Dua Warga Palestina Gugur dalam Unjuk Rasa Menentang Keputusan Trump
GAZA (SALAM-ONLINE): Sedikitnya dua warga Palestina gugur dan ratusan lainnya terluka saat demonstrasi Day of Rage (Hari Kemarahan) berlanjut di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza yang diduduki pada Jumat (8/12/2017) kemarin. Unjuk rasa digelar terkait keputusan AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota “Israel”.
Seorang pria Palestina berusia 30 tahun gugur akibat tembakan tentara “Israel” saat melakukan demonstrasi di Gaza pada Jumat (8/12/2017), kantor berita Palestina WAFA melaporkan, mengutip kementerian kesehatan Palestina.
Seorang pria berusia 54 tahun di Gaza juga gugur karena luka-lukanya yang parah, kata WAFA, demikian lansir Aljazeera, Sabtu (9/12).
Bulan Sabit Merah juga melaporkan pada Jumat bahwa sejauh ini, setidaknya ada 767 korban luka di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza yang diduduki.
Di dalam dan di sekitar Kota Tua Yerusalem, demonstrasi dimulai usai shalat Jumat.
Berbicara di depan Gerbang Damaskus di Yerusalem Timur yang diduduki, Harry Fawcett dari Aljazeera melaporkan bahwa demonstrasi tersebut umumnya berlangsung damai.
“Unjuk rasa di wilayah pendudukan, Yerusalem Timur, relatif berlangsung damai dalam dua hari terakhir sejak pengumuman (pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota “Israel”) oleh Trump,” katanya.
Namun, tak bisa dihindari, kata Fawcett, demonstran sangat emosional dalam unjuk rasa ini.
Pasukan penjajah “Israel” menembakkan gas air mata dan peluru karet kepada demonstran di kota Hebron dan Bethlehem, Tepi Barat yang diduduki. Jumat (8/12) kemarin menandai hari ketiga demonstrasi di wilayah pendudukan.
Universitas, sekolah dan institusi pendidikan Palestina juga telah mengumumkan pemogokan setelah ada instruksi dari Kementerian Pendidikan Palestina.
‘Eskalasi berbahaya’
Trump, yang mengabaikan peringatan dari masyarakat internasional, mengumumkan pada Rabu (6/12) bahwa AS secara resmi mengakui Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibu kota “Israel” dan akan memulai proses perpindahan kedutaannya ke kota tersebut—yang berarti pelanggaran kebijakan AS yang selama puluhan tahun memegang kesepakatan internasional ini.
Keputusan tersebut menuai kecaman dari para pemimpin dunia. Mereka menggambarkannya sebagai “eskalasi berbahaya” dan paku terakhir di peti mati perundingan perdamaian antara “Israel” dan Palestina.
Warga Palestina sendiri sudah lama merencanakan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka, sementara penjajah Zionis mengatakan bahwa kota tersebut berada di bawah pendudukan “Israel” yang tidak dapat dibagi.
“Pengumuman (pengakuan) Trump itu berpotensi untuk membawa kita mundur ke masa yang lebih gelap daripada yang sudah kita jalani sebelumnya,” kata Federica Mogherini, perwakilan tinggi Uni Eropa untuk urusan luar negeri.
Ketua juru runding Palestina, Saeb Erekat, menegaskan bahwa pihaknya tidak akan berbicara dengan AS sampai Trump membatalkan keputusannya.
Kepada Aljazeera, Jumat, Erekat mengatakan bahwa pimpinan Palestina mempertimbangkan semua opsi sebagai tanggapan atas pengumuman Trump tersebut.
Dalam sebuah pidato di Kota Gaza pada Kamis, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan bahwa keputusan AS adalah sebuah “deklarasi perang melawan orang-orang Palestina”. Ia menyerukan sebuah Intifadhah (perlawanan) baru terhadap sang penjajah.
Haniyeh menyatakan pengakuan Presiden AS Donald Trump itu “membunuh” proses perdamaian “Israel”-Palestina. “Keputusan ini telah membunuh proses perdamaian,” katanya.
“Keputusan AS adalah sebuah agresi, sebuah deklarasi perang terhadap kita, di wilayah-wilayah Muslim dan Kristen, di jantung Palestina, Yerusalem. Kita harus bekerja untuk meluncurkan sebuah Intifadhah baru di hadapan musuh, Zionis,” seru Haniyeh.Sementara pada Jumat (8/12) malam dilaporkan, setidaknya 25 warga Palestina, termasuk enam anak-anak, terluka dalam serangan udara “Israel” di Jalur Gaza yang terkepung, kata kementerian kesehatan Palestina.
Ada laporan bahwa bayi meninggal karena luka-luka yang ditimbulkan, namun kementerian kesehatan belum mengonfirmasi dugaan kematian tersebut. (S)
Sumber: Aljazeera