejumlah pos pengaman lebaran milik kepolisian pada Jumat (31/8/2012) lalu. Farhan dan Muchsin menemui maut di Solo saat penyergapan Densus 88. Disebut-sebut Farhan dan Muchsin sebagai jaringan Mujahidin di Jakarta yang awalnya berniat beroperasi di Jakarta, tapi karena pengamanan ketat, urung dilakukan. (rima/salam-online)